Sejarah Ringin Contong, Landmark Kabupaten Jombang yang Ikonik

Sejarah Ringin Contong, Landmark Kabupaten Jombang yang Ikonik
info gambar utama

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki landmark alias tengara tanahnya masing-masing. Sebagai contoh, DKI Jakarta punya Monas (Monumen Nasional), sedangkan warga Surabaya memiliki Patung Sura dan Buaya sebagai landmark-nya.

Namun, bukan hanya kota-kota besar saja, Kabupaten Jombang—kurang lebih 79 km dari Surabaya—juga memiliki tengara tanah ikonik, yaitu menara air Ringin Contong. Bagaimana sejarah Ringin Contong bisa menjadi landmark Kabupaten Jombang? Mari simak ulasannya berikut ini!

Tanah Menjorok dan Pohon Beringin

Bundaran Ringin Contong
info gambar

Jika membahas soal Ringin Contong, mungkin kamu akan langsung kepikiran dengan area bundaran dan watertoren (menara air) yang ada di sana. Namun sebenarnya, penamaan Ringin Contong sendiri bukan didasarkan pada menara kerucut tersebut.

Dilansir laman detik.com, Moch Faisol—seorang penelusur sejarah Jombang dari Komunitas Pelestari Sejarah (KompaS)—menjelaskan bahwa nama Ringin Contong berasal dari bahasa Jawa: ringin artinya 'pohon beringin' dan contong merujuk pada wadah makanan yang bentuknya berupa kerucut.

Jadi, pada masa penjajahan Belanda, Kabupaten Jombang berdiri setelah lepas dari Mojokerto. Sebagai bentuk berdirinya daerah baru, Bupati Jombang pertama, Raden Adipati Arya Soeradiningrat V, lantas menanam sebuah pohon beringin.

Sementara itu, penamaan contong berasal dari Jalan Surabaya-Madiun (sekarang menjadi Jalan Gus Dur dan Jalan A. Yani). Faisol mengatakan, tanah di jalan tersebut terlihat menjorok sehingga masyarakat Jawa dulu menyebutnya sebagai sesuatu yang nyontong.

Baca juga: Mitos Watu Semar, Ikon Bojonegoro yang Dianggap Dewa

Sebuah Tempat Istirahat Sejuk yang Disinggahi Masyarakat Zaman Kerajaan

Versi lain menyebutkan, penamaan Ringin Contong terinspirasi dari lokasi bundaran yang dahulu sering menjadi tempat peristirahatan masyarakat. Pendapat ini disampaikan oleh budayawan Jombang, Nasrul Illah alias Cak Nas.

Menurut penuturan Cak Nas, pohon beringin yang ada di Ringin Contong sudah kokoh berdiri sejak zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Kuno. Keberadaannya dipertahankan guna menjaga mata air yang ada di bagian bawahnya.

Adanya pohon beringin dan mata air tersebut membuat suasana di lokasi itu terasa sejuk. itulah mengapa masyarakat Jawa dulu senang berteduh di tempat beringin itu berdiri.

Untuk kata contong sendiri, Cak Nas memaparkan, mata air yang terdapat pada lokasi pohon beringin selanjutnya ditembok. Hal ini bertujuan untuk mencegah air meluber ke mana-mana. Nah, usaha menembok mata air ini disebut orang Jawa sebagai mencontong air dari sumbernya. Alhasil, lahirlah istilah Ringin Contong.

Sebuah Pohon yang Disakralkan

Perlu Kawan GNFI ketahui, pohon beringin yang dibangun oleh Bupati Jombang Pertama sempat dianggap sakral oleh penduduk setempat. Alhasil, tidak ada siapa pun yang berani memangkas pohon tersebut.

Akan tetapi, sebuah insiden menyebabkan beringin tersebut tumbang pada tahun 1964 dan 1989. Jadi, yang Kawan lihat di Bundaran Ringin Contong bukanlah pohon yang ditanam oleh Bupati Jombang Pertama, melainkan pohon baru yang ditanam kembali pada 1989.

Kini, sebagai bentuk perawatan, pohon beringin di Bundaran Ringin Contong senantiasa dipangkas. Hal ini guna mencegah pohon kembali tumbang.

Baca juga: Mengenal Masjid Raya Al Jabbar, Ikon Baru Provinsi Jawa Barat Karya Ridwan Kamil

Belanda dan Pembangunan Watertoren

Menara air yang Kawan lihat di Bundaran Ringin Contong bisa dikatakan sebagai bangunan baru. Masih dari laman detik.com, pembangunannya sendiri baru dilakukan mulai 24 Agustus 1928, 18 tahun setelah berdirinya Kabupaten Jombang.

Dirancang oleh seorang arsitek Belanda, Ir. Snuyf, konstruksi watertoren memakan waktu 1 tahun. Setelah selesai, bangunan itu langsung difungsikan sebagai tandon air untuk menampung air yang bersumber dari Ngampungan, Bareng, Jombang.

Baca juga: Mengenal Tugu Keris Siginjai, Objek Wisata dan Ikon Kota Jambi

Kini, watertoren tersebut sudah tak lagi berfungsi sebagai penampung air—lebih tepatnya, sejak menjadi aset Perumdam Tirta Kencana Jombang pada 1993. Meskipun begitu, menara air peninggalan Dinas Pekerjaan Umum Belanda, Burgelijke Operbare Werken (BOW), masih tetap rutin dicat.

Kawan sudah baca informasi mengenai sejarah Ringin Contong. Apakah kamu pernah melihat langsung markah tanah ikonik Kabupaten Jombang ini?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini