Tradisi Pramuladi di DIY, Peran Anak Muda sebagai Kolaborator Kesejahteraan Masyarakat

Tradisi Pramuladi di DIY, Peran Anak Muda sebagai Kolaborator Kesejahteraan Masyarakat
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah rumah bagi orang-orang yang sangat menjunjung tinggi tata krama dalam membina relasi antarpribadi dan kehidupan bermasyarakat. Tutur kata, keramahan, dan laku sosial sudah sangat lazim diakui secara nyata sebagai prinsip yang senantiasa dijaga. Implementasinya terlihat di beberapa kesempatan, seperti saat bertamu di kediaman seseorang, ucapan yang tersampaikan dalam silaturahmi tatkala Idulfitri, pernikahan, acara-acara hajatan, dan kedatangan para utusan ke rumah-rumah sebelum hajatan diadakan yang lumrah disebut dengan atur-atur.

Dalam tembang macapat, tahap kehidupan mulai dari lahir hingga meninggal dijelaskan. Dalam bingkai membangun hidup bermasyarakat yang baik, ada dua jenjang usia yang paling menonjol, yaitu anak muda atau disebut sinom dan orang dewasa. Anak muda adalah setiap remaja yang belum menikah kecuali apabila ada yang sudah berumur tetapi belum menikah. Alasannya hanya tidak pas apabila menyebutnya dengan sinom. Adapun orang dewasa dihitung dari sesudah pernikahan walaupun usianya masih muda sampai sebelum lansia karena sehabis lansia disebut dengan orang tua.

Bukti nyata dari kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta adalah sinergisitas antara anak muda dan orang dewasa dalam menyelenggarakan kegiatan, khususnya tradisi dan hajatan. Pemuda berperan saat acara berlangsung di tengah-tengah hadirin sedangkan orang dewasa hadir dalam acara dan sebagian orang ada di belakang untuk mengurus hal-hal yang terkait kelancaran penyelenggaraan. Di sinilah anak-anak muda membantu tuan rumah mengantarkan hidangan kepada hadirin dan menyajikannya dengan tata laku tertentu. Hidangan tersebut adalah bentuk memuliakan tamu-tamu yang sudah berkenan datang ke acara. Peran inilah yang dinamakan dengan pramuladi.

Dalam bahasa Jawa, kata dasar dari pramuladi adalah ladi yang berarti melayani. Kata kerja dari ladi adalah leladi. Kata bendanya adalah ladian kemudian menjadi sebutan yang populer di masyarakat Jawa bernama laden. Laden dan pramuladi berbeda penerapannya. Laden sering didefinisikan sebagai aktivitas anak muda menghidangkan jamuan dalam acara padahal sifatnya umum. Bahkan istilah ini ada dalam bidang konstruksi bangunan yang disebut dengan laden tukang. Adapun pramuladi dikhususkan untuk orang yang mengantarkan makanan dalam acara-acara. Pada umumnya, masyarakat pedesaanlah yang menggiatkan fungsi dan peran ini.

Lingkungan pedesaan menjadi tempat tinggal masyarakat dan mereka berhubungan erat dengan berbagai aspek penyokongnya. Hal ini berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 tentang Rencana Pembangunan Derah DIY Tahun 2023-2026 yang menyebutkan bahwa peruntukan luas lahan terbesar kawasan budidaya di DIY adalah lahan pangan tidak beririgasi seluas 100.408,43 ha dan permukiman pedesaan seluas 66.193,30 ha. Menurut data dari Badan Pusat Statsitik DIY tentang proyeksi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2022, mayoritas penduduk DIY mempunyai usia produktif. Dua kelompok dengan jumlah terbanyak terdiri dari usia 25-29 tahun dan usia 20-24 tahun. Ini menunjukkan banyaknya golongan muda yang diharapkan bisa berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat.

Pernikahan
info gambar

Partisipasi golongan muda dalam fungsi pramuladi erat hubungannya dengan wilayah pedesaan. Karakter masyarakatnya yang sederhana, kehidupan bertetangga, pertalian keluarga, pelestarian tradisi, dan keakraban dengan pemeliharaan alam mendekatkan pada integrasi sosial. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DIY tahun 2022, Kabupaten Gunungkidul, Kulon Progo, dan Bantul masih didominasi oleh pedesaan. Sudah lazim persepsi masyarakat memandang potensi anak muda untuk berkontribusi demi kesejahteraan desa.

Sebelum menjadi pramuladi, anak-anak muda mendatangi rumah-rumah warga sebagai utusan dari seseorang yang hendak mengadakan hajatan untuk menyampaikan permohonannya agar warga berkenan hadir. Mereka datang dengan pakaian yang rapi dan adab yang baik. Pertama-tama mereka bermaksud untuk silaturahmi kemudian dilanjutkan dengan penyampaian amanat.

Ketika ada hajatan seperti tasyakuran, zikir dan doa bersama, serta pengajian setelah pernikahan termasuk pernikahan itu sendiri, komunitas anak muda di lingkungan terkait turut menjadi pramuladi dengan dijiwai keikhlasan dan kebersamaan. Selain itu mereka turut dalam majelis pengajian yang menghadirkan tokoh agama dan forum musyawarah desa.

Tata cara menjadi pramuladi diatur secara detail dan hati-hati baik ketika masuk ke tempat para tamu, penyajian, maupun keluar. Karena diadakan di rumah-rumah, pada kebanyakan hajatan sebagian tamu duduk di dalam dan sebagian yang lain duduk di kursi-kursi yang disusun di pelataran. Pertama-tama snack dan minuman ditata di atas nampan, masing-masing menempati separuh bagian. Cara penyajian di pelataran cukup berjalan sambil membawa nampan sejajar dengan dada menuju para tamu kemudian di sisi-sisi mereka ada orang-orang yang sudah siap menurunkan hidangan dari nampan dan memberikannya kepada mereka. Setelah hidangan selesai diberikan, pramuladi kembali untuk menyiapkan nampan yang baru.

Persiapan pramuladi di dapur untuk mengantarkan jamuan kepada para tamu | Foto: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Adapun para tamu yang ada di dalam rumah, mereka duduk bersambung satu sama lain dan di antara mereka ada jalan yang lapang bagi pramuladi. Tata cara penyajian di dalam rumah sebagai berikut:

Cara Masuk

  • Pramuladi mulai jongkok ketika berada di pintu masuk tempat hajatan.
  • Nampan diangkat sejajar dengan dada sembari jalan jongkok dan pandangan lurus ke depan.
  • Ketika sampai di depan para tamu, duduk terlebih dahulu kemudian nampan diturunkan.

Cara Penyajian

  • Mendahulukan orang yang lebih tua dan tokoh masyarakat.
  • Mengambil gelas tidak dari atas tetapi dari samping.
  • Mengambil gelas satu per satu dengan urut dari samping.
  • Apabila pramuladi memulai dari sisi kanan, ia meletakkan gelas terlebih dahulu kemudian snack. Apabila dari sisi kiri, dilakukan sebaliknya supaya posisi gelas selalu berada di sebelah kanan snack.
  • Menyajikan dengan tangan kiri memegang siku tangan kanan.
  • Penyajian maksimal pada barisan yang sejajar dengan lutut sehingga pantat tidak terangkat.

Alternatif cara penyajian jika tempat perkumpulannya lebar adalah oleh satu orang yang memulai dari sisi kanan kemudian bergeser ke kiri dan mundur atau penyajian oleh dua orang bersamaan.

Cara Keluar

  • Jika tidak ada sisa gelas dan snack, nampan diangkat dengan kedua tangan kemudian dibawa ke sebelah kiri badan. Bagian dalam nampan diposisikan menghadap ke badan.
  • Jika ada sisa, nampan diangkat terlebih dahulu kemudian jongkok dan jalan mundur.
  • Berdiri kembali ketika sudah sampai di depan pintu.

Apabila pramuladi itu laki-laki, penyajian dilakukan dengan jalan jongkok. Apabila perempuan, dilakukan dengan jalan timpuh ke hadirin perempuan.

Aktivitas ini menanamkan jiwa mengabdi kepada masyarakat, melatih keterampilan, dan memupuk solidaritas anak muda. Pada akhirnya, pencapaian yang menggembirakan adalah kesantunan, kerukunan, dan kedamaian yang menembus pelosok desa.

Referensi

Zahra Haidar, Macapat (Rawamangun: Badan Bahasa Kemdikbud, 2018).

Salinan PG DIY No. 7 Tahun 2022.

Rama Sudi Yatmana, Tuntunan kagem Para Pranatacara tuwin Pamedhar Sabda (Semarang: Aneka Ilmu, 1986).

https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/12/174/2/proyeksi-penduduk-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-di-d-i-yogyakarta-x-1000-2017-2025.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini