Tradisi Weton - Hukum Adat Masyarakat Jawa yang Menentukan Nasib Pernikahan

Tradisi Weton - Hukum Adat Masyarakat Jawa yang Menentukan Nasib Pernikahan
info gambar utama

Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia. Secara geografis, mayoritas suku ini mendiami beberapa wilayah mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta hingga beberapa daerah yang tersebar di penjuru Nusantara.

Tidak hanya itu, suku Jawa juga merupakan salah satu suku bangsa tertua yang mendiami Nusantara ini. Hal ini dapat dilacak sejak kerajaan Mataram kuno berdiri pada abad 8.

Salah satu produk peradaban tertua dari masyarakat Jawa adalah sistem penanggalannya alias Kalender Jawa yang mana sudah ada sejak abad 9 SM.

Dalam sistem Kalender Jawa ini terdapat satu tradisi yang bertahan hingga hari ini yaitu Tradisi Weton yang mana dari tradisi ini dapat meramalkan takdir hidup seseorang.

Bahkan tradisi Weton ini untuk beberapa masyarakat Jawa bersifat mengikat sebagai hukum adat yang berlaku.

Penasaran seperti apa itu Weton?. Simak ulasan bernas berikut ini.

Sekilas tentang Sejarah Penggunaan Kalender Jawa

Salah satu keistimewaan Jawa adalah ia salah satu suku bangsa yang memiliki sistem penanggalan sendiri. Tidak banyak suku bangsa di dunia ini yang mampu merumuskan sendiri sistem kalendernya.

Jika kita menyusuri lorong - lorong sejarah, kalender Jawa ini pertama kali dibuat oleh Mpu Hubayun, pada tahun 911 sebelum masehi.

Secara filosofis, sistem penanggalan ini disusun berdasarkan “Sangkan Paraning Bawana” (asal usul alam semesta). Sedangkan secara astronomis, Kalender Jawa ini berdasarkan rotasi matahari (Solar System).

Dalam Jurnal berjudul Pengaruh Islam Terhadap Kalender Masyarakat Jawa yang ditulis oleh Masruhan (2017) menjelaskan bahwa pada masa sebelum datangnya Islam, setidaknya sudah ada 2 penanggalan yang berkembang di masyarakat Jawa.

Pertama, kalender yang dipakai untuk menandai musim yang disebut dengan kalender Pranatamangsa. Kedua, kalender Saka yang banyak dipakai masyarakat Hindu untuk menandai momentum ritual keagamaan.

Kemudian Pada tahun 1625 M, Sri Sultan Muhammad atau yang terkenal dengan Sultan Agung Anyokrokusumo dari Kesultanan Mataram mengeluarkan keputusan untuk menggabungkan antara kalender Saka, kalender Hijriah dan kalender Masehi.

Maka sejak saat itu akulturasi dari tiga kalender tersebut menghasilkan perubahan dengan mengubah bulan kalender Saka menjadi bulan kalender Hijriah. Kemudian daur Kalender Saka diganti dengan istilah hijaiyah dalam Al Qur'an.

Baca juga : Mengenal Hukum Adat di Indonesia - Kebudayaan dan Sejarahnya

Arti Weton Bagi Masyarakat Jawa

Beberapa orang menyebut weton merupakan hari lahir. Namun, jika dilihat dari KBBI, Weton adalah hari lahir seseorang dengan pasarannya seperti Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon.

Dalam budaya Jawa, weton tak hanya sekadar hari lahir saja, tetapi weton bisa dibilang sebagai penanggalan maupun perhitungan hari lahir dari seseorang yang kerap juga dijadikan sebagai ramalan tertentu.

Tradisi ini pada umumnya digunakan untuk mencari hari baik pernikahan, patokan mendirikan rumah, ritus untuk memulai usaha, memulai bercocok tanam dan untuk mengetahui karakter seseorang.

Fungsi Kebaikan Perhitungan Weton

Bagi masyarakat Jawa, Weton tak hanya ditafsirkan sebagai hari lahir saja juga memiliki fungsi lain khususnya yang bersifat ramalan. Berikut ini beberapa fungsi khusus dari Weton;

  • Menentukan Hari Pernikahan
  • Membantu Menentukan Hari Puasa Weton
  • Dipercaya Mampu Menentukan Nasib Seseorang
  • Menentukan Hari Penting Bagi Seseorang
  • Mengetahui Watak dan Perilaku Seseorang

Untuk membaca arti Weton, maka ada metode perhitungannya dimana setiap angka memiliki makna tersendiri.

Kalian dapat membaca panduan lengkap cara menghitung Weton sendiri berikut maknanya masing-masing.

Referensi: infobudaya.net | gramedia.com | Al-Mizan - Jurnal Pemikiran Hukum Islam

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini