Mengenal 5 Ikan Air Tawar Sumatra yang Terancam Punah

Mengenal 5 Ikan Air Tawar Sumatra yang Terancam Punah
info gambar utama

Indonesia menempati urutan keempat negara dengan jumlah ikan air tawar endemik terbanyak di dunia. Data terbaru dalam Bkipm.kkp.go.id menunjukkan, total 440 spesies ikan yang menghuni perairan negara ini. Habitat mereka tersebar di banyak lokasi, meliputi sungai di pegunungan atau dataran rendah, rawa gambut, dan danau.

Namun, semenjak awal 2002, jumlah ikan air tawar—khususnya di wilayah Sumatra—terus berkurang hingga terancam punah. Isu kepunahan itu bahkan masih berlanjut sampai sekarang. Untuk itulah, berbagai sektor termasuk pemerintah, komunitas nelayan, konservator alam, dan aktivis lingkungan, melakukan langkah-langkah konservasi agar kepunahan spesies ikan air tawar di Sumatra dapat dicegah.

Banyak faktor pemicu menurunnya jumlah ikan, beberapa di antaranya: degradasi habitat, pencemaran, kedatangan ikan asing, eksploitasi komersial, dan persaingan pemanfaatan air. Di samping itu, perubahan iklim global menjadi ancaman terbesar bagi keberlangsungan hidup ikan.

Pada 2001 silam, Badan Internasional Konservasi Alam (IUCN) sempat merilis Daftar Merah Spesies Terancam Punah. Sebanyak 14 ikan tawar di Sumatra tergabung dalam lis itu dan 7 di antaranya termasuk ikan endemik.

Berikut 5 ikan air tawar di Sumatra yang pernah terancam punah.

1. Silver Shark

Ikan silver shark atau Balantiocheilos melanopterus memiliki posterior bibir bawah yang membentuk kantong serta margin distal hitam di sirip perut, punggung, dubur, dan ekornya. Panjang tubuhnya hanya 300-350 mm.

Seriously Fish menyatakan, ikan hiu perak ini dinyatakan terus mengalami penurunan jumlah sejak 1975. Keberadaannya bahkan diperkirakan punah dari habitatnya, yaitu aliran sungai Batang Hari (Sumatra) dan Taman Nasional Danau Sentarum (Kalimantan). Spesies ini telah masuk daftar merah IUCN sejak 1996. Selain dua tempat itu, kawanan silver shark dulu sempat tinggal juga di Palembang, Jambi, Taman Nasional Berbak, dan Borneo.

2. Pari Sungai Tutul

Himantura oxyrhyncha atau Marbled freshwater stingray alias pari sungai tutul memiliki lebar tubuh mencapai 37 sentimeter. Selain dijadikan ikan akuarium, ikan ini juga dikonsumsi oleh masyarakat Sungai Kapuas dan Mus. Mengutip situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), IUCN memasukkan Pari Sungai Tutul dalam kategori Endangered atau terancam bahaya.

Mengenai karakteristiknya, pari yang satu ini berbentuk oval, bagian depannya lancip. Punggungnya cokelat mempunyak corak khas berwarna hitam. Lalu, perutnya berwarna putih dengan bagian tepi agak kehitaman atau kelabu. Ekornya panjang serupa cambuk dengan pangkal lebar dan tidak punya selaput. Kemudian, di tengah punggungnya terdapat dentikel berbentuk bulat serta sebaris duri kecil di sepanjang pangkal ekor pari dewasa. Kedua matanya kecil dan tidak menonjol keluar.

Pari Sungai Tutul biasa menghuni kawasan air tawar di Sumatra dan Kalimantan. Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menerbitkan keputusan nomor 1 tahun 2021 yang menetapkan Pari Sungai Tutul memiliki status perlindungan penuh.

Amplang Ikan Tenggiri - Camilan Khas Kalimantan Timur yang Sangat Bergizi

3. Pari Sungai Pinggir Putih

Spesies ikan air tawar Sumatra yang terancam punah berikutnya adalah Pari Sungai Pinggir Putih atau Himantura signifer. Ikan ini telah lama terancam punah versi IUCN akibat perburuan liar dan degradasi habitat.

Menurut KKP, Fluvitrygon signifer memiliki bentuk tubuh yang membulat dan dapat tumbuh dengan lebar maksimal 37 cm. Bagian punggungnya berwarna kekuningan atau coklat keabuan dan terdapat spot-spot kecil berwarna hitam. Bagian tepi tubuhnya dan perut berwarna putih. Ekornya panjang seperti cambuk dengan pangkal yang lebar dan tidak memiliki selaput kulit pada ekornya. Terdapat duri sengat di bagian pangkal ekor dan tidak terdapat duri-duri kecil di sepanjang pangkal ekornya. Kedua mata relatif kecil dan tidak menonjol keluar.

Pari Sungai Pinggir Putih di dasar perairan tawar dengan substrat berlumpur atau lunak dan daerah muara dengan sebaran di wilayah Sumatera dan Kalimantan, seperti Sungai Indragiri, Musi, dan Kapuas.

Pemerintah Indonesia melalui KKP menerbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Jenis Ikan yang Dilindungi. Dalam peraturan tersebut Pari Sungai Pinggir Putih ( Fluvitrygon signifer ) statusnya dilindungi penuh.

4. Hiu gergaji

Pristis microdon atau hiu gergaji hidup di Sungai Batang Hari (Jambi), Danau Sentani (Papua), Sungai Digul, Sungai Sepih, Sungai Siak, Sungai Mahakam (Kalimantan). Ikan yang berkembang biak secara ovovivipar ini memiliki nama lain, yakni Largetoot Jawfish atau hiu bergigi besar. Ia menyukai daerah tropis, seperti danau besar atau rawa-rawa.

Moncong hiu gergaji panjang dan ditumbuhi gigi tajam di semua sisinya, sangat mirip gergaji. Ukuran tubuhnya cukup besar, bahkan bisa mencapai 6,6 meter. Mulutnya menjadi senjata yang sangat ampun untuk mengoyak mangsa dengan cepat. Mereka bergerak mengandalkan indra penciuman karena penglihatannya cukup buram.

Gigi ikan hiu gergai berjumlah 14-22 di kedua sisi. Itulah yang digunakannya untuk mencari makan atau mempertahankan diri dari serangan musuh. Tubuhnya yang ramping membantu hiu gergaji berenang secepat kilat untuk menyergap mangsanya. Tubuh bagian bawah hiu gergaji sedikit lebih pucat atau keputih-putihan. Warna tubuhnya beragam, tergantung habitat mereka.

Meskipun rupanya mengerikan, tapi hiu gergaji bukanlah penguasa air tawar. Keberadannya semakin terancam punah karena habitatnya yang kian mengecil akibat peningkatan populasi manusia. Perburuan ilegal juga mengancam kehidupan hiu gergaji. Oleh sebab itu, spesies ikan tawar yang satu ini masuk ke dalam daftar spesies yang dilindungi, dikutip dari Lalaukan.com.

5. Asia Bonytongue

Asia Bonytongue (AB) atau scleropages formosus dulu menghuni Bendungan Way Sekampung di Lampung, Laut Tador, Palembang, Rawa Gambut, dan Lematang. Perdagangan ikan ini secara internasional telah dilarang sejak 1 Juli 1975 untuk mencegah kepunahan.

Ikan AB muda memakan serangga di permukaan air, sedangkan yang sudah dewasa memakan vertebrata lebih kecil. Ikan ini terkenal sebagai sang pengeram mulut yang menghuni akuarium. Ukurannya saat lahir mencapai 6 sentimeter. Sayangnya, jumlah spesies AB semakin berkurang setiap tahun, hingga akhirnya dinyatakan terancam punah pada 2019 oleh IUNC, dikutip dariFishbase.se.

Ikan Marlin, Si Perenang Cepat Samudra Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini