Cucurak: Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan khas Kota Hujan

Cucurak: Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan khas Kota Hujan
info gambar utama

Bulan Ramadan dimaknai sebagai bulan yang penuh keberkahan dan suka cita bagi umat Islam. Karena itu, kehadirannya sangat dinanti setiap tahun. Tak heran ketika menjelang bulan Ramadan, umat Islam di berbagai negara menyambut dengan cara yang beragam. Salah satunya adalah tradisi cucurak.

Berkaitan dengan hal ini, beberapa daerah memiliki cara menyambut yang unik. Dilansir dari inews.id, Aljazair menjadi salah satu negara yang menyambut bulan Ramadan dengan cara yang tidak biasa, yaitu dengan renovasi rumah dan berbelanja. Sedangkan, Arab Saudi menyambutnya dengan menghiasi jalanan dengan lampu dan penambakan meriam. Di kota hujan, Indonesia yaitu Bogor, dikenal dengan cara penyambutan dalam tradisi cucurak.

Tradisi Cucurak | Foto: Kumparan/dapoerngeboeldintje, uulfarandfavian

Umumnya, warga Bogor menyambut bulan Ramadan dengan cucurak. Dilansir dari megapolitan.kompas.com, cucurak berasal dari kata curak-curak yang dalam bahasa Sunda memiliki arti bersenang-senang atau senang-senang. Cucurak biasanya dilakukan dengan cara makan bersama satu atau lebih keluarga atau kolega yang dilakukan menjelang Bulan Ramadan.

Baca juga: Nasi Jinggo, Makanan Sederhana yang Jadi Penyelamat Ekonomi Bali

Tradisi ini telah dilakukan turun temurun sejak dahulu dan masih dipertahankan hingga saat ini. Hal ini karena cucurak memiliki banyak dampak positif. Selain sebagai ajang untuk menyambut bulan Ramadan, cucurak juga dijadikan sebagai momen untuk bermaaf-maafan, mempererat tali silaturahmi, dan mensyukuri berkah yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Dilansir dari ramadan.tempo.com, cucurak tidak selalu dilakukan saat menjelang Bulan Ramadan saja. Bisa juga dilakukan ketika mendapatkan keberkahan seperti lulus sekolah, naik pangkat, dan lain sebagainya. Namun, warga Bogor lebih sering melakukan cucurak untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan.

Biasanya, kudapan yang dijadikan sebagai menu utama saat cucurak adalah kuliner khas Tanah Sunda, seperti nasi liwet, ikan asin, lalapan, kerupuk, sambal, ayam, dan tempe/tahu.

Melansir ayobogor.com, kudapan yang disajikan saat cucurak umumnya dibawa oleh masing-masing anggota keluarga dalam bentuk makanan jadi (matang). Agar semakin terasa kehangatan dan kebersamaannya, cara makan yang digunakan saat cucurak adalah lesehan dengan menyajikan nasi dan berbagai pendampingnya di atas daun pisang yang disusun memanjang. Kemudian, kudapan tersebut dimakan bersama tanpa menggunakan alat makan (dengan tangan). Momen inilah yang membedakan cucurak dengan makan bersama lainnya.

Cucurak dapat dilakukan dimana saja. Cucurak biasanya dilakukan di rumah anggota keluarga tertua. Namun, hal tersebut tidak bersifat mutlak. Banyak juga orang yang memilih untuk merayakannya di tempat wisata, restoran, atau masjid.

Baca juga: Mengenal Bawon, Sistem Panen Padi di Lampung yang Dikenal Sejak Zaman Kolonial Belanda

Meskipun digolongkan sebagai tradisi, cucurak bukanlah suatu kegiatan yang bersifat mengikat. Kegiatan ini bersifat pilihan, tergantung pada kebiasaan masing-masing keluarga. Namun, sebagian besar warga Bogor masih melestarikan tradisi ini karena dianggap memberikan banyak manfaat.

Pada intinya, hal yang ditekankan dalam cucurak adalah momen kebersamaan dan kehangatannya. Dengan makan bersama sembari berbincang-bincang, memori masa lampau akan kembali teringat. Masa dimana makan bersama menjadi hal biasa dan masa dimana kesibukan pekerjaan belum melanda. Melalui cucurak, kita dapat lebih memaknai pentingnya kebersamaan.

Jadi, keberagaman cara penyambutan Bulan Ramadan tidak hanya terjadi antar negara saja, melainkan juga antar daerah di dalam suatu negara. Di Indonesia, berbagai daerah memiliki caranya masing-masing untuk menyambut Bulan Ramadan. Cara penyambutan tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi nenek moyang daerah setempat di masa lampau. Dari sini, dapat diambil moral value, bahwa perbedaan itu indikasi kekayaan dan keunikan di masing-masing wilayah sebagai ajang mempererat persatuan dan rasa kepemilikan.

Referensi: ayobogor.com | inews.id | megapolitan.kompas.com | ramadan.tempo.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VL
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini