4 Daur Ulang Sampah Organik Tak Biasa, Pembalut dari Batang Pisang?

4 Daur Ulang Sampah Organik Tak Biasa, Pembalut dari Batang Pisang?
info gambar utama

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah adalah dengan melakukan daur ulang. Cara ini memungkinkan sampah untuk diproses kembali menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan.

Sampah terdiri dari dua jenis, salah satunya organik. Sampah organik, seperti sayuran dan buah-buahan, biasanya didaur ulang menjadi kompos. Namun, mereka dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih wow, lo!

Kali ini, Kawan GNFI akan diajak untuk melihat sederet cara daur ulang sampah organik yang tak biasa. Penasaran ada apa saja? Kuy, simak informasinya!

1. Mengubah Mahkota Nanas Menjadi Piring

Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan lingkungan di Kolombia. Negara Amerika Selatan tersebut juga tengah berupaya mengurangi penggunaan plastik dengan pengadaan penambahan pajak.

Guna menciptakan lingkungan yang lebih bebas plastik, Andres Benavides dan Claudia Barona dari Lifepack memutuskan untuk membuat piring dari mahkota nanas. Jadi, bagian atas nanas dihaluskan, kemudian dicampur dengan kertas daur ulang.

Selepas itu, mahkota nanas yang sudah halus dibuat menjadi lembaran-lembaran untuk selanjutnya dijemur. Setelah kering, lembaran tersebut dibentuk oleh mesin menjadi piring.

Piring buatan Lifepack ini tentu ramah lingkungan. Apabila Kawan menaruhnya di tanah dan menyiraminya, maka dalam beberapa hari, akan muncul tunas.

Di samping mahkota nanas, perusahaan ini juga membuat wadah makanan lain. Sebagai contoh, mereka juga membuat wadah roti isi dan pegangan cangkir kopi yang di dalamnya terkandung biji stroberi atau daun ketumbar.

2. Karpet dari Batang Pisang

Daur ulang sampah organik berikutnya melibatkan batang pisang. Biasanya, bagian tersebut didaur ulang menjadi kompos untuk menyuburkan tanah. Akan tetapi, Kimani Muturi dari TexFad melihat potensi lain dari buah tersebut.

Didirikan pada 2013, Kimani dan TexFad menyulap batang-batang pisang menjadi karpet, alas piring, dan bahkan ekstensi rambut. Untuk membuatnya, batang pisang perlu dipotong-potong terlebih dahulu untuk dijemur.

Kemudian, mereka dimasukkan ke dalam sebuah mesin untuk diubah menjadi serat. Serat yang sudah jadi perlu dikeringkan kembali. Barulah setelah itu, serat batang pisang dapat dianyam untuk dibuat menjadi karpet dengan motif yang cantik.

Butuh waktu kurang lebih 1 bulan untuk menyelesaikan satu buah karpet. Tak heran jika karpet batang pisang buatan TexFad dihargai mulai dari 500 dolar atau sekitar Rp7,5 juta.

Baca Juga: 5 Cara Daur Ulang Kotoran, Dijadikan Kertas dan Bahan Bakar!

3. Inovasi Saathi Membuat Pembalut Batang Pisang

Selain menjadi karpet, batang pisang ternyata dapat diubah menjadi pembalut. Dari benua Afrika, mari terbang ke Asia Selatan untuk melihat Saathi melakukannya.

Berangkat dari permasalahan kebutuhan pokok perempuan India, Saathi berinovasi dengan menciptakan pembalut yang terbuat dari batang pisang. Mirip seperti yang dilakukan TexFad, batang pisang terlebih dahulu diproses menjadi serat.

Serat yang sudah jadi lantas disatukan dengan bahan-bahan lain. Setidaknya dari satu batang pohon pisang saja bisa tercipta sekitar 3.000 ribu buah pembalut.

Lebih lanjut, Saathi sendiri menjamin bahwa pembalut hingga kemasan yang mereka buat benar-benar ramah lingkungan. Perusahaan yang telah berdiri sejak 2015 itu telah membantu memenuhi kebutuhan setiap perempuan di India.

4. Briket Kelapa Asal Sierra Leone

Produk daur ulang sampah organik yang satu ini juga muncul akibat sebuah permasalahan lingkungan. Sierra Leone, sebuah negara di Afrika Barat, menghadapi permasalahan deforestasi yang cukup memprihatinkan.

Maraknya penebangan pohon menyebabkan tidak ada lagi yang mampu menahan tanah ketika badai menerjang. Karena hal tersebut, Alhaji Siraj Bah hadir dengan sebuah gebrakan untuk membuat arang dari tempurung kelapa.

Selama ini, masyarakat di Freetown, ibu kota Sierra Leone, masih bergantung pada arang yang berasal dari kayu pohon. Di waktu yang bersamaan, kelapa merupakan salah satu buah favorit di sana sehingga sangat mudah untuk menemukannya.

Alhaji lantas mengumpulkan tempurung kelapa untuk disulap menjadi briket-briket arang. Produk buatannya memang sedikit lebih mahal dari arang biasa. Namun, briket tempurung kelapanya mampu menyala selama 4 jam dan menghasilkan asap lebih sedikit.

Pasar briket buatan Alhaji sendiri sudah mencapai Jerman dan Inggris. Kendati demikian, dirinya masih punya PR besar dalam meyakinkan masyarakatnya sendiri untuk beralih ke arang ciptaannya yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: 5 Aneka Plastik Ramah Lingkungan, Ada yang dari Sisik Ikan

Ternyata, selain menjadi pupuk kompos, sampah dapur dapat disulap menjadi piring dan bahkan pembalut. Semoga informasi tentang daur ulang sampah organik tadi menambah wawasanmu, ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FS
GI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini