Sasi Laut di Maluku, Cara Unik Masyarakat Adat Jaga Kelestarian Laut

Sasi Laut di Maluku, Cara Unik Masyarakat Adat Jaga Kelestarian Laut
info gambar utama

Aksi eksploitasi ilegal di laut Indonesia kerap kali terjadi. Untuk mengatasinya, pemerintah mengeluarkan peraturan perundangan-undangan tentang perikanan dan kelautan.

Namun, sebelum regulasi resmi tersebut ada, ternyata masyarakat adat di Maluku telah memiliki sistem serupa untuk menjaga kelestarian laut yang disebut dengan Sasi Laut. Penasaran bagaimana berjalannya sistem Sasi Laut? Simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Apa Itu Sasi Laut?

Sasi Laut merupakan kelembagaan tradisional yang menerapkan prinsip konservasi, yaitu mengatur tentang masa pemeliharaan dan panen hasil laut. Tradisi adat yang dilakukan secara turun-temurun ini dapat ditemukan di pesisir Maluku—juga di Papua.

Terdapat ritual yang dinamakan Buka dan Tutup Sasi sebagai penanda waktu sasi diberlakukan dan diakhiri. Ritual ini dilakukan dengan berbagai cara: kadang menggunakan janur, tombak, hingga panah.

Baca Juga: Mengenal Sasi Nggama, Tradisi Menjaga Laut Masyarakat Kaimana

Unsur-unsur Penting dalam Sasi Laut

Sasi Laut
info gambar

Mengacu pada enam unsur pengelolaan berbasis masyarakat menurut Ruddle (1999), Kawan dapat menemukannya dalam sistem Sasi Laut yang ada di masyarakat adat khususnya di Maluku.

Adanya enam unsur ini menunjukkan bahwa Sasi Laut juga tak kalah kompleksnya dengan peraturan resmi milik pemerintah. Kira-kira apa saja unsur-unsur tersebut, ya?

1. Pemegang Otoritas

Di masyarakat adat Maluku, ada yang disebut kewang yang menjadi penjaga laut. Tugasnya tidak hanya menjaga laut selama Sasi berlangsung, tetapi juga memimpin pelaksanaan ritual.

Kewang juga bertanggung jawab untuk memberi tanda batas-batas kawasan sasi. Selain penjaga laut, ada pula polisi adat yang dinamakan kewang adat.

Uniknya, Kewang sering dianggap bisa memanggil ikan. Karena ilmu yang dimilikinya, kewang dapat mengetahui keberadaan ikan secara tidak langsung, lho!

2. Sanksi terhadap Pelanggar

Tidak berbeda dengan undang-undang resmi milik pemerintah, sasi laut juga memberlakukan sanksi kepada para pelanggarnya. Hukuman yang diberikan, antara lain ditangkap, dipertontonkan di hadapan masyarakat umum, dan mendapat hukuman fisik seperti cambuk dan kerja paksa.

Selain itu, ada pula hukuman berupa denda dan sanksi sosial dengan dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Yakin, deh, pelanggarnya bakalan takut kalau begini!

3. Batas Wilayah yang Jelas

Telah disinggung sebelumnya, kewang bertugas menentukan batas wilayah dibantu oleh Kewang Adat yang memberikan penanda.

Ini menunjukkan bahwa pemberlakuan sasi laut jua ditetapkan dalam batas-batas wilayah yang jelas. Nah, batas wilayah ini biasanya menggunakan tanda alam (natural sign) seperti pulau dengan pulau.

4. Hak Mengakses/Memanfaatkan

Adanya batas wilayah secara langsung juga membatasi orang luar untuk mengakses sumber daya laut yang terkandung di dalamnya.

Ini dilakukan supaya menghindarkan eksploitasi berlebih pada ekosistem laut. Kewang adat dalam hal ini juga ditugaskan untuk menjelaskan berbagai larangan kepada orang luar yang datang.

5. Seperangkat Aturan

Meski berasal dari masyarakat adat, peraturan yang berlaku dalam Sasi Laut terus mengikuti perkembangan zaman, lho! Peraturan tersebut dapat berisi tentang tata cara pelaksanaan ritual Buka dan Tutup Sasi, larangan mengambil biota laut dengan cara yang merusak.

Selain itu, Sasi Laut juga memberlakukan sistem pajak dari hasil tangkapan sebesar 10 persen sebagai persembahan untuk gereja.

6. Pengawasan dan Evaluasi

Sistem Sasi Laut juga tak kalah kompleks dari perundangan-undangan, ini dibuktikan dengan adanya monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini rutin dilakukan untuk melihat capaian standar kesiapan panen pada sasi.

Di samping itu, monitoring dan evaluasi juga bertujuan untuk membuat rekomendasi bagi pelaksanaan sasi berikutnya.

Itulah beberapa hal tentang Sasi Laut di Maluku. Dengan ini, Kawan dapat mengetahui bahwa masyarakat adat juga punya kearifan lokal yang terbukti mampu melindungi kelestarian alam.

Baca Juga:5 Tradisi Lokal Dalam Menjaga Laut yang Ada di Indonesia

Referensi:Journal of Natural Resources and Environmental Management

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FI
SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini