Tentang Oarfish dan Kemunculannya yang Diyakini Jadi Pertanda Bencana Gempa Bumi

Tentang Oarfish dan Kemunculannya yang Diyakini Jadi Pertanda Bencana Gempa Bumi
info gambar utama

Terdapat banyak pandangan tersirat mengenai perilaku hewan di alam yang kerap dikaitkan dengan tanda akan terjadinya bencana alam. Salah satunya adalah oarfish.

Sebagai gambaran, di darat dan udara ada berbagai contoh perilaku hewan yang kerap dikaitkan dengan bencana. Misalnya perpindahan tak biasa dari segerombolan burung yang menandakan bencana angin topan dan sejenisnya. Ada juga sekelompok hewan hutan gunung yang turun ke pemukiman dan dipercaya sebagai pertanda gunung meletus.

Lain itu ada pula perilaku sejumlah hewan peliharaan yang tak mau keluar rumah, hingga satwa liar yang berlindung ke bukit karena mencari perlindungan dari bencana gempa bumi.

Lalu apa benarkah oarfish menjadi salah satu hewan yang dapat menjadikan pertanda akan terjadinya bencana di habitat laut?

Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Pertanda Datangnya Bencana Alam?

Oarfish dan catatan bencana setelah kemunculannya

Oarfish | darrellrae/flickr
info gambar

Oarfish adalah salah satu jenis hewan laut yang identik dengan bentuk tubuh cukup panjang. Bervariasi di setiap kemunculan dan penemuannya, panjang oarfish ada yang berukuran sekitar empat sampai lima meter.

Namun, oarfish terpanjang nyatanya ada yang tumbuh mencapai 17-18 meter. Sementara bobot maksimal dari ikan ini sendiri dapat mencapai 270 kilometer.

Karena bentuk yang panjang itu, sirip oarfish juga ada di sepanjang tubuhnya dari ujung kepala sampai ekor paling ujung. Di saat bersamaan itu pula, oarfish menjadi ikan dengan rangkaian tulang terpanjang yang pernah ditemui di dunia.

Mengenai penyebaran, ikan satu ini terutama setiap subspesiesnya tersebar secara menyeluruh di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, spesies yang kerap ditemukan adalah Regalecus glesne atau dikenal juga dengan sebutan ikan Raja Herring.

Oarfish diketahui tinggal di kawasan laut dalam hingga kedalaman 1.000 meter. Mereka juga bertahan hidup dengan memangsa plankton atau mahluk lebih kecil lainnya. Meski begitu, oarfish bukanlah jenis ikan laut yang lazim dikonsumsi karena memiliki tekstur kenyal seperti jeli atau ubur-ubur.

Mengenai kemunculannya yang dipercaya sebagai pertanda terjadinya bencana, jenis bencana yang dimaksud adalah gempa laut hingga tsunami.

Oarfish disebutkan saat sensitif terhadap perubahan kondisi di laut dalam. Kondisi yang dimaksud dapat berupa perubahan suhu, arus air, hingga pergerakan lempeng di dasar laut. Karena itu, disebutkan bahwa jika oarfish merasakan pergerakan lempeng di dasar laut yang memicu gempa, mereka akan bergerak naik dan muncul ke permukaan.

Terdapat beberapa catatan yang membuktikan jika kemunculan ikan satu ini ke permukaan benar adanya diikuti dengan bencana tak lama setelahnya. Misal pada tahun 2010, terjadi gempa berkekuatan 7.0 SR yang menewaskan sekitar 316 ribu orang. Saat itu dilaporkan bahwa beberapa hari sebelumnya terdapat laporan yang melihat kemunculan ikan ini di permukaan.

Setelahnya pada tahun 2011, ada juga sekelompok oarfish yang terjaring nelayan dan tak lama setelahnya terjadi gempa bumi sebesar 9 SR dan tsunami setinggi 10 meter di Jepang.

Ikan Marlin, Si Perenang Cepat Samudra Indonesia

Penjelasan fenomena menurut ahli

Meski ada sejumlah catatan lain yang membuktikan kaitan antara kemunculan oarfish yang diikuti dengan sejumlah bencana beberapa hari setelahnya, Namun sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang memberikan pernyataan yang lebih logis.

Kemunculan oarfish di permukaan atau pesisir diyakini tidak selalu menjadi pertanda akan datangnya bencana besar, entah gempa atau tsunami. Salah satu alasan lain oarfish nampak terlihat di permukaan atau perairan dangkal adalah kondisi alam yang dikaitkan dengan tahun-tahun kondisi El Niño.

Kondisi tersebut membuat air laut di kawasan tengah dan timur Samudera Pasifik khatulistiwa jauh lebih hangat dari biasanya. Maksudnya, hal tersebut memengaruhi titik habitat oarfish di laut dalam menjadi lebih dingin sementara air di permukaan menghangat.

Hal itu yang nyatanya menyebabkan keberadaan plankton juga berpindah ke permukaan air yang lebih hangat. Sementara oarfish, yang dikenal bertahan hidup dengan memangsa plankton mau tidak mau mengejar atau ikut berpindah ke tempat di mana sumber makanannya berada.

Belajar dari Gempa Cianjur: Minusnya Skema Mitigasi dalam Pengelolaan Bencana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini