Stop Bakar Sampah! Ecobrick sebagai Solusi Sampah Sulit Terurai

Stop Bakar Sampah! Ecobrick sebagai Solusi Sampah Sulit Terurai
info gambar utama

Produksi sampah semakin meningkat seiring berkembangnya industri dan jumlah penduduk. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, volume sampah se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 15% dari total sampah yang diproduksi merupakan sampah plastik.

Ironisnya, hanya 13,2 juta ton sampah per tahun yang dikelola dengan baik. Pembakaran sampah khususnya sampah plastik kerap dijumpai di beberapa wilayah Indonesia sebagai upaya dalam pengelolaan sampah. Sampah plastik yang dibakar menghasilkan dampak buruk tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga kesehatan.

Dilansir dari hellosehat.com, asap yang berasal dari pembakaran sampah mengandung partikel logam kecil yang dapat menembus langsung paru-paru. Selain itu terdapat juga zat kimia seperti hidrogen klorida, hidrogen sianida, benzene, stiren, arsen, timbal, kromium. benzo(a)pyrene, dioksin, furan, dan PCB yang tentunya tidak seharusnya sebagai konsumsi manusia.

Bahan kimia tersebut dapat menempel pada benda di sekitarnya termasuk tanaman yang akan dikonsumsi. Jika bahan kimia tersebut terus dihirup akan menyebabkan batuk, sesak napas, infeksi mata, sakit kepala, dan pusing. Bila terus dibiarkan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru, gangguan sistem saraf, serangan jantung, dan beberapa jenis kanker.

Menimbang bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan membakar sampah, Bella Risty Anjani, mahasiswa KKN Tim I Undip 2022/2023, memberikan edukasi mengenai pengelolaan sampah yang jauh lebih baik dilakukan untuk warga Desa Sirnoboyo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pasalnya, hampir seluruh warga desa mengelola sampah dengan cara dibakar di pekarangan dekat rumah.

Tradisi Menerangi Kuburan dengan Lilin untuk Menyambut Lebaran di Mamuju
Edukasi Ecobrick di Posyandu Remaja Desa Sirnoboyo
info gambar

Pengarahan pengelolaan sampah plastik dipaparkan kepada remaja saat acara posyandu remaja yang bertempat di Dusun Krendetan (21/01/2023) dan ibu-ibu saat pertemuan rutin Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Sirnoboyo di balai desa (27/01/2023). Acara dimulai dengan menjelaskan jenis sampah beserta bahaya dari pengelolaan sampah yang tidak tepat. Kemudian dilanjutkan dengan mendemonstrasikan pembuatan ecobrick sebagai bentuk pengelolaan sampah plastik. Peserta kegiatan diajak membuat ecobrick menggunakan sampah plastik yang telah dikumpulkan.

Apa itu ecobrick?
info gambar

Ecobrick merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat material yang dapat digunakan kembali. Produk yang dihasilkan dari ecobrick yakni meja, kursi, pot bunga, pembatas taman, dinding, gapura, dan lain-lain. Menurut Global Ecobrick Alliance, berat ecobrick harus berada antara 0,33 sampai 0,7 dari volume botol. Kawan GNFI juga dapat membuat ecobrick sendiri. Adapun langkah-langkah pembuatan ecobrick antara lain:

  1. Kumpulkan sampah plastik lalu bersihkan dan keringkan.
  2. Siapkan botol plastik yang sudah dibersihkan.
  3. Padatkan isi sampah plastik dalam botol menggunakan kayu.
  4. Ulangi langkah mengisi dan memadatkan sampah plastik hingga botol penuh tidak ada rongga.
  5. Tutup kembali botol plastik dengan tutup botol.
  6. Ecobrick siap digunakan.

Selama kegiatan berlangsung, warga sangat antusias terhadap materi edukasi yang diberikan. Peserta kegiatan dibagi menjadi beberapa kelompok. Para remaja dan ibu-ibu berlomba membuat ecobrick sesuai kriteria pembuatan yang benar. Acara diakhiri dengan membagi poster mengenai ecobrick dilanjutkan dengan foto bersama.

Peringati Hari Kartini, Peselancar Wanita di Bali Pakai Busana Kebaya
Pembuatan Ecobrick Bersama Ibu-Ibu PKK
info gambar

Adanya edukasi ecobrick sebagai solusi sampah sulit terurai diharapkan membantu mengurai permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Desa Sirnoboyo. Remaja sebagai generasi baru di desa bisa bertindak sebagai pelopor untuk mengubah kebiasaan warga dalam pengelolaan sampah yang salah.

Tidak hanya itu, ibu-ibu yang tergabung dalam PKK bisa menyelaraskan isi dari 10 program pokok PKK melalui ecobrick sebagai solusi sampah sulit terurai. Harapannya, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengubah kebiasaan warga Desa Sirnoboyo dari membakar sampah menjadi membuat ecobrick sebagai pengelolaan sampah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini