Bikin Merinding! Mengulik Museum "Kematian" di Kampus Ini!

Bikin Merinding! Mengulik Museum "Kematian" di Kampus Ini!
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritaDariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Apa yang ada di benak kawan GNFI ketika mendengar kata "kematian"?. Kata tersebut tentunya sering dikaitkan dengan hal-hal mengerikan, namun siapa yang menyangka jika terdapat museum "kematian" di dalam sebuah instansi perguruan tinggi? Ya, Universitas Airlangga atau yang kerap disebut UNAIR merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya, memiliki sebuah fasilitas kampus yang unik yaitu Museum Etnografi yang menjadi pusat kajian kematian. Museum Etnografi ini didirikan pada tanggal 25 September 2005, bertepatan dengan tanggal didirikannya Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga.

Latar belakang didirikannya museum ini karena banyaknya koleksi yang dimiliki oleh salah satu civitas akademika FISIP Universitas Airlangga yaitu, Dr. A. Adi Sukadana. Beliau sering melakukan penggalian dalam konteks Antropologi Ragawi sehingga koleksi temuan tersebut akhirnya dikumpulkan dan disimpan di dalam Museum Etnografi. Tujuan dari didirikannya Museum Etnografi ini adalah mengembangkan museum yang berdedikasi untuk keilmuan, mengembangkan museum menjadi pusat pembelajaran, dan menjadikan museum sebagai pusat rujukan untuk kajian kematian. (dikutip dari laman museoetno.fisip.unair.ac.id)

Museum Etnografi UNAIR (Foto: museoetno.fisip.unair.ac.id)
info gambar

Pada awalnya museum ini tidak dibuka untuk umum, hingga pada tahun 2016 museum ini resmi dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Dr. Hilmar Falid setelah direnovasi dan mendapat rekoleksi dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Museum. Dr. Phil Toetik Koesbardiati yang merupakan pendiri sekaligus kepala Museum Etnografi FISIP UNAIR menjelaskan bahwa melalui renovasi pada Museum Etnografi UNAIR juga memiliki makna terhadap revitalisasi museum, penataan tema museum, dan semua persyaratan sebuah museum sebagai arena pendidikan, rekreasi, dan penelitian.

"Tema yang dikembangkan oleh Museum Etnografi adalah tema kematian, sebuah tema yang jarang dibicarakan dalam dunia pendidikan. Terkait dengan kematian ini memiliki dasar keilmuan yang juga berhubungan dengan kurikulum di Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga," ujar Dr. Phil Toetik.

Selain itu, beliau juga menambahkan melalui museum ini, masyarakat dapat memetik kebutuhan akan sumber ilmu alternatif. Maka dengan kehadiran Museum Etnografi FISIP UNAIR yang berada dalam lingkup universitas, museum ini termasuk dalam kategori museum universitas yang tetap mengemban misi tridharma perguruan tinggi. (dikutip dari laman news.unair.ac.id)

Apa Saja Isi Di Dalamnya?

Display tradisi kematian suku Toraja di dalam Museum Etnografi (Foto: museoetno.fisip.unair.ac.id)
info gambar

Museum ini mengusung tema unik yaitu kematian dan tradisi kematian. Sehubungan dengan ilmu antropologi, konsep kematian di dalam museum ini dijelaskan dari segi antropologis berdasarkan aspek budaya maupun aspek biologis. Berdasarkan aspek budaya, informasi disajikan sesuai dengan pengetahuan budaya lokal tradisi. Sedangkan dari aspek biologis dissajikan berdasarkan pengetahuan Antropologi Ragawi. Salah satunya museum ini menyajikan tradisi kematian dari beberapa suku di Indonesia, seperti tradisi Ma'nene yang dilakukan suku Toraja yang disuguhkan dengan display dan infografis.

Display crime scene di dalam Museum Etnografi (Foto: news.unair.ac.id)
info gambar

Keunikan lain yang dimiliki museum ini adalah adanya display crime scene dimana pengunjung dapat melihat dan mengetahui cara-cara mengidentifikasi kasus-kasus kriminal seperti pembunuhan. Hal tersebut merupakan penerapan ilmu antropologi forensik dan identifikasi pada kasus yang sesungguhnya dapat diterapkan kemudian hari di laboratorium museum. (dikutip dari laman museoetno.fisip.unair)

Tak hanya itu, di dalam museum ini didapati juga informasi mengenai zaman pra-aksara (megalitikum) yang disuguhkan dengan koleksi benda peninggalan pada zaman itu seperti dolmen, sarkofagus, dan menhir. Di ruangan lainnya terdapat tampilan simulasi penguburan sekunder suku Asmat, di Papua. Display tersebut menunjukkan suku Asmat menghias tengkorak seseorang atau keluarga yang telah meninggal dengan hiasan seperti akar-akaran atau hiasan lainnya.

Koleksi di dalam Museum Etnografi UNAIR (Foto: musoetno.fisip.unair.ac.id)
info gambar

Museum Etnografi ini terletak di dalam Kampus B Universitas Airlangga yang berada di Jalan Dharmawangsa Dalam, Kota Surabaya, Jawa Timur dengan jadwal buka untuk umum setiap hari Senin-Jumat pukul 09.00-15.00 WIB. Jadi bagaimana kawan GNFI, apakah tertarik untuk mengunjungi Museum Kematian ini?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini