Keunikan Kujang - Senjata Tradisional Sunda Berusia Ratusan Tahun

Keunikan Kujang - Senjata Tradisional Sunda Berusia Ratusan Tahun
info gambar utama

Jika kalian menengok lambang provinsi Jawa Barat, di tengahnya terdapat gambar Kujang, yakni senjata tradisional khas masyarakat Sunda.

Bentuk dan ukirannya yang indah mengisyaratkan kemahiran si pembuat dalam menempa besi hingga menjadi Kujang.

Namun tidak hanya mencerminkan nilai seni yang tinggi, tetapi terdapat unsur magis di baliknya. Dalam proses pembuatannya, senjata ini melewati serangkaian ritual adat yang dilakukan oleh si Pandai Besi. Begitupun dalam proses pemeliharaannya, Kujang juga dipelihara dengan ritual adat.

Hal menarik lainnya adalah ternyata Kujang telah ada seitdaknya sejak abad 7 masehi alias telah berusia sekitar 1300 tahun.

Penasaran seperti apa perjalanan Kujang hingga bisa eksis sampai hari ini?, simak uraian singkat berikut ini.

Sejarah dan Asal - Usul Kujang

Melansir situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, istilah kujang berasal dari bahasa sunda kuno yakni “kudi” yang berarti senjata atau jimat dengan kekuatan gaib dan “hyang” yang berarti dewa.

Sehingga secara harfiah kujang dapat diartikan sebagai suatu jimat ataupun senjata yang memiliki kekuatan magis dewa di dalamnya.

Jika kita berjalan menelusuri lorong sejarah, maka didapati bahwa Kujang telak eksis sejak puluhan abad yang lalu sebagaimana telah dibuktikan oleh berbagai penelitian historis.

Misalnya tulisan Aris Kurniawan dalam jurnal Kajian Historis dan Filosofis Kujang (2014) yang menyebutkan bahwa Kujang diperkirakan dibuat sebelum zaman Pajajaran. Bahkan ada peneliti Kujang yang menyatakan bahwa ia telah ada sejak zaman Taruma Nagara.

Meski Kujang tidak pernah ditulis dalam prasasti, banyak bukti yang memperkuat keberadaanya, seperti; situs megalithik Batu Kujang di daerah Sukabumi, temuan kudi di kompleks candi Batujaya Karawang, relief candi Sukuh di Surakarta, catatan Sir Stamford Raffles dalam buku The History of Java.

Apabila mengacu pada latar belakang sejarah penciptaan kujang tersebut, maka dapat disimpulkan keberadaan Kujang jauh lebih tua dari keberadaan provinsi Jawa Barat.

Perbedaan Kujang yang Ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Masih dalam tulisan Aris Kurniawan (2014) yang menyebutkan bahwa Kujang tidak hanya terdapat di wilayah provinsi Jawa Barat, hal ini terbukti dengan ditemukannya kujang lama atau buhun di berbagai tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur (termasuk pulau Madura) yang memiliki struktur kesamaan fisik dan material.

Mengutip pernyataan dari Bapak Santosa Adiwibowo, seorang pemerhati dan pecinta tosan aji dari Yogyakarta tahun 2010, istilah “Kujang” lebih populer di Jawa Barat, sementara di wilayah Jawa Tengah dan Timur lebih dikenal dengan istilah “Kudi” dan “Cangak”.

Penamaan “Kujang” hanya terbatas pada kategori atau klasifikasi kujang “Ciung”, “Kuntul”, dan beberapa jenis kujang lainnya. Sebaliknya “Kudi” yang lebih populer di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, dikategorikan ke dalam “Kujang Pamangkas” oleh beberapa peneliti kujang di Jawa Barat.

Fenomena perbedaan penamaan dan klasifikasi kujang ini sebenarnya berdasarkan pada tafsiran para pecinta, peneliti dan daerah di mana kujang tersebut ditemukan.

Bentuk dan Peranan Kujang dalam Budaya Sunda

Secara umum kujang dikenal sebagai senjata dan pusaka orang Sunda yang berasal dari Jawa Barat.

Pada zaman Pajajaran Mangukuhan, kujang menjadi sebuah pusaka lambang pemersatu antara Sundapura dan Galuh melalui Perjanjian Galuh pada tahun 739 M.

Jika dikelompokkan berdasarkan fungsinya, Kujang memiliki beberapa fungsi antara lain:

- Kujang Pusaka (lambang keagungan dan perlindungan)
- Kujang Pangarak (untuk berperang)
- Kujang Pakarang (sebagai alat upacara)
- Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang)

Sedangkan berdasarkan bentuk bilahnya, terdapat 6 bentuk Kujang diantaranya ;

- Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan)
- Kujang Ciung (menyerupai burung ciung)
- Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango)
- Kujang Badak (menyerupai badak)
- Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga)
- Kujang Bangkong (menyerupai katak)

Di samping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.

Keunikan Kujang - Paduan Unsur Hindu, Islam dan Sunda Wiwitan

Mengutip laman ensiklopedia indonesia bahwasanya Kujang mengalami perkembangan bentuk seiring berjalannya waktu.

Ketika pengaruh Islam tumbuh subur di daerah yang dikenal Bumi Pasundan ini, Kujang mengalami reka bentuk menyerupai huruf Arab “Syin”. Ini dilatari oleh Prabu Kian Santang selaku pemimpin Pasundan saat itu yang berkeinginan meng-Islamkan rakyat Pasundan.

Syin sendiri adalah huruf pertama dalam kalimat syahadat di mana setiap umat Islam bersaksi akan Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dengan mengucap kalimat syahadat dan niat di dalam hati inilah, maka setiap manusia secara otomatis masuk Islam.

Manifestasi nilai Islam pada senjata Kujang setidaknya mempengaruhi bentuk pada bilah dan jumlah lubangnya.

Pada bentuk bilah telah mengalami perluasan area mata pisau yang menyesuaikan diri dengan bentuk dari huruf Syin.

Kemudian terdapat lima lubang untuk menggantikan makna Trimurti. Kelima lubang ini melambangkan 5 tiang dalam Islam (rukun Islam).

Maka sejak itulah model Kujang menggambarkan paduan dua gaya yang didesain Prabu Kudo Lalean dan Prabu Kian Santang. Akhirnya filosofi Kujang yang bernuansa Hindu dan Sunda Wiwitan, direka ulang sesuai dengan filosofi ajaran Islam.

Namun wibawa Kujang sebagai senjata pusaka yang penuh “kekuatan supranatural” dan bisa memberi kekuatan tertentu bagi pemiliknya, tetap melekat hingga hari ini

Refernsi: ensiklopedia.com | kebudayaan.kemdikbud.go.id | Aris Kurniawan - Kajian Historis dan Filosofis Kujang (2014)

Baca juga: 7 Senjata Tradisional Indonesia Paling Mematikan dan Punya Daya Magis

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini