Memahami Filosofi Batik Parang di Balik Larangan Penggunaannya di Pernikahan Kaesang-Erina

Memahami Filosofi Batik Parang di Balik Larangan Penggunaannya di Pernikahan Kaesang-Erina
info gambar utama

Batik parang dilarang digunakan di pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gundono. Apa penyebabnya?

Belakangan ini, pemberitaan mengenai pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gundono mewarnai laman-lamam berita Indonesia. Maklum saja, Kaesang adalah figur publik yang juga merupakan anak Presiden Indonesia Joko Widodo.

Ada satu hal yang menarik dari pernikahan Kaesang-Erina, yakni pelarangan pemakaian batik motif parang. Ya, ada aturan bahwa para tamu undangan dilarang mengenakan motif tersebut saat menghadiri acara di Pura Mangkunegaran, Surakarta.

“Iya itu aturan di Pura Mangkunegaran. Jadi tamu disarankan tidak memakai motif batik parang atau lereng. Tidak ada aturan khusus, jadi silakan hadir membawa pakaian baju batik motif lain atau baju daerah, silakan. Yang penting tidak usah ada sumbangan,” ujar Wali Kota Solo sekaligus juru bicara pernikahan Kaesang dan Erina, Gibran Rakabuming Raka seperti dilansir Beritasatu.

Filosofi Batik Bomba Sulawesi Tengah yang Dipakai Elon Musk saat B20 Summit

Di Balik Larangan Memakai Batik Parang

Apa alasan diterapkannya aturan dilarangnya pemakaian batik motif parang?

Ternyata, dalam tradisi Keraton Surakarta batik motif parang adalah benda eksklusif bagi keluarga keraton. Itu berarti yang boleh menggunakan batik tersebut di Pura Mangkunegaran hanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegaran X dan keluarganya.

“Itu yang boleh memakai batik motif parang ya Kanjeng Gusti dan keluarganya. Kalau yang lain, kita rakyat biasa ya pakai yang biasa,” ujar Kaesang.

Batik motif parang adalah salah satu batik motif larangan, yang oleh Edi Eskak dan Heru Budi Susanto dalam Etika Penerapan Motif Batik Tradisional dalam Desain Alas Kaki yang diterbitkan oleh Dinamik Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah diartikan sebagai motif- motif batik yang penggunaannya terikat dengan aturan-aturan tertentu di keraton dan masyarakat umum tidak boleh memakainya.

Batik larangan eksis sehubungan dengan adanya pembedaan kelas sosial antara bangsawan dan masyarakat biasa pada masa lalu. Batik motif larangan termasuk batik parang pun mengandung makna filosofis yang sangat terkait dengan kehidupan bangsawan.

Makna filosofis batik motif larangan di Keraton Surakarta tertuang dalam Serat Tatakrama Kedhaton. Motif parang adalah motif batik larangam yang paling utama. Motif parang punya makna bahwa raja adalah sosok tertinggi, sentral, dan penguasa bumi yang diutus oleh Tuhan.

Kawan GNFI mungkin pernah melihat batik motif parang dijual dan digunakan masyarakat secara bebas. Ini bukan hal mengherankan karena larangan mengenakannya hanyalah tradisi di Keraton Surakata. Tidak ada hukum yang mengatur penggunaannya di luar lingkungan keraton.

Tampil Modis dengan 5 Motif Batik yang Cocok untuk Anak Muda





Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini