Masyarakat Dayak yang Setia Menjaga Rotan Layaknya Belahan Hati

Masyarakat Dayak yang Setia Menjaga Rotan Layaknya Belahan Hati
info gambar utama

Masyarakat Dayak telah memuliakan rotan dalam kehidupannya. Tetapi kini, rotan telah menjadi bahan dasar mebel yang komersil. Rotan yang jadi komoditas unggulan pun kini mengalami keterpurukan.

Laurensia Rusan, adalah salah satu contoh dari masyarakat Dayak yang masih memanfaatkan rotan. Dirinya menarik batang rotan untuk membuat lanjung atau tas keranjang khas masyarakat suku Dayak.

Lanjung biasa digunakan perempuan Dayak ke hutan untuk mengambil sayur, buah-buahan, bahkan tanaman obat. Pemandangan inilah yang mudah dijumpai di pelosok dan pedalaman Kalimantan Tengah.

Peran Rumah Panjang, Penjaga Solidaritas dan Keharmonisan Masyarakat Dayak

Selain itu, dirinya juga memilih rotan yang dipotong rapi dan mulai menganyam. Butuh waktu tiga hari untuk membuat lanjung. Tidak jauh dari situ, asap dari tungku api juga telah mengepul di dapur.

Dirinya ternyata sedang merebus rotan muda yang telah menguning tanda matang. Dirinya kemudian menambahkan santan dan beberapa bumbu. Jadilah juhu umbat rotan atau sayur rotan muda.

“(Umbat Rotan) ini baru saya ambil di kebun dekat rumah tadi pagi. Sekalian saya panen rotan. Lumayan dapat sekitar 50 kilogram tadi,” ujarnya yang dimuat Kompas.

Rotan dan masyarakat Dayak

View this post on Instagram

A post shared by old indische ♥️🇮🇩NKRI (@nederlandsch_indie_zone)

Pengalaman Laurensia ini menunjukkan kedekatan antara masyarakat Dayak dengan rotan sejak lama. Budidaya rotan bahkan telah muncul sejak lama karena masyarakat Dayak sangat membutuhkan tanaman tersebut.

Januminro dalam buku Rotan Indonesia menyebutkan bahwa rotan digunakan sebagai obat tradisional yang mampu menghilangkan rasa sakit bagi ibu-ibu ketika akan melahirkan. Rotan itu disebut rotan selian (Calamus ornatus BI).

Dirinya menambahkan bahwa lelaki Dayak menggunakan rotan untuk mengikat kayu atau tiang-tiang saat membuat rumah panjang atau yang dikenal dengan huma betang khas masyarakat Dayak.

Ritual Mangkuk Merah: Panggilan Perang Maut Masyarakat Dayak

Rotan digunakan untuk mengikat kayu baja atau ulin sebagai penyangga. Sementara itu pemilihan rotan karena tanaman ini paling kuat sebagai tali dibandingkan akar-akaran atau tumbuhan merambat lainnya di hutan Kalimantan.

Januminro juga menyebut tidak hanya laki-laki yang menggunakan rotan. para perempuan Dayak juga sering memanfaatkan rotan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membuat tikar, sarung bantal, dan kriya rotan lainnya.

“Kedekatan masyarakat Dayak dengan rotan sudah terjadi sejak manusia Dayak itu ada. Dulu rotan hanya tumbuh liar lalu dimanfaatkan. Lambat laun dibudidayakan setelah tahu banyak manfaatnya,” ucapnya.

Mengembalikan kejayaan rotan

View this post on Instagram

A post shared by old indische ♥️🇮🇩NKRI (@nederlandsch_indie_zone)

Tetapi di tengah lesunya industri rotan, banyak petani beralih ke pekerjaan lain. Ada yang menjadi buruh sawit, ada pula yang beralih menjadi pekerjaan lain. Ada yang menjadi buruh sawit, ada pula yang beralih menjadi pekerja migran.

Bupati Katingan, Sakariyas menyebut di wilayahnya ada sekitar 325.000 hektare lahan yang berisi rotan dengan estimasi 15.000 ton per tahun. Praktis katanya hanya sebagian kecil dari jumlah itu yang dipanen.

“Saat ini kami masih berupaya menghidupkan kembali rotan, tetapi tidak bisa usahanya hanya dari Kabupaten, harus ada upaya yang matang juga dari provinsi dan pemerintah pusat,” ungkapnya.

Daun Sengkubak, Penyedap Rasa Alami dari Kalimantan

Baginya, masa kejayaan rotan untuk masyarakat Dayak belum hilang. Meskipun industrinya lemah, rotan telah menjadi barang primadona di dunia usaha mikro, kecil, dan menengah. Banyak dari ibu-ibu yang mengembangkan anyaman kriya rotan.

“Produksi memang turun terus, tetapi selalu ada upaya di balik itu. Ada berkah yang dicari. Apalagi dengan tetap mempertahankan kearifan lokal,” ungkapnya.

Meski industri rotan lesu, bagi masyarakat Dayak tanaman ini tidak ada matinya. Karena bagi mereka rotan tidak hanya sebagai komoditas dan uang, namun sebagai budaya yang harus dijaga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini