Menyaksikan Keindahan Keramik Singkawang yang Keluar dari Perut Naga

Menyaksikan Keindahan Keramik Singkawang yang Keluar dari Perut Naga
info gambar utama

Singkawang, Kalimantan Barat telah terkenal sebagai sentra penghasil keramik sejak 1895. Sentuhan budaya China sangat terasa pada keramik asal tempat yang berjuluk Kota Seribu Kelenteng ini.

Sentra kerajinan keramik tradisional di Singkawang berpusat di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan. Daerah ini terdapat di kawasan pintu masuk ke Singkawang dari arah Selatan, berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Singkawang.

Industri keramik di Sedau pertama kali dirintis para imigran Tiongkok yang datang ke Singkawang sekitar 1895. Industri ini juga tercatat sebagai pabrik pertama keramik di Kalimantan Barat.

Aktivitas Wisata di Purwakarta, Dari Membuat Keramik Hingga Panjat Tebing di Gunung

Pembuatan keramik merupakan usaha turun-temurun. Pada mulanya kerajinan ini hanyalah pekerjaan sampingan dan berskala rumah tangga. Tetapi pada perkembangannya, pembuatan keramik menjadi industri berskala kecil dan menengah.

“Kerajinan keramik di Sedau merupakan tradisi pembuatan keramik tradisional yang masih tersisa di Asia, selain di Vietnam,” kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Singkawang, Emy Erwanda pada 2012 lalu yang dinukil dari Peladangkita.

Teknologi tradisional

Keramik Singkawang memiliki motif yang khas Dinasti Ming, seperti burung hong, kepala naga, gulungan surat serta kepala dewa. Hal yang menarik tentunya adalah teknologi pembuatannya yang disebut tungku naga.

Para perajin keramik di Singkawang memang masih menggunakan tungku pembakaran yang tradisional. Tungku ini bak naga yang sedang berbaring mengeluarkan asap panas dari perutnya sehingga mengeluarkan karya-karya keramik yang ciamik.

“Baru tadi pagi kami mengeluarkan keramik setelah dibakar selama 48 jam,” kata Tji Njung Muis, Manajer Pabrik Keramik Borneo Lentera Prima, di Singkawang.

Museum Seni Rupa dan Keramik

Tungku naga merupakan salah satu ciri khas dalam tradisi pembuatan keramik di Singkawang. Penggunaan tungku tidak ditemukan di daerah lain, bahkan di Tiongkok sekalipun yang merupakan tanah leluhur para perajin tembikar di Singkawang.

Tungku yang masih menggunakan kayu bakar itu masih dipertahankan karena mampu membakar keramik dalam jumlah besar dan merata. Bahkan tungku naga ini mampu membakar 1.500 keramik atau tembikar sekalipun.

Selain masih menggunakan teknologi tradisional, para perajin juga tetap mempertahankan motif peninggalan bersejarah sebagai ornamen pada keramik. Di antaranya, pola naga peninggalan Dinasti Ming, penguasa di Tiongkok pada abad 14.

“Kami juga memproduksi tempayan bermotif naga peninggalan Dinasti Tsung, yang hidup pada abad 10 hingga abad 12,” ujarnya.

Mulai meredup

Sinar Terang merupakan salah satu pembuat keramik yang sangat terkenal di Singkawang. Mereka bisa membakar ratusan keramik besar dan kecil dalam seminggu, tetapi itu merupakan cerita pada era 1980 an.

Bong Se Moi, pengelola Sinar Terang menyebutkan pembakaran memerlukan biaya mencapai puluhan juta. Sementara itu mereka mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku dan kekurangan tenaga ahli.

“Bisa dibayangkan beberapa biaya yang harus dikeluarkan,” katanya.

Inilah Tutul, Desa Paling Produktif yang Tenar di Mancanegara

Hantaman gelombang ini semakin membesar dalam beberapa tahun terakhir akibat serbuan impor dari Tiongkok. Pasar Pontianak dan Singkawang dipenuhi barang murah, salah satunya adalah keramik.

Sejumlah program revitalisasi dilakukan oleh pemerintah Singkawang, salah satunya dengan menggulirkan program Satu Desa, Satu Produk atau One Village, One Product (OVOP).

Program ini mengikutsertakan perajin pemula untuk regenerasi. Mereka akan dilatih tentang teknik pembuatan keramik secara modern. Sudah ada puluhan perajin yang akan mengikuti pelatihan tersebut.

“Tradisinya tetap dilestarikan, tetapi dengan sentuhan modernisasi sehingga produk yang dihasilkan sesuai permintaan pasar,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini