Layang-Layang, Permainan Tradisional Itu Masih Ada

Layang-Layang, Permainan Tradisional Itu Masih Ada
info gambar utama

Kuambil buluh sebatang, kupotong sama panjang, kuraut dan kutimbang dengan benang, kujadikan layang-layang.

Penggalan lirik lagu layang-layang karya A.T Mahmud tersebut nyaris jarang terdengar saat ini. Mirisnya, anak-anak lebih hafal lagu-lagu yang seharusnya tidak dinyanyikan di usia mereka.

Di tengah gempuran modernisasi, kabar baiknya adalah kini sudah mulai muncul kembali ke permukaan permainan tradisional. Belakangan ini, di area sekitar rumah Kawan mungkin saja sering mendengarkan suara dari permainan lato-lato yang sedang naik daun. Kondisi ini memunculkan angin segar bagi orang tua, sebab intensitas bermain gadget pun berkurang karena buah hati asyik bermain lato-lato bersama teman sepermainannya.

Bermain layangan tak kenal usia
info gambar

Beda cerita dengan pemuda di Desa Sangau, sebuah desa yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Ada beberapa pemuda yang menjaga kelestarian permainan tradisional dengan membuat perlombaan layang-layang dengan beragam motif dan jenis layangan. Kompetisi ini diadakan di lapangan perkebunan desa yang terhampar luas membelah jalan pedesaan.

Kawan yang dulu semasa kecil bermain layang-layang tentunya bisa membayangkan betapa bahagianya berlari kian kemari sembari menerbangkan layangan, bukan?

Motif Layangan

Para pemuda berlomba-lomba membuat motif dan jenis layangan yang elok dipandang. Seolah tidak kehabisan ide, media sosial dimanfaatkan untuk melihat trend gaya layangan yang populer, sehingga dapat langsung dibuat untuk persiapan lomba di Desa Sangau.

Beberapa style layangan yang sering tampil di antaranya adalah layangan bermotif garuda, pesawat terbang, elang, naga, layangan ekor panjang, kupu-kupu, kelelawar, hingga yang bertemakan horor seperti hantu. Unik dan banyaknya ragam motif layangan menambah kemeriahan pengunjung untuk menyaksikan perlombaan yang diadakan.

Mengasah Kreativitas

Proses pembuatan layangan tentu saja mempertimbangkan banyak hal, mulai dari pemilihan bambu yang pas, tidak terlalu muda, dan dapat dibentuk sesuai dengan motif yang diinginkan. Selain itu, perlu kehati-hatian dalam meraut bambu karena sangat membahayakan jika salah dalam menggunakan pisau tajau tersebut.

Warga menggunakan kain sebagai alas dalam meraut bambu. Setelah dirasa tingkat ketebalan bambu sesuai dengan yang harapkan, masuklah ke proses mengikat antar bagian bambu dengan benang, dan menjadi sebuah kerangka layang-layang.

Langkah selanjutnya yaitu menghiasi dengan kertas warna dengan warna yang beragam. Tentunya hal ini sudah disuaikan dengan motif yang akan dibuat sesuai rancangan. Kertas yang sudah dibentuk sesuai kerangka kemudian ditempel menggunakan lem untuk menutupi keseluruhan kerangka layangan.

Tidak semua layangan menggunakan kertas. Ada juga yang menggunakan plastik sebagai penutup rangka layangan dan ditempel dengan obat nyamuk batangan sebagai perekat plastik. Keunggulan menggunakan plastik yaitu aman dari percikan air.

Uji Coba

Setelah layangan selesai dihias sesuai motif yang diinginkan, sampailah kita ke tahapan uji coba. Ikatlah dan buat simpul di posisi tertentu pada kerangka layangan. Biasanya, benang yang digunakan berjenis nilon untuk mempererat ikatan dan tahan dari hembusan angin di udara.

Tak jarang juga pada tahap uji coba ini, kertas layangan bisa saja dibongkar kembali untuk diraut potongan kerangka layangannya. Hal ini untuk agar layangan bisa lebih tinggi ketika diterbangkan.

Ragam motif layangan
info gambar

Festival Layangan

Dalam perlombaan layangan, beberapa kriteria penilaian harus dapat dipenuhi oleh peserta lomba jika ingin menjuarai sebuah event. Mulai dari kategori kombinasi warna, motif, kerapian, kestabilan mengudara, dan kreativitas peserta.

Menjaga Permainan Tradisional

Pemuda Desa Sangau dan seluruh panitia penyelenggara dari berbagai daerah perlu diapresiasi upayanya dalam merawat dan menjaga permainan tradisional. Layang-layang menjadi salah satunya. Tentu saja, ini menjadi ajang nostalgia bagi pecinta layang-layang di masa kecil. Kini, mainan tersebut dapat Kawan wariskan kepada anak dan cucu kelak. komitmen dan kepedulian kitalah yang akan menjadi 'nafas panjang' bagi permainan tradisional nusantara.

Referensi: rionnofrianda

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini