Tradisi Kirab Pengantin : Cara Penguasa Jawa untuk Bersatu dengan Masyarakat

Tradisi Kirab Pengantin : Cara Penguasa Jawa untuk Bersatu dengan Masyarakat
info gambar utama

Acara ngunduh mantu dalam rangkaian pernikahan adat Jawa antara Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono di Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu (11/12/2022) dimeriahkan dengan prosesi kirab pengantin/manten.

Kirab tersebut dilakukan dari Loji Gandrung menuju ke Pura Mangkunegaran sebagai lokasi pesta atau resepsi. Dalam kirab itu, pasangan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono akan menumpang kereta kencana.

Apa itu kirab pengantin?

Dijelaskan melalui laman Kebudayaan.kemdikbud.go.idbahwa arti kirab pengantin adalah prosesi yang dilakukan untuk mengantar mempelai dan kedua orang tua mempelai sampai ke pelaminan sebagai salah satu rangkaian upacara pernikahan.

Jejak Kuda Sembrani, Hewan Mitologi yang Dipercaya Jadi Tunggangan Raja Jawa

Dalam prosesi tersebut pengantin akan dikawal oleh puluhan orang. Ada beberapa urutan pengiring pernikahan, mulai dari cucuk lampah, satrio kembar, empat putri domas, 92 orang anak patah, pengantin, orang tua kedua mempelai, hingga saudara kandung kedua mempelai.

Cucuk lampah adalah pemimpin barisan dalam prosesi kirab. Dia akan berjalan paling depan dan bertugas membuka jalan bagi pasangan pengantin serta rombongan di belakangnya. Selain itu, dia juga yang nantinya bertugas menuntut sekaligus mendudukan kedua mempelai di kursi pelaminan.

Satrio kembar di pernikahan merupakan dua orang laki-laki yang tingginya sama dan belum menikah. Fungsinya adalah sebagai pengiring pengantin yang mewakili kaum laki-laki.

Sementara itu Putri Domas biasanya terdiri dari empat orang perempuan yang belum menikah. Sedangkan anak patah merupakan anak perempuan yang sama tingginya dan berusia 5-7 tahun.

“Mereka berjalan sesuai dengan urutan di atas. Dalam prosesi biasanya putri domas melakukan tabur bunga di sepanjang kirab,” tulis laman tersebut.

Mengenal tradisi kirab

Menukil dari buku Pengantin Solo Putri dan Basahan, tradisi kirab ternyata sudah ada sejak zaman dahulu dan biasa dilakukan oleh keluarga keraton. Pada keluarga keraton, kirab manten biasanya dilakukan dalam bentuk pawai atau arak-arakan kebesaran.

Sedangkan bagi masyarakat umum saat ini, tradisi kirab manten diwujudkan dalam proses mengantar pengantin ke pelaminan. Jadi pasangan pengantin akan berjalan diiringi oleh kedua orang tua masing-masing dan di antar masuk ke kursi pelaminan.

Di dalam ruang resepsi, umumnya para tamu undangan sudah hadir dan menunggu untuk melihat datangnya pasangan pengantin. Karena itu proses kirab manten ini pun biasanya berlangsung sangat megah dengan iringan musik tradisional khas Jawa

“Sehingga pengantin jadi pusat perhatian semua orang,” papar buku tersebut.

Melirik Primbon sebagai Cara Orang Jawa untuk Membaca Tanda Bencana Alam

Sementara itu perbedaan besar prosesi pernikahan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat zaman dahulu dan sekarang, salah satunya adalah prosesi kirabnya. Pada zaman Pakubuwono II sampai Pakubuwono IX dilakukan sebelum dipertemukan pengantin.

Bila pengantin putri itu, anak ratu akan diangkat menggunakan joli jempono (tandu sebagai tempat duduk bangsawan). Sedangkan untuk pengantin laki-laki naik kuda dan diikuti dengan para prajurit dan pelengkap lainnya.

“Dulu itu lewatnya dari Gladak sampai kantor pos ke utara lewat jalan pegadaian sampai Kepatihan. Itu yang dinamakan kirab. Jadi kirab manten kalau zaman dulu itu sebelum pengantin panggih, mungkin itu yang sedikit membedakan dengan sekarang,” ungkap Sapardjo Hadinagoro, pakar budaya Jawa Universitas Sebelas Maret (UNS) dimuat Radar Solo.

Simbol kedekatan pemimpin dan rakyat

Kirab pengantin dalam pernikahan adat Jawa dilakukan untuk memperkenalkan pasangan pengantin kepada masyarakat umum. Kegiatan ini juga sekaligus bentuk ungkapan terima kasih atas doa yang sudah diberikan kepada mempelai.

Pada zaman kerajaan dulu, saat melakukan kirab, pengantin akan diarak keliling lingkungan keraton yang disambut gegap gempita oleh masyarakat sekitar. Prosesi itu pun kemudian menjadi simbol kedekatan antara kalangan keluarga keraton dengan rakyat.

Arak-arakan ini merupakan simbolisasi manunggal ing kawula gusti, yang artinya menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia. Di mana ketika para pemimpin bersatu dengan rakyat, pasti akan ada kemakmuran dan ketentraman.

Mataram Kuno, Kerajaan Toleransi Bercorak Hindu-Buddha

Selain itu, kirab juga merupakan suatu simbol penghormatan kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan membina keluarga dengan baik.

Hal inilah makna dan susunan prosesi kirab manten ini. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, mungkin ada sedikit perubahan pada tradisi tersebut. Seperti busana yang dikenakan pengantin, hingga tata cara melakukan kirab sesuai perkembangan zaman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini