Negeri Katon, Desa Perajin Kemewahan Kain Tapis Khas Lampung

Negeri Katon, Desa Perajin Kemewahan Kain Tapis Khas Lampung
info gambar utama

Provinsi Lampung terkenal dengan tapis, kain tradisional berbentuk sarung yang dibuat dengan menenun benang kapas, perak, emas, atau bermotif. Selama lebih dari satu abad, Lampung telah melestarikan kain tapis.

Kini kain tapis tak lagi digunakan hanya untuk upacara adat, bentuknya juga tidak sekuno dulu. Kain tapis telah mengalami modernisasi mengikuti perkembangan zaman. Ia banyak dirancang menjadi busana mewah para desainer ternama. Semua kalangan penduduk pun bebas mengenakannya dalam aktivitas apapun karena tapis sekarang juga menghiasi pakaian sehari-hari, seperti kaos dan kemeja.

Busana atau kerajinan dari kain tapis banyak digemari hingga mancanegara. Sakin mewahnya, kain ini bahkan dijual juga oleh para pedagang di Tunisia, Arab Saudi, hingga Eropa.

Tak ayal, para perempuan Lampung banyak bekerja sebagai perajin tapis karena peluang ekonominya yang besar. Salah satu desa yang melestarikan kain tapis adalah Negeri Katon.

Desa Negeri Katon terletak di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Masyarakat di sana telah menenun kain tapis sejak 1980. Semua rumah atau keluarga di desa ini membuat tapis setiap hari. Umumnya menapis dikerjakan oleh kaum ibu dan remaja putri, sedangkan laki-laki bercocok tanam.

Pelestarian kain tapis bertujuan untuk memenuhi adat masyarakat Lampung yang sakral. Pembuatannya tidak memakai mesin, tetapi alat tenun tradisional. Inilah yang sekarang menjadi ikon Provinsi Lampung.

Tapis yang dihasilkan dari Negeri Katon mempunyai banyak bentuk. Selain selendang atau kain sarung, ia juga dibuat menjadi busana muslim, hiasan dinding, tatakan gelas, dompet, hingga taplak meja.

Pada awal perkembangan tapis, motif hias yang biasa digunakan berbentuk kapal karena transportasi pelayaran dulu sangat melejit. Tak semua suku di Lampung mengenakan tapis. Hanya suku yang beradat Pepadun saja yang biasa melestarikan kain tapis.

Seiring waktu, kain tapis pun memiliki banyak motif, seperti gunung, lereng, dan bukit. Kain tapis sebenarnya memiliki banyak jenis, beberapa di antaranya: tapis jung sarat, balak, raja medal, raja tunggal tuho, laut andak, kaca, dan masih banyak lagi.

Kapanpun Anda berkunjung ke Negeri Katon, pemandangan orang menenun tapis di depan rumah sudah pasti akan Anda jumpai.

Ketekunan para perajin tapis di Negeri Katon benar-benar kuat. Proses menenun benang hingga menjadi sehelai kain saja dapat memakan waktu hingga dua bulan. Motif yang dibuat pun sangat indah. Kain tapis dari desa ini dibanderol harga yang lebih murah dari harga pasar, toko, atau butik. Sehelai selendang, misalnya, dijual seharga Rp100.000 dengan kualitas terbaik.

Dari Presiden Jokowi hingga Aktor Korea Song Kang, Tenun Ikat Kediri Dibawa Mendunia

Sejarah kain tapis

Pada abad ke-2 Masehi, warga Lampung telah menenun kain brokat yang dinamakan nampan atau tampan serta kain pelepai. Keduanya memiliki motif kait, konci, pohon hayat, bangunan berisi roh manusia yang telah meninggal, bunga melati, matahari, bulan, dan binatang.

Setelah sekian lama, barulah kain tapis lahir. Kain tapis terus dikembangkan sesuai zaman, termasuk teknik pembuatan dan motifnya. Hiasan pada kain tapis memiliki kesamaan dengan ragam hias di daerah lain. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh tradisi Neolithikum di sana.

Perkembangan kerajinan tapis di Lampung semakin kaya setelah masuknya agama Islam. Kebudayaan asing pun banyak tersebar di sini, di antaranya: kebudayaan Dongson dari daratan Asia, Hindu-Budha, Islam, dan Eropa.

Pertemuan dengan kebudayaan lain saat itu menimbulkan akulturasi antara unsur hias tempatan (lama) dengan kebudayaan asing (baru). Meski mengalami pembaruan, unsur lama tetap dipertahankan. Corak, gaya, dan ragam tapis semakin kaya.

Tenun Troso, Tenun Ikat Tradisional Kebanggaan Jepara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini