Batik Rifaiyah khas Batang, Dibuat Sambil Melantunkan Syair-syair Islam

Batik Rifaiyah khas Batang, Dibuat Sambil Melantunkan Syair-syair Islam
info gambar utama

Beberapa daerah di Jawa Tengah, punya batik dengan ciri khasnya masing-masing. Mungkin, jenis Batik yang sudah biasa Anda dengar adalah batik Solo atau batik Pekalongan. Padahal, tidak hanya itu saja.

Misalnya batik yang berasal dari Batang ini, yaitu batik rifaiyah.

Uniknya, batik ini hanya dibuat oleh para perempuan yang tergabung dalam Rifaiyah, organisasi keagamaan yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Rifai, seorang cendekiawan muslim sekaligus pahlawan nasional yang berasal dari Kabupaten Batang.

Para pengrajin batik ini tinggal di Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Batang. Kini, pemukiman mereka juga dikenal dengan Desa Wisata Kampung Batik Rifaiyah.

Keindahan Batik Bakaran Khas Pati dan Cerita Tutur yang Unik

Membatik dengan cara tradisional sambil bersyair

Sebetulnya nama rifaiyah bukan berasal dari para pengrajin. Namun, para pembeli lah yang menamainya rifaiyah. Supaya lebih mudah untuk menyebutnya.

Biasanya, pada waktu-waktu tertentu mereka membatik bersama. Sambil menggoreskan canting di atas selembar kain, para pembatik kerap melantunkan syair-syair kitab Kyai Ahmad Rifa’i untuk memberikan semangat positif sekaligus sebagai pengikat tali persaudaraan

Untuk metode pembuatannya, batik ini mempertahankan cara kuno. Mulai tahap awal hingga akhir, prosesnya bisa memakan waktu hingga enam bulan. Tanpa menggunakan pola, motifnya langsung digambar oleh sang pembatik di atas kain.

Batik ini memiliki ciri khas batik pesisiran. Dimana motifnya lebih terkesan dinamis, warnanya cenderung lebih beragam serta kental dengan penggambaran flora dan fauna.

Sejak dulu sampai sekarang, batik ini tidak pernah mengalami perkembangan motif. Sebab mempertahankan apa yang sudah menjadi tradisi para pendahulu mereka. Sehingga batik ini dapat dikatakan otentik.

Batik Aceh: Sejarah, Ciri Khas, dan Motif-Motifnya

Motif batik

Terkait dengan kepercayaan para pembatik sebagai anggota rifaiyah, mereka pun tidak menggambarkan motif makhluk hidup seperti hewan dengan utuh.

Awalnya ada dua puluh empat jenis motif yang ada pada batik khas batang ini. Seiring waktu berjalan, kini hanya tersisa 18 motif saja. Hilangnya ke enam motif ini dikarenakan orang-orang yang menguasai motif tersebut tidak sempat untuk mewariskan kepada generasi penerusnya.

Motif ini juga kaya akan nilai-nilai filosofi. Salah satu yang paling populer adalah motif pelo ati yang memberikan pesan agar manusia selalu bersyukur dan tawadhu. Selain itu, ada pula motif kembang jagung, materos, lancur, romo gendong dan lain sebagainya. Kalau dari segi warna, batik ini terbagi atas batik 3 negeri dan batik bangbiron.

Jangkauan pemasaran dari batik rifaiyah memang tidak terlalu luas. Kebanyakan konsumennya adalah orang-orang yang memang menjadi penggemar berat batik. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada pula yang dari luar negeri. Seperti Singapura, Yunani, hingga Kanada.

Untuk saat ini, hal yang menjadi tantangan besar batik ini di masa depan adalah mengenai penerus. Hingga sekarang hanya ada tiga anak muda di kampung batik rifaiyah yang berminat untuk membatik. Itupun bila setelah mereka dewasa tidak berubah pikiran atau tidak memutuskan untuk tinggal di luar kota.

Permasalahan utama yang membuat mereka tidak berminat untuk membatik adalah penghasilan. Mereka lebih tertarik untuk bekerja di bidang lain yang lebih menjanjikan. Selain itu, belajar membatik dari tingkat pemula hingga betul-betul bisa membuat satu kain batik juga membutuhkan waktu yang lama.

Serabi Kalibeluk, Serabi Jumbo Khas Batang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini