Kisah Sianjur Mulamula: Cara Masyarakat Batak untuk Melacak Asal Usulnya

Kisah Sianjur Mulamula: Cara Masyarakat Batak untuk Melacak Asal Usulnya
info gambar utama

Masyarakat Batak mengembangakan sendiri pengetahuan tentang asal mula tanah yang didiami turun-temurun. Salah satunya dalam kisah Sianjur Mulamula yang memudahkan kompleksitas geologi Toba.

Dinukil dari Kompas dalam tradisi lisan tersebut terdapat tarombo (silsilah) yang diwariskan dari generasi ke generasi, permukiman pertama atau desa yang terorganisasi didirikan di lembah Sianjur Mulamula, kaki Gunung Pusuk Buhit, pantai barat daya Danau Toba.

Sejarah Berkembangnya Agama Kristen di Tanah Batak dan Lahirnya HKBP

Lembah itu begitu subur dan cocok untuk menanam padi. Sedangkan jaraknya dengan danau yang hanya 4,5 km menjadi jaminan pasokan ikan. Karena alasan itulah mendorong leluhur orang Batak untuk membangun peradaban.

“Sianjur Mulamula di lereng Pusuk Buhit, menurut kepercayaan kami, merupakan tempat pertama diturunkannya orang Batak,” kata Alimantua, pemain gendang dalam upacara-upacara tradisional Batak.

Sosok putri jelita

Dipercaya ada seorang putri jelita dari kayangan bernama Deakparujar yang melarikan diri dari kayangan ke dunia tengah. Hal ini karena dirinya enggan dijodohkan dengan Raja Odopodap yang buruk rupa.

Tetapi pada masa itu dunia bawah masih berupa lautan. Putri itu turun dari dunia atas menggunakan benang yang dipintalnya. Deakparujar memohon agar segumpal tanah dari Ompu Mulajadi Na Bolon (Sang Pencipta) sebagai tempat berpijak.

“Permintaan itu dikabulkan,” tulis Ahmad Arif dan kawan-kawan dalam Ekspedisi Cincin Api Toba: Mengubah Dunia.

Dirinya kemudian menyusun tanah itu menjadi pulau yang terhampar di atas lautan. Kampung mula-mula ini lalu disebut Sianjar Mulamula. Tetapi Raja Odopodap akhirnya menyusul ke bumi dan menikahi Deakparujar.

Mengapa Banyak Orang Batak yang Pandai Bernyanyi?

Menurut Alimanuta, selain menjadi tempat asal mula manusia Batak. Pusuk Buhit juga memiliki posisi penting dalam hubungan antara dunia atas dan Bumi. Tempat ini, jelasnya menjadi semacam jembatan yang menghubungan dua dunia ini.

“Melalui Pusuk Buhit, Ompu Mulajadi Na Bolon dan segenap penghuni kahyangan turun mengunjungi keluarga Deakparujar,” paparnya.

Akrab dengan gempa

Alimantua mengungkapkan masyarakat Batak sudah sangat akrab dengan gempa. Gempa katanya, tak berhenti, dan akan terus terjadi. Danau Toba memang merupakan kawasan tektonik hiperaktif karena berada di zona tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

“Gempa memang sering terjadi di sini. Kami sudah biasa merasakannya,” katanya.

Menurutnya Pusuk Buhit merupakan jejak nyata tentang aktivitas vulkanik Gunung Toba yang masih terlihat hingga saat ini. Dahulunya Pusuk Buhit merupakan kubah lava yang kini mengalami alterasi hidrotermal (pelapukan akibat air panas).

Mangongkal Holi: Tradisi Memindahkan Tulang Belulang Leluhur Batak

Karena diperam selama ribuan tahun oleh air panas dan belerang, bebatuan lava yang keras akhirnya lumer menjadi pasir dan lempung. Mineral kaca dan gelas berubah menjadi butiran halus kaolin selembut tepung.

Aktivitas magmatis Pusuk Buhit diperkirakan terjadi hingga 2.000 tahun lalu. Sementara itu proses pelapukannya terjadi hingga kini. Walau dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.

“Suhu di sumber air panas yang hanya 40 derajat celcius menunjukkan bahwa kegiatannya terus menurun,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini