Situs Liyangan, Jejak Desa Warga Mataram Kuno di Kaki Gunung Sindoro

Situs Liyangan, Jejak Desa Warga Mataram Kuno di Kaki Gunung Sindoro
info gambar utama

Pada zaman dahulu, pulau Jawa pernah menjadi salah satu pusat peradaban hindu terbesar di masanya. Sisa-sisa peradabannya pun masih bisa kita saksikan dengan banyaknya penemuan situs sejarah kuno, khususnya di Jawa Tengah.

Mungkin kebanyakan bukti peninggalan sejarah hindu yang Anda Ketahui adalah candi. Tetap,i Situs Purbakala Liyangan ini cukup berbeda.

Situs ini berada di kaki Gunung Sindoro sebelah timur, tepatnya di dusun Liyangan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Diperkirakan, kawasan ini adalah bekas pemukiman seluas dua hektar yang sudah berdiri pada masa Mataram Kuno.

Bahkan penelitian terakhir akan situs menunjukkan bahwa peradaban di Liyangan sudah ada sejak abad ke 2. Lalu, pada abad ke 11 masehi, terdapat erupsi besar dari Gunung Sindoro yang menghancurkan kawasan pemukiman. Sisa-sia batuan dari erupsinya pun masih bisa dijumpai di area situs.

Potret Kelam Penjarahan dari Hilangnya 400 Candi Kuno Dieng

Bekas penambangan pasir

Penamaan Liyangan sendiri mengambil dari nama dusun. Sebelum ditemukan, dulunya, kawasan situs yang sangat luas ini hanyalah sebuah area penambangan batu dan pasir.

Penemunya pun juga merupakan penambang pasir ketika melakukan penambangan di tahun 2008. Saat itu, ditemukan struktur bangunan, lingga yoni, tembok, hingga serpihan gabah.

Karena semakin banyak penemuan penting, kawasan ini pun diambil alih oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Yoni yang ditemukan di sini pun cukup unik, sebab memiliki tiga lubang. Selain yoni dan sisa gabah, pada awal penggalian juga ditemukan alat pertanian dan perkakas kuno. Materialnya pun ada yang berasal dari logam, batu, dan tanah liat.

Lalu ada juga serpihan guci dan keramik yang diperkirakan berasal dari dinasti tang di cina. Kini, beberapa dari barang tersebut sudah dibawa ke Balai Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah.

Tembakau Srinthil, Si Pembawa Keberuntungan Asal Temanggung

Lingkungan yang bertingkat

Area pemukiman ini terdiri atas empat bagian dengan bentuk yang bertingkat. Area pertama yang berada di paling atas merupakan tempat pemujaan, dimana terdapat lingga yoni serta beberapa batur atau pelataran candi.

Kemudian, area kedua merupakan sebuah pelataran yang luas. Turun ke halaman ketiga, maka akan menemukan sebuah candi. Di area paling bawah, ada sebuah petirtaan atau kolam pemandian kuno.

Tak cuma itu, di samping wilayah situs juga ditemukan jalan setapak berupa bebatuan dan saluran air kuno. Di bagian atas, terdapat sebuah bekas rumah kayu, lengkap dengan jendelanya. Rumah ini diamankan dengan memberi semacam tenda pelindung dari panas dan hujan.

Sebagai kawasan peninggalan purbakala, situs liyangan tidak hanya diperuntukkan bagi para peneliti saja. Siapapun bisa masuk ke kawasan situs ini dengan memberikan biaya secara sukarela.

Kedepannya, penelitian lebih lanjut untuk situs liyangan ini masih akan terus dilakukan. Begitu pula untuk pemugaran dan ekskavasi di wilayah bagian situs. Sebab, diperkirakan masih ada bagian-bagian pemukiman yang masih tertutup tanah.

Perjalanan untuk mengungkap sejarah dari situs liyangan memang masih panjang. Bila sudah terkuak, situs ini menjadi bukti penting akan peradaban hindu kuno di wilayah Jawa Tengah.

Situs Liyangan juga berpotensi menjadi Cagar Budaya Nasional karena nilai sejarahnya. Sebab mencakup aspek situs ritual, pemukiman, sekaligus pertanian kuno yang sangat kompleks.

Berusia 200 Tahun, Cobalah untuk Makan di Waroeng Jadoel Temanggung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini