Nampaknya, Perang di Ukraina Akan Berlangsung Lama

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Nampaknya, Perang di Ukraina Akan Berlangsung Lama
info gambar utama

Setiap negara didunia ini dalam melakukan analisa bagaimana kondisi perekonomian negaranya pada tahun 2023 ini, maka salah satu variabel yang menentukan apakah perekonomian negara itu baik atau buruk adalah perang yang sedang berlangsung di Ukraina dimana Rusia sejak 24 Februari 2022 lalu melakukan Operasi Militer Terbatas.

Perang yang sedang berlangsung sampai sekarang ini memang menyebabkan gangguan pada ekonomi global, disrupsi pada supply chain, gangguan pada perdagangan internasional, kenaikan harga kebutuhan diseluruh dunia, kemiskinan dsb. Semakin berlangsung perang itu semakin runyam kondisi ekonomi dunia. Lalu apakah ada tanda-tanda damai di Ukraina itu? apakah ada upaya perdamaian.

Perjanjian Minsk

Upaya itu pernah dilakukan dengan adanya Perjanjian Minsk yaitu serangkaian perjanjian internasional yang berusaha untuk mengakhiri perang Donbas Ukraina yang terjadi antara kelompok separatis Rusia bersenjata dan Angkatan Bersenjata Ukraina, dengan pasukan reguler Rusia memainkan peran sentral.

Perjanjian yang pertama, yang dikenal sebagai Protokol Minsk, dirancang pada tahun 2014 oleh Kelompok Kontak Trilateral di Ukraina, yang terdiri dari Ukraina, Rusia, dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) dengan mediasi oleh para pemimpin Prancis Francois Holland dan Angela Merkel Jerman dalam apa yang disebut Format Normandia .

Setelah pembicaraan ekstensif di Minsk, Belarus, perjanjian itu ditandatangani pada 5 September 2014 oleh perwakilan dari Kelompok Kontak Trilateral dan, tanpa pengakuan status mereka, oleh para pemimpin Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri (LPR).

Perjanjian ini mengikuti beberapa upaya sebelumnya untuk menghentikan pertempuran di wilayah tersebut dan bertujuan untuk menerapkan gencatan senjata segera.

Perjanjian tersebut gagal menghentikan pertempuran dan dengan demikian diikuti dengan perjanjian yang direvisi dan diperbarui, Minsk II, yang ditandatangani pada 12 Februari 2015.

Perjanjian ini terdiri dari paket tindakan, termasuk gencatan senjata, penarikan senjata berat dari garis depan, pembebasan tawanan perang, reformasi konstitusional di Ukraina yang memberikan pemerintahan sendiri ke daerah-daerah tertentu di Donbas dan memulihkan kendali perbatasan negara kepada pemerintah Ukraina.

Sementara pertempuran mereda setelah penandatanganan perjanjian, itu tidak pernah berakhir sepenuhnya, dan ketentuan perjanjian tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan.

Dunia terutama Rusia terkejut dengan adanya pengakuan baru-baru ini atas kebohongan dalam perjanjian perdamaian itu dari mantan presiden Perancis Holland dan Kanselir Jerman Angela Merkel yang mengatakan bahwa perjanjian itu sejatinya hanya kedok untuk memberi waktu Ukraina membangun militernya dalam melawan Rusia.

Presiden Vladimir Putin merasa ditusuk dari belakang dengan pengakuan itu dan mengatakan bahwa pihak barat tidak ada keinginan untuk berdamai. Sejak itu presiden Putin dan pemerintahannya tidak percaya dengan apapun yang diucapkan para pemimpin barat.

No boots on the ground

Perang yang berlangsung di Ukraina itu sejatinya adalah perang antara pihak barat--Amerika Serikat dan NATO melawan Rusia, dan Ukraina dipakai sebagai proxy saja, sebagai alat saja.

Secara diplomatik, para pemimpin barat terutama Amerika Serikat sering mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak mau terlibat dalam peperangan itu, “Tidak ada tentara AS di pertempuran itu” atau “there is no U.S boot on the ground”. Meskipun secara diplomatik disebutkan tidak ada keterlibatan negara AS dan sekutunya di Ukraina, namun mereka selalu mengirimkan berbagai macam senjata berat seperti tank, howitzer, rudal presisi tinggi ke Ukraina yang bernilai milyaran doilar.

Terakhir ada kesepakatan AS mengirim tank canggihnya demikian pula pihak Jerman, Inggris dan Polandia. Selain itu dilapangan banyak ditemukan tentara bayaran warga negara AS, Inggris, Jerman, Polandia dsb.

"We are fighting a war against Russia, and not against each other".

Sementara para pemimpin AS dan NATO menyembunyikan keterlibatan mereka dalam perang di Ukraina dengan tidak mengeluarkan pernyataan yang bersifat provokasi, namun Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock didepan anggota parlemen Eropa di Strasbourg mengatakan dengan terang-terangan bahwa “Kita sedang berperang melawan Rusia” (we are fighting a war against Rusia).

Pernyataan itu sangat mengejutkan dunia, karena itu bisa berarti pernyataan secara terbukan sebagai pernyataan perang atau declaration of war. Kalau pernyataan itu benar maka berarti pihak Rusia memiliki hak untuk menyerang seluruh kota-kota besar di Eropa karena dalam kondisi perang suatu negara memiliki hak untuk mempertahankan diri. Padahal doktrin nuklir Rusia menyebutkan senjata nuklir bisa digunakan apabila ada ancaman terhadap negara Rusia.

Melihat kenyataan diatas, maka nampaknya perang di Ukraina tidak ada tanda untuk berhenti atau berdamai dan ini menyebabkan kondisi ekonomi global akan semakin parah.

Semoga perang itu berhenti.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini