Dari Toko Kelontong, Berderet Rumah Megah Berdiri di Tanah Madura

Dari Toko Kelontong, Berderet Rumah Megah Berdiri di Tanah Madura
info gambar utama

Masyarakat Madura kini menjadi perhatian masyarakat, selain karena toko Madura yang buka 24 jam, hingga perempuannya yang mengenakan emas dengan berat berkilo-kilo. Kini orang Madura kembali membuat publik heran dengan penampakkan rumahnya.

Dimuat dari akun Tik Toko bernama Leondardyoriko yang membongkar fakta kekayaan orang Madura yang tak biasa. Pada awal video, diperlihatkan sebuah rumah mewah berukuran besar dan panjang lengkap dengan lahan parkir yang lega.

Tetapi ketika masuk ke dalamnya, rumah tersebut rupanya tidak diperuntukkan untuk manusia. Ternyata rumah mewah yang ada di dalam video tersebut diperuntukkan khusus untuk sapi.

Gili Labak, Keindahan Pulau Surgawi di Kabupaten Sumenep Madura

Ternyata ada alasan khusus mengapa rumah tersebut dijadikan kandang sapi oleh pemiliknya. Diketahui, masyarakat Madura memang terkenal dengan karapan sapi dan harga hewan tersebut bisa bernilai miliaran rupiah.

Kandang sapi berbentuk rumah mewah ini menambah deretan fakta unik masyarakat Madura dan kekayaannya bisa tak main-main. Bahkan kekayaan orang Madura bisa disebut lebih di atas para sultan di televisi.

“Asli orang Madura kalau sudah kaya kebangetan saya sampai heran masyarakatnya juga ramah santun, sayang aku gak ngerti bahasa Madura,” tulis warganet.

Dari toko kelontong

Suasana kampung Madun, Desa Cabbiya, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur tak seperti kampung lain di Madura. Rumah-rumah di kampung tersebut tampah megah bak istana.

Dinukil dari Kompas, sekitar 15 rumah mewah berjejer, rata-rata dipagar tembok setinggi tiga meter dengan pintu gerbang baja di depannya. Sisi modern sudah terlihat dari desain rumah tersebut.

Hal yang unik adalah para pemilik rumah mewah tersebut adalah para pengusaha warung kelontong yang sukses mengadu nasib di Jakarta. Ati, mengaku bisa membangun rumah mewah berkat usahanya sebagai pemilik warung kelontong di Jakarta.

Surabaya yang Jadi Saksi Persebaran Peradaban Kuliner dari Madura

“Saya sudah 20 tahun (buka warung kelontong) di Jakarta, dan Alhamdulilah bisa bangun rumah ini,” kata Ati.

Dirinya merantau sejak tahun 2003 dan sempat tinggal di bagian belakang warung yang luasnya 40 meter persegi. Mereka juga tak pernah meninggalkan warung yang buka 24 jam penuh selama seminggu itu.

Setelah satu unit itu, Ati dan suaminya bisa membeli toko-toko lain. Total hingga kini sudah ada tiga toko. jejak ini kemudian banyak diikuti oleh warga Kampung Mandun lainnya yang juga terbilang sukses membuka usaha warung.

Rumah mewah yang terus menggurita

Rasyid, aparat desa setempat juga mengakui adanya fenomena masyarakatnya yang sering merantau. Menurutnya hampir 50 persen warga kampung, memilih pergi ke Jakarta untuk membuka warung kelontong Madura.

“Di sini tidak ada kerjaan, paling-paling jadi nelayan dan itu musiman, kalau mau melakukan aktivitas pertanian di sini jenis tanahnya kering,” katanya.

Karena itulah, jelasnya warga kemudian memilih untuk merantau ke Jakarta. Dilanjutkannya fenomena merantau puncaknya terjadi pada tahun 2017 lalu. Hingga kini keberadaan rumah-rumah itu terus menggurita di Kampung Mandun.

Carok Identitas Kesatria Orang Madura: Sebuah Tafsir Untuk Generasi Milenial

Tetapi walau banyak ditinggal oleh pemiliknya yang memilih merantau di Jakarta, rumah mewah itu tetap masih dihuni oleh kerabat hingga orang tua dari pemilik rumah. Sehingga masih terlihat terawat.

“Ada yang bertahun-tahun tidak pulang, rumah-rumah mewah di sini banyak ditempati orang tuanya,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini