Fauziah Fauzan El Muhammady, Srikandi Pendidikan dari Ranah Minang

Fauziah Fauzan El Muhammady, Srikandi Pendidikan dari Ranah Minang
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Pada masa lampau, Sumatera Barat dikenal dengan kiprah tokoh perempuan yang menorehkan tinta emas perjuangan. Beberapa nama yang mengemuka kala itu ada Rasuna Said, Siti Manggopoh, Rohana Kudus, dan Rahmah El Yunusiyyah yang memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Seakan tak mau kalah dengan perjuangan kaum laki-laki, perjuangan mereka kala itu berangkat dari kegelisahan, kerisauan, dan hati yang sekuat baja melawan segala bentuk penindasan, keterbelakangan, dan pengekangan terhadap hak-hak kaum perempuan.

Laju zaman boleh saja telah lama berlalu dan perjuangan tokoh-tokoh perempuan di atas menjadi inspirasi dan keteladanan. Di dunia perempuan khususnya di Minangkabau, semangat untuk maju dan memberi kontribusi besar seperti apa yang dilakukan para pendahulu hendaklah terus dipupuk. Dan hari ini, dari sekian banyak generasi yang memiliki peran penting dalam kemajuan dunia perempuan, maka nama Fauziah Fauzan El Muhammady jelas berada pada garda terdepan dengan berbagai gebrakan, dan prestasi yang telah ditorehkannya.

Fauziah adalah tokoh penting yang kini memimpin Diniyyah Puteri Padang Panjang. Sebagaimana untuk diketahui, bahwa tempat ini memiliki sejarah panjang dengan tradisi seorang perempuan sebagai mudir atau direkturnya sejak tahun 1923. Pendirinya yaitu Rahmah El Yunusiyyah yang tak lain adalah inyiak (buyut) bagi perempuan yang punya ciri khas jilbab basiba dan berkacamata ini. Jika ditarik ranji silsilah ke belakang, maka Fauziah yang lahir di Padang pada Januari 1971 ini sebetulnya adalah cicit bagi kakak kandung Rahmah El Yunusiyyah yang bernama Rihanah.

Meninggalkan Karir Akuntansi

Selama hampir dua dekade masa kepemimpinannya, Fauziah berperan penting dalam angin perubahan di pesantren yang resmi ia pimpin sejak tahun 2006. Sikap kepemimpinannya yang tegas, disiplin, dan terus belajar adalah kunci sukses yang akhirnya membawanya berkeliling dunia ke 30 negara, dan melupakan peluang meniti karir yang cemerlang sebagai akuntan andal di perusahaan dunia. Kepulangannya setelah lama merantau di Jakarta, sungguh tak pernah ia duga sebelumnya. Fauziah bukanlah tamatan sarjana pendidikan agama. Ia adalah lulusan akuntansi, dan punya penghasilan yang lumayan kala itu. Dalam sebuah wawancara di sebuah channel Youtube Uzhar Channel, maka Fauziah mengatakan bahwa ia harus membangun sekolah peninggalan inyiak (buyut) atas dorongan dan desakan dari keluarga besarnya.

Berbekal segudang pengalamannya di bidang akuntansi, Fauziah membawa ide-ide segarnya ke Padang Panjang dan melanjutkan misi mulia dalam dunia pendidikan dan kemajuan perempuan. Untuk merengkuh cita-cita itu, Fauziah langsung membuat rancangan re-enginering program atau pembaharuan program. Gebrakan lain yang tak kalah penting dilakukan Fauziah adalah dengan menerapkan kurikulum QUBA yang merupakan singkatan dari Qur`an Sunnah, Brain dan Attitude. Dari kurikulum ini, maka para santri selain mendapatkan ilmu agama di bangku kelas dan asrama, mereka juga diajarkan berbagai keterampilan seperti memasak, menjahit, menenun, serta aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Untuk cita-cita pendidikan, para santri pun diberikan peluang sebesar-besarnya untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri seperti ke Maroko, Jepang, Mesir, dan Sudan.

Sumber foto: beritaminang.com
info gambar

Selama enam bulan mengajar pada tahun 2017 di Diniyyah Puteri Padang Panjang, saya menemukan kurikulum ini dikaitkan pada berbagai proyek integrasi pada tugas akhir. Para santri terjun langsung ke lapangan dan melakukan analisis lingkungan yang dikaitkan dengan nilai-nilai Alqur’an dan hadits. Tahap selanjutnya para santri membuat maket yang mirip dengan visual lingkungan yang dianalisis itu di kelas, kemudian dipresentasikan kepada guru dan tamu-tamu undangan.

Singkat kata, Kurikulum QUBA begitu mendarah daging bagi segenap civitas Diniyyah Puteri Padang Panjang. Dan ini disadari betul oleh Fauziah. Di mana dari kemahirannya dalam memberikan training kepemimpinan maupun parenting, begitu juga sinergi kepada seluruh guru dan karyawan, serta pendekatan yang dilakukan kepada ribuan santrinya yang berasal dari berbagai daerah, adalah langkah maju yang membuatnya begitu dikenal dan disegani sebagai tokoh masyarakat. Fauziah tidak saja mencurahkan cinta dan pikirannya untuk Diniyyah Puteri, namun di luar itu, sebetulnya ia juga dipercaya mengisi posisi strategis yang berkaitan erat dengan keagamaan, keluarga, dan dunia perempuan. Selain di Diniyyah Puteri, Fauziah tercatat juga aktif sebagai Bendahara Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia Provinsi Sumatera Barat (2004). Tahun 2018-2013 sebagai Penasihat Ikatan Da’i Kota Padang Panjang. Tahun 2020-sekarang menjadi Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padang Panjang.

Berangkat dari berbagai amanah yang diemban Fauziah di tengah-tengah masyarakat, maka ini semakin mengukuhkan bahwa Fauziah punya kapasitas mumpuni di bidangnya. Dari berbagai buku yang ditulisnya, begitu juga dari berbagai pemberitaan di media massa, maka ditemukanlah saripati bunga-bunga perjuangannya yang tak ubahnya bagai menara menjulang dan menjadi inspirasi bagi ribuan santrinya. Berbagai prestasi pun berhasil direngkuh Fauziah sejak ia mempimpin Diniyyah Puteri Padang Panjang. Di antaranya adalah meraih penghargaan ‘Citra Wanita Pembangunan Indonesia’ tahun 2007, penghargaan sebagai Penulis Nasional dari PPWI Pusat tahun 2010, Top 50 Leader Indonesia 2013, serta penghargaan Tokoh Penggiat Ekonomi Syariah Terbaik, Kategori Penggiat Ekonomi Pesantren/Boarding School pada Bank Indonesia Award 2021.

Era Digital yang Penuh Tantangan

Kepemimpinan Fauziah pada hari ini, bisa dikatakan berada pada fase penuh tantangan. Di era digital ini, maka Fauziah tentu punya kiat-kiat dalam hal pendekatan dan teori dalam mendidik generasi masa kini. Fauziah jelas ingin menyiapkan generasi perempuan yang punya mental kuat dan siap menjadi ibu pendidik di era globalisasi. Selain itu, dari pesantren yang ia bina ini, maka diharapkan kelak akan lahir tokoh-tokoh perempuan yang berpengaruh, dan memiliki kepribadian yang anggun sebagai tokoh masyarakat yang patut diteladani. Bahkan dari selentingan yang sering saya dengar, kelak para santri jika menjadi istri-istri para pejabat, maka mereka bisa memberikan pandangan-pandangan yang cemerlang bagi kinerja para suami mereka dalam mengurus berbagai kepentingan rakyat dan negara.

Sumber foto; kemenang.go.id
info gambar

Era digital adalah eranya untuk terus berkarya dan melakukan berbagai inovasi. Bagi Fauziah, ini adalah kesempatan untuk terus melakukan kerja sama, dan studi banding ke berbagai belahan dunia untuk mengenalkan pendidikan Islam, dan sejarah panjang Diniyyah Puteri Padang Panjang. Di lingkungan pesantren, Fauziah juga mendorong para santri agar senantiasa menjaga maruah diri di media sosial, serta melahirkan karya-karya besar yang memanfaatkan kemajuan dunia teknologi informasi masa kini. Buktinya pada tahun 2021 lalu, para santri Fauziah berhasil menciptakan dua robot pelayan kafe yang diberi nama Sabai dan Midun. Karya dan inovasi ini bahkan telah diresmikan Kepala Kanwil Kementerian Agama Sumbar dalam kegiatan Display Proyek Santri di Gedung Pertemuan Zainuddin Labay.

Referensi:

Abdullah, Nafilah. 2016. Rahmah El Yunusiyyah: Kartini Padang Panjang (1900-1969). Jurnal Ilmiah Vol. 10, No. 2, Juli-Desember. (Online)

Ilham Mundzir & Yusron Razak. 2020. Otoritas Agama Ulama Perempuan: Studi terhadap Kepemimpinan Fauziah Fauzan di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, Sumatera Barat, Indonesia. Kafa’ah Journal, 10 (1). (Online)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini