Misteri Kijang Emas yang Diburu Keberadaannya di Pegunungan Meratus

Misteri Kijang Emas yang Diburu Keberadaannya di Pegunungan Meratus
info gambar utama

Keberadaan kijang emas di belantara Pegunungan Meratus wilayah Kalimantan Selatan sering terdengar, tetapi agak sulit membuktikan keberadaan satwa tersebut. Ceritanya hanya berasal dari mulut ke mulut.

Walau kisah tersebut berasal dari tetua warga setempat, namun pihak instansi yang berwenang di provinsi tersebut tidak ada satu yang mengulas tentang kijang tersebut. Meskipun demikian, upaya pencarian terus dilakukan.

Dari beberapa observasi di lapangan ditemukan jejak kijang kuning Kalimantan yang terjebak tali jerat dan dikonsumsi oleh penduduk. Dengan adanya temuan ini, menunjukan bahwa kawasan ini sangat penting bagi satwa liar.

Owa Jawa, Primata Zona Asiatis Bersuara Nyaring yang Langka dan Terancam Punah

Dimuat dari Liputan6, secara morfologi, pada bagian atas (punggung) satwa liar ini berwarna merah kekuning-kuningan dengan sebaran kepirangan-pirangan di sepanjang bagian tengah, terutama leher/tengkuk.

Sementara pada bagian bawah (perut) pucat kekuning-kuningan. Ekor bagian atas berwarna cokelat gelap dan kuning agak kecil serta ramping dengan tinggi bahu 50 cm. Ukuran panjang dari kepala dan badan 86-92 cm dengan berat 13,5-17,7 kg.

Sementara itu tanduknya tidak memiliki cabang dengan panjang 1,6-4,2 cm dan panjang tangkai tanduk 6,5-8,7 cm. Kijang kuning ini pun masuk dalam kelas mamalia, ordo (bangsa) Artiodactyla, famili (suku) Cervidae.

Berburu hewan legenda

Keberadaan kijang emas di kawasan Pegunungan Meratus diperkuat dengan ditemukannya tengkoraknya di area perkebunan milik warga. Tengkorak kijang ditemukan saat tim penjelajah melaksanakan penelitian pada tahun 2012 silam.

Kijang emas diburu warga di area Gunung Haung Haung, sekitar lima jam perjalanan dari Desa Haratai dengan berjalan kaki. Sementara itu warga setempat menganggap kijang emas sebagai kijang biasa sehingga kepalanya dibuang.

“Saya dapat kijang ini sekitar tiga bulan lalu di Gunung Haung Haung, di sana kami sering memasang Jipah (jerat tali), tapi kepalanya saya buang di Huma, karena tidak menarik untuk dipajang di rumah,” kata Uncau yang dimuat Republika.

Cacing Beludru, Cacing Predator Purba Penghuni Hutan Hujan Kalimantan

Selanjutnya dirinya menyatakan dari perbandingan dengan tengkorak kijang biasa, terdapat perbedaan yang menyolok, kijang emas tidak terdapat sendi pada pangkal rangganya, masing-masing rangga memiliki satu cabang, ramping dan sedikit melengkung.

Dikatakannya kijang emas memang tergolong langka dan belum terdaftar, hal ini karena kekurangan dan sangat terbatasnya data-data tentang kijang tersebut. Hal ini ditambah daerah penyebarannya yang sulit diakses manusia.

“Namun saat ini keberadaan kijang emas semakin langka dan hampir punah, daerah penyebarannya berada di hutan pegunungannya yang sulit diakses manusia,” tambahnya.

Belum bisa memastikan

Walau begitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) belum bisa memastikan keberadaan satwa unik tersebut. Hal ini karena hingga saat ini belum ada foto atau video yang mampu merekam keberadaan satwa tersebut.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Seksi Konservasi BKSDA Kalsel Ridwan Effendi pada 2016 silam dalam acara Hari Konservasi Alam Nasional di Lokasi Rehabilitasi Bekantan. Dirinya pun akan memasang CCTV untuk memastikan.

BKSDA Kalsel telah memasang sebanyak enam buah kamera pengintai binatang di beberapa lokasi di mana diperkirakan satwa itu berada. Jumlah kamera tersebut memang dinilai kurang mencukupi untuk mengintai si kijang emas.

Anjing Bernyanyi Papua, Anjing Hutan Yang Pernah Punah

Idealnya diperlukan sekitar 30 kamera, tetapi berhubung harganya mahal maka baru bisa dipasang enam buah. Diketahui harga kamera itu sekitar Rp30 juta per unit, sehingga bila harus menyediakan 30 unit maka dana yang dikeluarkan mencapai satu miliar rupiah.

Pemasangan kamera ketika itu sudah berlangsung selama dua bulan, namun sejauh ini belum terekam gambar yang dapat memastikan bahwa kijang emas menghuni hutan tersebut.

“Memang banyak cerita dari mulut ke mulut tentang keberadaan satwa tersebut, bahkan beberapa warga mengaku sempat menemui kijang emas tersebut. Hanya saja, tak ada satupun foto yang autentik yang memastikan bentuk atau keberadaan satwa itu,” ucapnya yang dinukil dari Antaranews.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini