Metamoforsis Kota Tangerang dari Tempat Buangan Jadi Wilayah Aerotropolis

Metamoforsis Kota Tangerang dari Tempat Buangan Jadi Wilayah Aerotropolis
info gambar utama

Kota Tangerang tidak dipersiapkan menjadi kota untuk tempat tinggal atau servis bagi orang kolonial Belanda sejak zaman kompeni. Tangerang sebagai kota buangan dipertegas dengan kebijakan pemerintah pusat mengalihkan pembangunan penjara ke sana.

Kesan penjara yang menyeramkan, ruangan sel dengan jeruji besi yang jorok dan kotor terbantahkan ketika kaki menginjak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kota Tangerang di Jalan Daan Mogot, Kelurahan Tanah Tinggi, Kota Tangerang.

Bangunan lapas ini adalah peninggalan pemerintah kolonial Belanda dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kawasan ini didirikan pada 1928 oleh pemerintah Hindia Belanda bukan sebagai penjara, tetapi untuk mengasingkan anak Indo Belanda yang nakal.

Di Banten Hanya ke Pantai? Coba Suasana Baru dan Seru, Destinasi Indah Curug Putri!

Wali Kota Tangerang periode 1998-2003, Mochammad Thamrin bercerita semasa kecil saat tinggal bersama orang tuanya di Kuningan, Jawa Barat. Dirinya ternyata punya kenangan tentang Tangerang.

“Setiap kali bandel, orang tua saya akan mengancam membuangnya ke Tangerang,” kata Thamrin yang dimuat Kompas.

Dirinya menjelaskan bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, Tangerang identik dengan tempat pembuangan. Siapapun dia, jelas Thamrin, termasuk serdadu Belanda, kalau melakukan kejahatan akan dibuang ke Tangerang.

Tempat pengasingan

Pemerhati dan budayawan China di Tangerang, Oey Yjin Eng menjelaskan bahwa penjara pada masa kolonial Belanda berada persis setelah pos polisi kecil (pocis). Lokasi ini, jelasnya, merupakan benteng yang menjadi tempat tanahan.

Dekat pintu masuk lapas berdiri gagah menara lonceng bertuliskan tahun 1877 di bagian puncaknya. Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah menara lonceng tersebut. Menurut keterangan petugas lapas, lonceng itu berfungsi sebagai tanda bahaya.

Tahun 1934, bangunan ini dikelola Yayasan LOG, kemudian oleh Yayasan Pro Juventute. Pada pendudukan Jepang, bangunan menjadi tempat tawanan perang. Pada awal kemerdekaan, bangunan lapas juga pernah dipakai sebagai Akademi Militer Tangerang.

Peran Kesultanan Banten dalam Kejayaan Lada Hitam dari Lampung

Ketika itu, Direktur Akademi Militer Tangerang yang dijabat Mayor Daan Mogot. Dia membuka pendaftaran bagi pemuda berusia 18-25 tahun yang mau mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tahun 1964, tempat ini berganti nama menjadi Lapas Anak Wanita Tangerang. Selanjutnya pada 1977 berubah nama menjadi Lapas Anak Negara Wanita, dan pada 1985 berganti lagi menjadi Lapas Kelas IIB Anak Wanita Tangerang sebelum berubah lagi pada 2017.

Tangerang sebagai kota buangan dengan banyaknya penjara juga bisa terlihat dalam catatan sejarah. Tahun 1970-an, ketika pemerintah pusat tidak mau ada penjara di Jakarta, enam penjara dibangun di wilayah Tangerang.

Kota Aerotropolis

Tetapi pada perkembangannya, Kota Tangerang mulai berbenah, termasuk meninggalkan kesan kota buangan. Selain lapas yang terus dipercantik lengkap dengan kekayaan sejarahnya, terutama keberadaan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah memiliki ide untuk menjadikan kota Tangerang sebagai kota aerotropolis, sebuah kota yang mengusung konsep dengan tata letak, infrastruktur, dan ekonomi yang berpusat pada Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.

“Kami terus berkoordinasi dengan pihak bandara. Karena Kota Tangerang mengusung konsep aerotropolis dan kami akan terus melakukan branding,” ujar Arief.

Eduard dan Ernest Douwes Dekker, Nama Sama Beda Persona

Menurut Arief, konsep aerotropolis tersebut berdampak baik pada pertumbuhan nilai investasi yang mencapai 5,7 persen. Bahkan sejumlah maskapai pun mulai membuka kantornya di Kota Tangerang.

“Begitupun dengan perusahaan lainnya, mereka sudah berinvestasi. Geliat perkembangan investasi ini merupakan gejala positif dari aerotropolis yang sedang dikembangkan pemerintah,” jelas Arief.

M Suriawan, Executive General Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta mengakui pesatnya perkembangan di Bandara Soetta tak lepas dari banyaknya terbentuknya oleh pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Dirinya pun mengakui peran pemerintah mendorong kemajuan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, seperti membuat akses Rawa Bokor, feeder busway. Karena bentuk sinergi ini pihak pengelola akan membuat program kerjasama.

“Kontribusi kami dengan membuat program bina lingkungan dan program kemitraan yang kami alokasikan untuk warga sekitar dan untuk pemerintah kota,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini