Harmonisasi Masyarakat Merawat Kejayaan Masa Lalu di Muaro Jambi

Harmonisasi Masyarakat Merawat Kejayaan Masa Lalu di Muaro Jambi
info gambar utama

Candi Muaro Jambi terletak sekitar 35 kilometer sebelah utara Kota Jambi, tepatnya di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Takjub sekaligus ironis sepertinya layak untuk menggambarkan percandian di maura Sungai Batanghari itu.

Situs Muaro Jambi dua kali lebih luas dari Candi Borobudur di Jawa Tengah dan dua kali lebih luas dari Kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja, tak heran wilayah ini disebut sebagai kawasan candi terluas di Asia Tenggara.

“Sayangnya, kawasan ini bak pusara keabadian warisan kemanusian karena tak satupun candi yang wujudnya utuh,” tulis Timbuktu Harthana dalam Tanah Air: Pusara Keabadian Menapo Muaro Jambi terbitan Kompas.

Topeng Labu, Tradisi Hiburan Idulfitri yang Masih Lestari di Muaro Jambi

Namun kata takjub mencuat karena luas kompleks percandian ini mencapai 2.062 hektare. Mulai dari lahan yang dikuasai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, Kebun milik warga, hingga kanal-kanal penghubung antar candi.

Candi-candi tersebar di antara kanal inilah keunikan Kompleks Candi Muaro Jambi. Tercatat ada 11 candi utama yang ditemukan dan sebagian sudah dipugar. Hamparan candi itu belum termasuk 82 reruntuhan candi yang diperkirakan masih terkubur.

Candi ini sempat terkubur sampai akhirnya ditemukan kembali oleh tentara Inggris, SC Crooke, tahun 1820. Sayangnya, sekali lagi karena jenis batunya adalah batu bata, kebanyakan candi yang ditemukan tak utuh kondisinya.

Mereka yang merawat

Salma, warga Desa Muaro Jambi menjelaskan sejak dulu, bukit yang menjulang kerap mengundang tanya. Dikatakannya warga pernah meyakini ada sesuatu yang tersembunyi dan keyakinan tersebut benar.

Akhirnya gundukan yang dikelilingi lebih duku dan durian miliknya menyingkap sebuah “kota tua”. Pada 1970-an, sejumlah petugas arkeologis dari Jakarta mengupas dan memugar gundukan besar dan luas yang tak jauh dari kebunnya di Muaro Jambi.

Hasilnya bangunan bata megah berukuran 17 x 17 meter yang dinamai Candi Gumpung, berdiri. Rangkaian pemugaran berlanjut menjadi kompleks Candi Muaro Jambi yang terdiri dari Candi Gumpung, Tinggi, Astano, Kembar Batu, Kedaton, Koto Mahligai, dan Teluk.

Inovasi Piring Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang yang Berdayakan Petani

Namun tak semua candi utuh. Kompleks candi ini terletak sekitar 35 kilometer sebelah utara Kota Jambi. Selama ini masyarakat Desa Muaro Jambi sangat menjaganya hingga kemegahan di balik bukit kecil itu tersingkap.

“Ternyata benar, ada banyak candi di desa kami. Tidak sia-sia kami menjaganya selama ini,” paparnya.

Salma juga mengingat pesan orang tua untuk tidak bertindak gegabah, seperti buang air kecil, meludah, dan bertindak atau berucap tak senonoh di sekitar menapo. Penghormatan masyarakat selama turun-temurun dinilai kalangan arkeolog sebagai bentuk pelestarian.

Buat kagum dunia

Sejak awal, upaya rekonstruksi sejarah mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Puluhan warga bahkan terlibat saat proses ekskavasi dan pemugaran. Setelah proyek selesai, mereka bergantian menjaga dan memelihara situs.

Kemegahan Muaro Jambi dalam kuatnya ikatan dengan masyarakat lokal mengundang kekaguman dunia. Kawasan tersebut berpeluang menjadi warisan budaya dunia. Tak heran jika Prof Masanori Nagaoka dari UNESCO pernah mengunjunginya pada tahun 2010.

“Situs itu masih sangat asli,” katanya.

Kunjungi Candi Muaro Jambi sambil Interaksi dengan Warga Lokal

Keberadaan candi-candi di kawasan tersebut tetap asri meski dipugar para arkeolog. Kondisi bangunan dan lingkungannya relatif terawat dan memberikan kesan hubungan harmonis antara masyarakat dan situs.

“Saya belum melihat potensi yang dapat menjadikan situs ini gagal sebagai warisan dunia,” kata Masanori dalam catatan komentarnya.

Singkat kata, di kawasan tersebut, manusia, lingkungan, dan budaya tetap terjaga. Bahkan saat pembangunan pabrik karet dan sawit serta penimbunan batu bara marak pada tahun 2010-2011, hanya sebagian kecil menapo yang tertimbun genangan logam batu bara.

“Masyarakat terus memegang nilai-nilai lama dan filosofi yang menjaga keaslian situs,” ujar Abdul Hafiz, Ketua Dwarapalamuja, lembaga pelestari situs Muaro Jambi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini