Peran Batang Garing sebagai Lambang Abadi Masyarakat Dayak

Peran Batang Garing sebagai Lambang Abadi Masyarakat Dayak
info gambar utama

Batang Garing (Pohon Kehidupan) menjadi lambang abadi suku Dayak di Kalimantan Tengah. Pohon ini berdahan tiga di sebelah kiri dan kanan serta dihiasi flora dan fauna Isen Mualang itu kaya makna, yakni keseimbangan antara manusia dan alam.

“Suku Dayak mempunyai hubungan erat dengan hutan karena hidupnya bergantung pada hutan. Tanah menjadi ibu pertiwi yang sangat dicintai dan harus dijaga,” ungkap Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalteng, Sabran Achmad yang dimuat dari Kompas.

Sabran menyebut semula istilah Batang Garing adalah Batang Haring. Hal ini menunjuk pada bulir padi yang tumbuh kembali setelah bulir pertama diketam. Haring memiliki arti hidup kembali.

Potret Gerakan Satu Juta Pohon dan Reboisasi Hutan di Indonesia

Dirinya menjelaskan di pohon tersebut terdapat gambar fauna khas Kalteng, seperti kera dan burung. Pada dasar pohon, tambahnya, terdapat balanga (guci) yang menampung a ir kehidupan dan dijaga berbagai macam senjata tradisional Dayak.

Sementara itu ornamen Batang Garing juga dapat ditemui di beberapa kota di Kalteng. Misalnya di Palangkaraya di mana ornamen ini terdapat pada gerbang Istana Isen Mulang, rumah jabatan Gubernur Kalteng, Dinding gedung Badan Perpustakaan.

“Lambang Batang Garing menunjukkan bangunan itu adalah milik suku Dayak. Lambang itu juga biasanya diukir pada rumah betang dan dijadikan lukisan di ruang tamu. Batang Garing memiliki kekuatan magis bagi Suku Dayak. Lambang itu sudah ada sejak dulu,” kata Sabran.

Lambang persatuan

Sabran menyebutkan bahwa pohon Batang Garing sudah menjadi kekhasan untuk Suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Ma’anyam, dan Lawangan. Batang Garing, ucapnya, telah menjadi lambang khas suku Dayak sejak lama.

“Batang Garing menjadi lambang khas suku Dayak sejak agama helu atau agama terdahulu dan melambangkan persatuan dari suku Dayak. Persatuan ini menjadi modal bagi persatuan Indonesia sebagai bangsa dan negara,” ucapnya.

Sementara itu Y Nathan Ilon dalam buku Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing dan Dandang Tingang menulis bahwa bahasa dan legenda Sangen-Sangiang yang bercorak kiasan melukiskan mitos Panaturan Karak Tungkup.

ugiarto, Dedikasikan Hidup Lebih dari 20 Tahun untuk Gaungkan Aksi Menanam Pohon

Pada mitos tersebut dikisahkan cikal bakal manusia dan melahirkan lambang pokok Batang Garing Belom dan Dandang Tingang. Di mana terdapat corak kiasan ganda serta mengalirkan ungkapan Belom Bahadat yang berarti corak kesopanan yang sangat luas.

“Kiasan, lambang, dan kesopanan itu didukung berbagai ungkapan pepatah lainnya, yang mengendap dan terjelma menjadi nilai adat istiadat dalam masyarakat Dayak,” paparnya.

Kaya makna

Megandika Wicaksono dalam Tanah Air: Lambang Abadi Dayak menuturkan pada mitos Panaturan versi Sangen dikisahkan terciptanya alam semesta dan cikal bakal manusia yang dipercaya masyarakat Dayak.

Di mana pada mulanya hanya ada Sang Ranying Hatala Langit bersama bayangan-Nya yang disebut Bulan Bawin Jata Balawang Bulau yang berkuasa. Selain itu, ada dua bukit bergantung yang disebut bukit hitan baragantung dan bukit bulau baratu yang hawun.

“Artinya, bukit intan dan bukit emas yang memancarkan sinar terang,” paparnya.

Sementara itu kedua bukit saling bergoyang dan membentur sebanyak tujuh kali. Benturan tersebut melahirkan unsur dan simbol kehidupan, termasuk Dandang Tingang serta pohon unik yang kokoh dan berbuah lebat yang nantinya dinikmati makhluk hidup.

Pohon itu disebut Batang Garing Belom. Benturan dahsyat membuat bukit intan dan bukit emas pecah bertebaran di angkasa lalu menjelma menjadi matahari, bulan, bintang, langit, awan, embun, serta siang dan malam.

7 Macam Pohon Endemik Berstatus Langka di Indonesia

Pohon kehidupan yang tercipta akibat benturan kedua bukit itu memiliki makna cairan bening yang hidup, ada dalam harkat ketinggian, dan milik Tuhan. Pohon itu sumber kehidupan yang menaungi keluhuran nenek moyang.

Akar tunjangannya terdiri dari berbagai senjata, melambangkan keberanian dan jiwa kepahlawanan sebagai harga diri. Basung dan baner (pangkal pohon) terdiri dari guci dan gong lambang kekayaan.

“Seluruh bagian dari Batang Garing melambangkan makna kehidupan yang beragam dalam kehidupan warga Suku Dayak,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini