Indahnya Pulau Sangalaki, Surga Bagi Penyu

Indahnya Pulau Sangalaki, Surga Bagi Penyu
info gambar utama

Pulau Sangalaki adalah salah satu pulau yang berada di Kepulauan Derawan, Berau, Kalimantan Timur. Pulau Sangalaki merupakan dataran yang memiliki pantai yang datar. Pada pulau ini terdapat lagon dangkal berdasar pasir yang ditumbuhi oleh karang dan lamun. Sementara itu, pada perairan di sekitar Pulau Sangalaki terdapat taman laut yang dikenal sebagai wisata selam (diving) dan beraneka ragam biota laut. Biota laut yang cukup dikenal pada Pulau Sangalaki, yaitu penyu dan ikan pari.

Dari berbagai macam biota laut yang berada pada Pulau Sangalaki, pelestarian penyu yang paling banyak peminatnya. Perjalanan menuju Pulau Sangalaki membutuhkan sekitar 1 jam dari Pulau Derawan menggunakan speedboat. Selain itu, pada Pulau Sangalaki tidak terdapat perkampungan penduduk, tetapi hanya ada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang bertugas untuk menjaga dan membiakkan penyu.

Penyu di Pulau Sangalaki | Foto: BaleBengong.id
info gambar

Pulau Sangalaki termasuk pulau yang sering dihampiri penyu. Bahkan, satu-satunya pulau yang paling banyak dihampiri penyu untuk bertelur. Jenis penyu yang berada pada Pulau Sangalaki yaitu penyu hijau dan penyu sisik. Alasan penyu memilih pulau ini karena minimnya gangguan dan tak berpenghuni. Selain itu, kondisi pasirnya pun memiliki tekstur yang disukai penyu, tepatnya pasir yang mudah untuk digali lubang, karena penyu adalah hewan yang sangat sensitif saat tiba musim bertelur.

Mengingat keberadaan penyu kian terancam punah akibat berbagai macam hal, misalnya pemburuan penyu yang dilakukan manusia dan adanya predator lain, seperti biawak, karena mengancam kelestarian hewan ini. Pelestarian penyu yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dilakukan dengan menyisir pantai pada malam hari untuk menemukan telur penyu karna penyu biasa naik ke pesisir pantai dan bertelur pada malam hari.

Setelah itu, petugas BKSDA mengamankan telur penyu dari predator karena Pulau Sangalaki masih ditetapkan sebagai area konservasi liar sehingga masih banyak predator yang berkeliaran bebas dan mengancam telur penyu. Telur penyu yang sudah diamankan kemudian dikubur pada tempat penangkaran yang sudah disiapkan.

Namun jika tempat penangkaran penuh, telur penyu dikubur pada halaman kantor TWA Pulau Sangalaki. Selama dua bulan biasanya telur penyu ditanam dan akhirnya tukik menetas dan naik sendiri ke permukaan. Di dalam area penangkaran telur, biasanya dapat menampung hingga sekitar 30 sarang. Dalam 1 sarang saja, dapat diisi dengan ratusan telur.

Tukik yang mulai naik permukaan biasanya dikumpulkan dan ditaruh dalam bak semalaman. Penyimpanan tukik ini pun digunakan untuk edukasi kepada pengunjung sebelum tukik dilepaskan untuk meningkatkan antusiasme dan menjaga kelestarian populasi penyu. Tak hanya itu, tim BKSDA beberapa kali melakukan kerja sama dengan pihak swasta untuk melakukan program CSR pelepasan bayi penyu ke lautan lepas pada malam hari.

Perjalanan sebuah telur penyu hingga bertumbuh jadi penyu cukup terjal. Mulanya, telur penyu harus terkubur selama dua bulan di dalam pasir. Lalu, telur yang dapat berhasil menjadi tukik hanya sekitar 80%. Terlebih lagi, tukik yang dapat besar menjadi penyu hanya satu banding seribu. Dengan begitu, upaya dari konservasi untuk melindungi penyu yaitu dengan memayungi dengan hukum pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.

Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat lebih peduli untuk menjaga ekosistem agar tidak terjadi kepunahan terhadap hewan yang terancam punah. Selain itu, diharapkan agar masyarakat memiliki kesadaran penuh terhadap hukum sehingga tidak lagi melakukan tindakan mencuri telur penyu untuk diperjualbelikan maupun dikonsumsi.

Referensi:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini