Kuntul Perak, Burung Primadona Kota Bontang

Kuntul Perak, Burung Primadona Kota Bontang
info gambar utama

Kota Bontang di Kalimantan Timur memiliki primadona satwa langka yang dijadikan maskot kota hingga inspirasi motif kain batik. Satwa langka tersebut adalah burung kuntul perak.

Kuntul perak merupakan satwa sejenis bangau dari genus Mesophyx. Habitat burung ini berada di air tawar dan air asin, meliputi danau, rawa, muara, hutan mangrove, sawah, danau, sungai, hingga garis pantai. Tersebar hingga ketinggian 1.000 mdpl.

Penyebarannya meliputi wilayah Afrika, India, Asia Timur, Australia, Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kuntul perak di Indonesia tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan paling banyak di Kalimantan.

Ingin mengetahui kuntul perak lebih banyak? Simak ulasannya berikut ini, ya!

Baca juga: Tokhtor Sumatera, Burung Endemik Sumatra yang Dikira Punah

Ciri Kuntul Perak

Ciri Kuntul Perak | Foto: www.rekoforest.org
info gambar

Nama ilmiah kuntul perak, yakni Mesophoyx intermedia. Sebagian ahli taksonomi menggolongkan burung itu ke genus Egretta atau Ardea. Sebab itu, kuntul perak juga disebut Egretta intermedia atau Ardea intermedia.

Sementara itu, dalam bahasa Inggris, burung kuntul disebut juga yellow-billed egret, intermediate egret, median egret, dan smaller egret.

Kuntul perak berukuran sedang, berada di tengah antara kuntul besar dan kuntul kecil. Panjang tubuhnya sekitar 56—72 cm dan lebar sayapnya sekitar 105—115 cm. Sementara itu beratnya sekitar 400 gram.

Warna burung ini didominasi putih atau krem pada bagian bulu dan kuning berujung cokelat pada bagian paruh. Mata kuntul perah berwarna kuning dan kakinya berwarna gelap.

Ciri khas lain burung ini adalah paruh agak pendek dan leher berbentuk huruf “S” tanpa simpul.

Baca juga: 10 Fauna Endemik Indonesia yang Tersebar di Indonesia, Wajib Dijaga!

Burung kuntul perak dapat hidup sendiri atau dalam koloni kecil. Mereka suka berburu katak, ikan, serangga air, belalang, dan udang-udangan di perairan pantai dangkal atau ladang yang tergenang.

Mereka biasanya bersarang membentuk koloni dengan sesamanya atau burung air lain. Kawan bisa melihat kalau kuntul perak suka membuat sarang menggunakan ranting kayu yang disusun di dahan pohon, semak, atau belukar dekat air.

Nah umumnya telur kuntul perak berwarna hijau biru pucat. Mereka akan mengeluarkan 3—4 butir dalam sekali bertelur.

Primadona Kota Bontang

Dahulu, burung kuntul perak banyak berkembang biak di pesisir hutan bakau Kota Bontang. Keberadaannya menjadi populer karena mudah ditemui.

Namun, seiring waktu populasi kuntul perak menurun hingga sulit ditemui. Kuntul perak pun masuk kategori Least Concern atau spesies risiko rendah dalam Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.

Melalui rangkaian pertemuan, diskusi, bahkan jajak pendapat di enam kelurahan, Kota Bontang akhirnya menetapkan burung kuntul perak sebagai maskot kota. Keputusan itu tertuang dalam SK Walikota Bontang Nomor 559 tahun 2004. Melalui penetapan ini, diharapkan pelestarian kuntul perak di Kota Bontang akan terus dilakukan.

Baca juga: Elang Bondol, Burung Maskot DKI Jakarta yang Dilindungi

Melansir dari situs web Restorasi Ekosistem Riau, dalam kegiatan Asian Waterbird Census (AWC) atau Sensus Burung Air Asia 2022 di Semenanjung Kampar, mereka menemukan 176 burung air dari 12 spesies di sekitar Sungai Kampar, Sungai Kutup, dan Pulau Padang.

Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2021 yang mencatat kemunculan 163 burung air dari 10 spesies.

Selain maskot, pengrajin batik terinsipirasi membuat batik motif kuntul perak. Tak hanya melambangkan keindahan burung kuntul sebagai ikon Kota Bontang, tetapi juga melambangkan masyarakat Bontang yang pekerja keras, ramah, ceria, dan berpikiran terbuka.

Itulah informasi mengenai burung kuntul perak si primadona Kota Bontang. Masih banyak satwa lain yang menarik untuk diulas lain kesempatan. Semoga ulasan kali ini membuat Kawan makin tahu Indonesia, ya!

Referensi:Daerah Kita | Restorasi Ekosistem Riau | iWareBatik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini