Hati-hati! Hindari Oversharing dengan 5 Cara ini!

Hati-hati! Hindari Oversharing dengan 5 Cara ini!
info gambar utama

Apakah Kawan suka menggunakan media sosial? Biasanya, apa aja sih kegiatan yang Kawan lakukan? Pastinya ada beragam alasan Kawan menggunakan media sosial, baik alasan bermuatan positif maupun negatif.

Nah, alasan negatif inilah yang harus Kawan hindari. Misalnya, tujuan penggunaan media sosial untuk melancarkan penipuan atau menyebarkan pornografi. Hal ini tentu melanggar hukum di Indonesia.

Tidak hanya itu, meskipun alasan Kawan menggunakan media sosial untuk hal positif, Kawan juga bisa terkena dampak negatifnya. Misalnya, Kawan yang seorang konten kreator lalu memposting beragam konten secara berlebihan. Bahkan, tak menutup keumungkinan di antara konten tersebut ada yang rentan terkena pencurian data pribadi.

Perilaku Kawan tadi dapat disebut dengan oversharing. Lalu, apa itu oversharing?

Definisi Oversharing

Dilansir dari Illinoisworknet, oversharing adalah kondisi seseorang berbagi informasi pribadi terlalu banyak kepada khalayak umum atau pengguna media sosial.

Sebenarnya fenomena oversharing sering Kawan temukan di beragam media sosial, seperti Instagram, TikTok, YouTube, atau Facebook. Namun, kebanyakan orang yang mengalami oversharing tidak menyadari kondisinya.

Situasi ini juga dihubungkan dengan narsisme. Dalam hal itu, kehidupan pribadinya seakan-akan jadi 'makanan' bagi pengguna media sosial. Mayoritas orang narsisme akan menganggap dirinya adalah seseorang yang spesial, kurang empati, dan merasa berhak untuk mendapatkan sesuatu.

Baca juga: Echo Chamber Effect, Ruang Gema di Media Sosial yang Perlu Diwaspadai

Tanda-tanda Oversharing

Dilansir dari glints.com, beberapa tanda oversharing yang dapat terjadi bagi pengguna media sosial ialah sebagai berikut.

  1. Posting sangat detail tentang hubungan intim, persahabatan, urusan keluarga, dan kehidupan pribadi. Contohnya, Kawan memamerkan KTP pribadi di media sosial.
  2. Menggunakan media sosial sebagai pelampiasan emosi. Contohnya, Kawan meluapkan amarah kepada pasangan melalui instastory Instagram.
  3. Posting foto atau video yang sangat privasi. Contohnya, foto rekening atau buku nasabah Kawan.
  4. Posting foto atau video yang memalukan bagi Kawan atau orang lain. Contohnya, foto aib atau kondisi tidak baik tentang seseorang yang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu.
  5. Rutin posting dengan makanan. Memang wajar jika Kawan mendokumentasikan makanan estetik di restoran. Namun, Kawan perlu membatasi waktu pemotretan agar makanan tidak dingin.
  6. Ke manapun Kawan pergi, Kawan selalu menandai lokasi melalui postingan. Contohnya, Kawan membagikan lokasi postingan Kawan di Instagram. Hal ini membuat pengguna tahu lokasi Kawan berada dan bisa rawan kejahatan, lho.
  7. Posting apapun keseharian Kawan. Contohnya, Kawan bangun tidur atau Kawan sedang menggosok gigi.
  8. Berbagi info dan foto anak terlalu banyak. Padahal, anak adalah aset berharga bagi keluarga. Hal ini akan rentan bagi anak terkena tindak kejahatan dari orang lain.
  9. Like, comment, share, atau fitur feedback lainnya terlalu memengaruhi kehidupan Kawan.
  10. Kawan sering melakukan live Instagram atau live streaming yang tidak perlu.
  11. Jika tidak posting sehari saja, Kawan merasa gelisah.

Jadi, apakah Kawan mengalami tanda-tanda di atas?

Baca juga:

Akibat Oversharing

Akibat Oversharing
info gambar

Dilansir dari qubisa.com, Kawan akan merasakan beberapa hal ini jika Kawan mengalami oversharing, di antaranya:

1. Stres

Bagi orang yang mengalami oversharing, reaksi positif dari media sosial adalah kunci kebahagiaannya. Namun, jika banyak haters di akunnya, maka kesehatan mental mereka akan menurun. Hal ini bisa menimbulkan stres. Seseorang akan merasa overthinking dan mencari-cari kesalahan pada dirinya.

2. Kecemasan

Setelah stres, timbul rasa cemas. Seseorang akan merasa gelisah jika tidak membagikan postingan apapun ke media sosial dalam sehari. Ditambah, Kawan merasa cemas apabila culture lag (ketinggalan zaman) daripada pengguna media sosial lain. Kawan tidak mau ketinggalan terhadap tren yang terjadi. Alhasil, Kawan malah membanding-bandingkan diri sendiri terhadap orang lain.

3. Memancing Kriminal

Contohnya, Kawan memposting restoran secara real time dengan menandai lokasi restoran tersebut. Tentunya, pengguna yang melihat postingan Kawan akan tahu bahwa Kawan tidak sedang di rumah. Alhasil, pencurian bisa saja terjadi di rumah Kawan.

Contoh lain, Kawan yang membagikan postingan beberapa data pribadi (KTP atau saldo rekening) dengan nomor yang terlihat jelas. Hal itu bisa menimbulkan pencurian atau phising bagi Kawan.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Baca juga: Self Diagnosis, Fenomena Klaim Mengidap Penyakit yang Sedang Bertebar di Media Sosial

Cara Mengatasi Oversharing

Bagi Kawan atau kerabat Kawan yang mengalami oversharing, segera hentikan kebiasaan itu dengan 5 cara ini.

1. Jangan Posting saat Emosi

Siapa yang suka instastory galau jika habis putus dengan pacar? Nah, mending Kawan hentikan dan curhat kepada orang terdekat saja, deh. Sebab, hal itu bisa jadi boomerang bagi Kawan. Yap, mungkin saja ada beberapa pengguna yang memanfaatkan situasi itu.

Selain itu, Kawan juga pasti melihat beberapa influencer atau selebriti yang kariernya hancur gara-gara postingan. Pastinya Kawan tidak mau terjadi pada diri Kawan, kan?

2. Atur Akun ke Privat

Media sosial, seperti Instagram dan Twitter memiliki pengaturan untuk akun privat. Untuk itu, Kawan bisa melakukan privasi akun Kawan. Hal ini bertujuan agar Kawan dapat menyeleksi followers atau pengguna yang bisa melihat postingan Kawan.

Kawan juga bisa menggunakan fitur close friends untuk postingan instastory di Instagram. Pastinya, instastory Kawan hanya bisa dilihat oleh teman-teman terdekat. Dengan begitu, Kawan jadi lebih selektif dalam memilah followers di media sosial.

3. Selektif Posting

Jangan posting yang terlalu detail tentang urusan keluarga, pribadi, kerabat, atau pasangan. Sebelum posting, Kawan berpikir dulu apakah postingan ini akan bersifat kontroversial atau positif? Jika masih bingung, Kawan boleh meminta izin kepada orang terkait yang ada di postingan Kawan.

Tidak hanya itu, Kawan juga perlu membatasi postingan pada akun Kawan. Sebaiknya, hindari posting setiap hari. Lalu, Kawan sebisa mungkin membagikan informasi yang bermuatan positif sehingga berguna bagi orang lain.

4. Aktifkan Quality Time-mu

Kawan tidak perlu membuktikan diri di media sosial, kok. Lakukan kegiatan positif bersama orang-orang terdekat rasanya sudah cukup. Terlebih, Kawan bisa fokus mendapatkan momen terbaik dengan mereka.

Dengan hal ini, Kawan tidak terpaku pada media sosial yang membuat liburan atau kegiatan Kawan bersama orang terdekat jadi kaku. Yuk! Bahagia tanpa media sosial.

5. Lebih Teliti terhadap Gangguan di Media Sosial

Banyak orang yang mengalami oversharing akan mudah kepincut tentang berbagi informasi sensitif. Hal itu membuat mereka bahagia karena berhasil membuktikan dirinya kepada orang lain. Padahal, tanpa disadari itu bisa jadi senjata yang merugikan buatnya.

Untuk itu, Kawan bisa meningkatkan literasi internet dengan bijak bermedia sosial. Perhatikan tanda-tanda penipuan digital dari pelaku. Contohnya, Kawan mendapat tawaran endorse dari sebuah akun. Sebelum menerima endorse itu, Kawan harus memeriksa akunnya, legalitas usahanya, dan beberapa pola postingannya.

Baca juga: Tenggelam Dalam Media Sosial Sampai Takut Ketinggalan Orang Lain? Kenali Istilah FOMO!

Yap, itulah serba-serbi tentang oversharing dan cara mengatasinya. Dengan demikian, Kawan harus bijak menggunakan media sosial agar tidak terkena hal yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain, ya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini