100 Tahun Nahdlatul Ulama, Bagaimana Sejarah dari Ormas Terbesar di Indonesia Ini?

100 Tahun Nahdlatul Ulama, Bagaimana Sejarah dari Ormas Terbesar di Indonesia Ini?
info gambar utama

Pada 31 Januari kemarin, Nahdlatul Ulama tepat berusia ke-100 tahun. Hal ini menjadi suatu momen penting tersendiri bagi para anggota atau pengikut dari organisasi massa dengan jumlah pengikut terbesar di Indonesia ini.

Terhitung sampai dengan tahun 2021, jumlah pengikut dari Nahdlatul Ulama sudah berada di angka 95 juta orang. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari anggota yang tidak hanya berada di Indonesia saja, namun juga di seluruh dunia.

Artinya, dengan jumlah anggota yang sebanyak ini, NU juga turut menjadi salah satu organisasi massa dengan anggota yang paling banyak di seluruh dunia.

Lalu, bagaimana awal mula dari pendirian organisasi ini?

Pendirian ‘Aisyiyah dan Upaya Nyai Ahmad Dahlan dalam Kesetaraan Gender

Cikal bakal NU

Bersumber dari situs NU online, akar terbentuknya Nahdlatul Ulama ini berasal dari kalangan pesantren yang menentang kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan. Misalnya adalah Nahdlatul Wathan yang dibentuk KH. Wahab Hasbullah pada 1916.

Lalu, ada Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri pada 1918 sebagai sarana menanamkan pendidikan sosial politik.

Kemudian ada Nahdlatul Tujjar sebagai untuk menggerakkan ekonomi rakyat, yang mana sejak adanya organisasi ini Nahdlatul Fikri juga menjadi bergerak pada bidang pendidikan.

Di era tersebut pula, Raja Ibnu Saud menerapkan asas tunggal terkait Wahabi. Oleh kaum modernis, hal ini diterima. Tetapi tidak dengan kaum pesantren yang menjunjung keberagaman.

Yang mana, pembatasan mazhab ini adalah hal yang mereka tolak. Hal tersebut membuat kalangan pesantren dikeluarkan dari Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925 sehingga membuat mereka tak terlibat dalam Kongres Islam Internasional.

Kaum pesantren pun sangat berupaya dalam mewujudkan kebebasan untuk memilih madzhab dan menjaga nilai-nilai tradisional. Akhirnya mereka pun membuat delegasi sendiri yang bernama Komite Hijaz dengan KH. Wahab Hasbullah sebagai ketua.

Dengan dorongan kalangan pesantren dan kalangan yang juga turut menolak di berbagai negara, akhirnya niat untuk asas tunggal madzhab ini dibatalkan.

Hasilnya, pelaksanaan ibadah di tanah suci pun bisa berjalan sesuai dengan madzhab masing-masing. Ini menjadi salah satu peran yang penting dari kalangan pesantren untuk dunia.

Porseni NU, Tempatnya Warga Nahdlatul Ulama Unjuk Kebolehan di Bidang Olahraga dan Seni

Terbentuknya NU

Setelah itu, terdapat ide untuk menciptakan sebuah wadah tersendiri yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Sehingga dengan diskusi bersama para kiai, tercetuslah ide untuk membentuk Nahdlatul Ulama di Masjid Jombang pada 31 Januari 1926 M ( 16 Rajab 1344 H) dengan KH Hasyim Asy'ari sebagai ketua.

Pemilihan nama organisasi ini juga sebelumnya memiliki usulan lain. Misalnya ada yang memberi ide agar organisasi ini punya nama Nuhudlul Ulama. Tetapi, atas ide KH Mas Alwi Abdul Aziz, akhirnya nama Nahdlatul Ulama atau yang berarti kebangkitan ulama inilah yang dipilih.

Sebab, nama ini sudah melekat pada organisasi-organisasi sebelumnya dengan prinsip yang sejalan yang menggunakan nama nahdlatul.

Organisasi ini memiliki prinsip dasar untuk berpikir dan bertindak dalam hal agama, politik, serta sosial dengan berpegang pada kitab yang ditulis KH Hasyim Asy'ari, yaitu Qanun Asasi dan I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

Nahdlatul Ulama sangat berpegang pada prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah atau pemikiran jalan tengah. Pemahaman yang kemudian kerap disebut sebagai Aswaja ini menyeimbangkan antara Al Qur'an dan hadits serta Ijma' dan Qiyas.

Sehingga pemahaman beragama tidak hanya bersumber secara literal saja, tetapi juga bersumber dari pemikiran dan realita. Dengan menggabungkan unsur tersebut dan mencari jalan tengah, maka hal tersebutlah yang menjadi sumber hukum Islam bagi pengikut NU.

Tujuan NU sendiri adalah mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat ,dan demi terciptanya rahmat dari semesta alam.

Kehadiran NU selama 1 abad ini juga turut mewarnai dinamika berkehidupan dan bermasyarakat di antara orang-orang Indonesia. Tak cuma dari segi agama saja, NU juga turut berkontribusi dalam berbagai hal, baik itu ekonomi, sosial, maupun budaya.

Artinya NU tidak sekedar organisasi massa saja, namun kiprahnya selama ini juga menjadi salah satu bagian dari sejarah kehidupan keberagamaan di Indonesia.

Nasionalisme Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini