Jelajah Gua Gong: Pesona Stalaktit dan Stalagmit Terindah di Asia Tenggara

Jelajah Gua Gong: Pesona Stalaktit dan Stalagmit Terindah di Asia Tenggara
info gambar utama

Gua Gong merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Memiliki kedalam 300 meter, gua ini diklaim banyak pihak sebagai gua yang memiliki stalaktit dan stalakmit terbaik dan terindah di Asia Tenggara.

Bentuknya tidak seperti gong, tapi begitu beberapa stalakmit kristal dipukul, suara gong pun langsung memekakkan telinga. Inilah pesona dari Gua Gong, satu dari banyak gua di Kabupaten Pacitan yang dijuluki Kota Seribu Gua.

Gua memang menjadi obyek wisata paling diandalkan Pacita. Hal ini sebabnya banyak pihak mengatakan belum lengkap rasanya jika datang ke Pacitan tetapi belum menyusuri wisata alam tersebut.

Pantai Kasap, Pesona Raja Ampat Versi Jawa Timur

Gua Gong berada di perbukitan kapur yang terletak di Desa Bromo, Kecamatan Punung, sekitar 38 kilometer dari Kota Pacitan. Jalan menuju gua sangat mulus sehingga dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.

Medan yang berat dan melelahkan akan sirna begitu memasuki gua, mata akan langsung terpana begitu melihat pemandangan yang menakjubkan berupa batuan kapur stalaktit dan stalakmit yang terbentuk secara alami menghiasi seluruh dinding dan langit gua.

Panorama dalam gua begitu mempesona. Pemandangan bertambah indah ketika batu disiram oleh cahaya lampu, sekaligus untuk penerangan jalan mengitari gua sepanjang 600 meter tersebut.

“Stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beragam terlihat menjulang dan kokoh menempel di lantai atau langit gua,” papar Agnes Swetta Pandia dalam Gua Gong Pacitan: Istana Tujuh Ruang terbitan Litbang Kompas.

Penemuan gua

Selain disuguhi stalaktit dan stalakmit, daya tarik lain dari Gua Gong adalah terdapat ruang kristal yang begitu indah dan memesona. Hal ini ditambah pemandangan dinding berkilap oleh bias refleksi cahaya pada dinding yang basah

Wakino dalam bukunya berjudul Gua Gong Obyek Wisata Potensial di Kabupaten Pacitan menceritakan awal mula penemuan gua tersebut. Disebutkan penemuan gua ini pertama kali oleh Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo pada 1924.

Ketika itu Mbah Noyo dan Mbah Joyo masuk ke dalam gua untuk mencari sumber mata air, karena desa mereka sedang dilanda kemarau panjang. Awalnya kedua orang itu mencari sumber air di dalam gua yang berjarak sekitar 400 meter dari pemukiman penduduk.

Sejarah Hari Ini (8 September 2012) - Replika Buah Pace Raksasa di Pacitan

Tetapi ketika menyusuri lorong gua, mereka menemukan beberapa sendang atau sumber mata air, dan bahkan sempat mandi. Penemuan sumber air di dalam gua diceritakan kepada warga desa, namun tidak ada yang berani masuk karena dianggap masih anger.

Cerita penemuan sumber air di dalam gua terus diulang dari generasi ke generasi, sehingga baru pada 5 Maret 1995, Surahmin bersama sembilan warga lainnya memberanikan diri untuk masuk ke gua tersebut.

Pemberian nama Gua Gong, berhubungan dengan salah satu perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat-saat tertentu, di gunung yang terdapat gua tersebut sering terdengar bunyi dan makhluk halus, seperti suara gamelan Jawa, reog, dan suara memilukan.

“Mendorong nenek moyang mereka untuk memberi nama gunung gong-gongan, sehingga menjadi Gua Gong, papar Wakino

Miliki khasiat?

Ruang di dalam gua begitu indah, asri sekaligus unik dengan ukiran alam berupa stalaktit dan stalakmit. Ruang pertama penuh dengan ukiran alam, layaknya menyambut dengan ucapan selamat datang.

Di ruang kedua, pengunjung bisa memandang ke bawah sebagai ruang ketiga, juga
dilengkapi sendang dengan air yang jernih. Sepanjang penyusuran, di kanan-kiri tampak beberapa lukisan dari batu-batuan yang menggambarkan suatu keagungan Tuhan.

Hal ini juga ditambah banyak batu putih, seperti kristal, pertanda gua ini belum dijamah manusia. Di tengah perjalanan terdapat salah satu lorong gua berwarna kemerahan dan dipasang palang bertanda dilarang masuk.

Kota-kota di Indonesia dengan Julukan "Seribu"

Disebutkan Warti, seorang pemandu wisata, lorong itu memang sengaja ditutup untuk keselamatan. Lorong itu dalam sekitar 150 meter ke dalam. Sehingga untuk masuk saja harus merangkak, apalagi di dalam gua tidak ada oksigen.

Dahulu kala, warga sekitar percaya tiga sumber air di dalam gua memiliki khasiat tersendiri. Khasiat tersebut antara lain bisa membuang kesialan, jampiraga (jamu) bisa menyembuhkan penyakit.

“Air berkhasiat itu bisa merukunkan rumah tangga,” ucap Warti.

Namun mitos tersebut menguap ditelan zaman sehingga keindahan gua tetap terjaga hingga kini. Meski sudah dilengkapi fasilitas modern seperti pagar, lampu dan kipas angin, Gua Gong adalah sebuah mahakarya yang menakjubkan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini