Celurit - Senjata Tradisional Madura yang Jadi Simbol Perlawanan Petani

Celurit - Senjata Tradisional Madura yang Jadi Simbol Perlawanan Petani
info gambar utama

Apakah kalian pernah menggunakan sabit atau Celurit untuk memotong rumput liar di sawah ?.

Atau kalian pernah menyaksikan Carok, duel mematikan orang Madura untuk menyelesaikan sebuah perkara, yang mana menggunakan senjata Celurit ?.

Ya memang Celurit yang merupakan senjata tradisional khas orang Madura lebih populer digunakan sebagai senjata Carok.

Terlebih masyarakat Madura biasanya memasukkan khodam, sejenis daya magis, ke dalam Celurit dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok. Hal ini sama terjadi pada senjata Mandau Terbang Dayak maupun Badik khas Bugis-Makassar.

Selain itu, senjata ini juga lekat dengan legenda Sakera, tokoh yang dianggap memantik simbol perlawanan kaum buruh tani.

Seperti apa perjalanan Celurit ini hingga mampu memiliki banyak pemaknaan kultural seperti itu?. Simak ulasannya berikut ini.

Sejarah Celurit - Sekilas Penggunaanya dalam Carok

Dalam laman https://digilib.uinsby.ac.id/ dijelaskan bahwa Celurit sebenarnya adalah senjata tradisional yang relatif baru muncul

Jika dilacak ke belakang hingga kerajaan Madura di bawah pimpinan prabu Cakraningrat (abad ke- 12 M) dan dibawah pemerintahan Joko Tole (abad ke-14 M), Celurit belum dikenal oleh masyarakat Madura saat itu.

Bahkan pada masa pemerintahan Panembahan Semolo, putra dari Bindara Saud, Putra Sunan Kudus dari abad ke-17 M juga tidak ditemukan istilah Celurit dan Budaya Carok.

Senjata yang umum digunakan pada saat perang atau duel satu lawan satu hanyalah pedang, keris atau tombak. Pada masa tersebut juga masih belum di dengar istilah Carok.

Munculnya Celurit di Madura ditaksir bermula pada abad ke-18. Pada era ini dikenal seorang tokoh dari Madura yang bernama Sakera.

Ia sebenarnya adalah seorang mandor pabrik tebu milik Belanda di Bangil, Pasuruan. Yang menjadi ciri khas Sakera adalah ia selalu membawa alat sajam berbentuk arit besar yang kemudian dikenal dengan istilah Celurit.

Kemunculan kisah Sakera ini senada dengan hasil penelitian De Jonge yang dikutip oleh Latief Wijaya. De Jonge mencatat laporan seorang asisten residen dari Bangkalan, Brest Van Kempen, yang menyatakan bahwa antara tahun 1847-1849, keamanan di pulau Madura sangat memprihatinkan mengingat hampir setiap hari terjadi kasus pembunuhan.

Atas dasar itulah, kehadiran Celurit diyakini muncul pada abad 18, dimana antara kerusuhan dan kisah Sakera saling bertaut.

Makna Bentuk Celurit yang seperti Bulan Sabit

Mengutip Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, budayawan D. Zawawi Imron mengatakan bahwa celurit atau clurit atau are, memiliki filosofi dibalik bentuknya.

Pertama dari bentuknya yang mirip tanda tanya, dimaknai sebagai satu bentuk kepribadian masyarakat Madura yang selalu ingin tahu.

Penafsiran lainnya, karena Celurit itu bentuknya bengkok, mirip dengan tulang rusuk manusia yang kurang. Karena itu agar kejantanan laki-laki tidak berkurang maka mengganti tulang rusuk yang hilang itu dengan celurit yang diselipkan di pinggang bagian kiri.

Mien A. Rifai menyebut, celurit adalah identitas orang Madura, ke mana pun orang Madura pergi tidak terlepas dari celurit. Senjata tradisional ini memiliki bilah terbuat dari besi berbentuk melengkung mirip bukan sabit sebagai ciri khasnya.

Fungsi : Celurit Sebagai Simbol Perlawanan Buruh Tani

Kembali ke kisah Sakerah yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda menggunakan Cleurit pada saat itu yang akhirnya menggeser fungsi aslinya sebagai alat pertanian.

Ketika kemudian lelaki asal Bangkalan itu dihukum mati, warga Pasuruan yang mayoritas berasal dari suku Madura marah dan mulai berani melakukan perlawanan pada penjajah dengan senjata andalan berupa celurit.

Maka sejak saat itu, Celurit mulai beralih fungsi menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.

Bahkan Ideologi Komunisme menjadikan Celurit sebagai bagian dari simbol bendera partai mereka. Para Komunis menafsirkan Celurit sebagai lambang perjuangan buruh tani yang tertindas.

Jenis-Jenis Celurit

Meski sekilas Celurit memiliki bentuk yang serupa, tetapi sebenarnya memiliki jenis dan bentuk khas tersendiri.

Di antaranya adalah jenis celurit bulu ayam, celurit dengsabeh dan celurit tekabeh. Dari ketiga jenis celurit tersebut yang paling banyak dikenal dan banyak diminati masyarakat adalah jenis celurit bulu ayam.

Jika dilihat sekilas, bentuk ketiga celurit tersebut hampir terlihat sama, namun jika dilihat lebih dekat dan lebih teliti, maka akan terlihat perbedaannya.

Celurit jenis dengsabeh dan tekabeh, yaitu bentuknya agak menganga, sedangkan celurit bulu ayam ujungnya akan terlihat lebih menunduk.

Itulah sekilas catatan historis tentang Celurit berikut fungsi kulturalnya bagi masyarakat Madura.

Referensi: warisanbudaya.kemdikbud.go.id | solopos.com | digilib.uinsby.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini