Kisah Bung Hatta dalam Perjalanan Kereta Api dari Bukittinggi

Kisah Bung Hatta dalam Perjalanan Kereta Api dari Bukittinggi
info gambar utama

Pada pukul tujuh pagi, Mohammad Hatta atau Bung Hatta telah tiba di Bukittinggi dan siap berangkat ke sekolah. Dirinya menunggu kereta api di Jalan Aur Tajungkang Tengah Sawah, Bukittinggi bersama teman-temannya.

“Suara kereta yang berhenti di depan rumah Bung Hatta itu menjadi semacam jadwal masuk sekolah bagi teman-temannya. Waktu itu Bung Hatta masih di sekolah rakyat di Bukittinggi dan sering menginap di rumah keluarga ayahnya di Payakumbuh, di tempat pamannya juga,” tutur Dessi Warty, pegawai Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi yang dimuat Kompas.

Disebutkan oleh Dessi, wajar bila Bung Hatta kerap bolak-balik Payakumbuh - Bukittinggi. Ayahnya, Syaikh HM Djamil, berasal dari Batu Hampar Payakumbuh, ibunya sendiri berasal dari Bukittinggi.

Vlugge Vier, Kereta Api Ekspres Jakarta-Bandung pada Zaman Kolonial

Dirinya yang pernah mengelola rumah tempat Bung Hatta sejak tahun 1990 ini menyebut bahwa masa kecil Wakil Presiden RI setelah turun dari kereta, akan langsung masuk ke rumah, kemudian berangkat dengan jalan kaki, naik sepeda, atau di antar kusir.

Seberang rumah Bung Hatta dahulu terdapat jalur kereta api, yang bermula dari stasiun Bukittinggi melewati stasiun Baso, Padang Tarab, Piladang, Payakumbuh, terus hingga berakhir di Limbanag.

“Dulu kereta bisa berhenti di sembarang tempat, tidak mesti di stasiun. Bahkan, ada kalanya penumpang menyetop kereta yang sedang melaju, mungkin karena kereta berjalan pelan. Jadi masuk akal kereta bisa berhenti di seberang rumah Bung Hatta,” kata Aditya Dwi Laksana, pemerhati dan pecinta kereta api dari komunitas Kereta Anak Bangsa.

Penghubung antar kota

Michiel van Ballegoijen de Jong dalam Stations en Spoorbruggen op Sumatra (1876-1941) mengungkapkan bahwa proses pembangunan jalur kereta di Sumbar. Jalur kereta penumpang ini cukup penting.

Setelah pembangunan jalur KA mencapai Padang Panjang, dibuka pula jalur KA Bukittinggi sepanjang 19 km pada 1 November 1891. Pembangunan dilanjutkan dari Bukittinggi menuju Payakumbuh (33 km) dan dibuka pada 15 September 1896.

Pembukaan jalur-jalur ini untuk menghubungkan kota-kota perdagangan utama di pedalaman Sumbar dan sekaligus menjadi alat transportasi hasil bumi. Bukittinggi yang berjuluk Parijs van Sumatra merupakan kota wisata.

9 Nama Gunung yang Diabadikan Sebagai Nama Kereta

“Alamnya indah, dengan kontur perbukitan yang naik, turun, berkelok,” papar Susi Ivvaty dalam

Jalur KA dari Payakumbuh diperpanjang 20 kilometer menuju Limbanang dan dibuka pada 19 Juni 1921. Sebagian jalur KA Padang Panjang-Bukittinggi-Payakumbuh menggunakan sistem rel bergerigi kontur topografi dataran tinggi.

Sayang bangunan stasiun Kotabaru sudah sulit ditemukan. Lokasi di sekitar stasiun, jika merujuk peta, berarti telah berubah menjadi deretan warung dan rumah penduduk, berseberangan dengan pasar.

“Kira-kira mungkin ini, ya. Kalau lihat peta jalur kereta, kan, setelah jalan naik lalu ada jalan ke kanan. Ini peta kereta tahun 1920, akurat,” katanya.

Melakukan inovasi

Susy menyebut Stasiun Bukittinggi tampak terawat, bangunanya masih asli, termasuk bekas loket-loket dengan jeruji besi. Di seputaran stasiun berdiri rumah-rumah warga yang dibangun di atas tanah PT KAI (Persero).

Sejak 1973, jalur KA Padang Panjang - Bukittinggi - Payakumbuh tidak lagi aktif beroperasi. Dataran tinggi Sumbar membuat kereta melaju lambat, seperti tertatih-tatih. Sistem rel bergerigi itu tidak bisa lagi mengikuti perkembangan zaman.

Karena itu Pemerintah Kota (Pemkot) Bukittinggi melakukan inovasi dengan memanfaatkan lahan bekas stasiun kereta api milik PT KAI menjadi pusat kuliner. Pusat kuliner itu akan dibangun di atas lahan 2,1 hektare dan akan diberi nama Stasiun Food.

Mengenal 4 Bengkel Kereta Api Tertua dalam Sejarah Indonesia

Pembangunan Stasiun Street Food ini setelah ada kerja sama antara Pemkot Bukittinggi dengan PT KAI. Pemkot Bukittinggi dikabarkan telah membuat kesepakatan sewa lahan eks stasiun selama tahun dengan PT KAI sejak 31 Maret 2022.

Anggaran yang disiapkan tahun ini sekitar Rp2,4 miliar belum bisa menampung semua pedagang kuliner tersebut. Pedagang bisa ditampung setelah pengerjaan fisik, jadwal pemanfaatan dan pengelolaan sarana perdagangan di lahan eks stasiun tersebut.

“Kami memperkirakan semuanya selesai di akhir Desember 2022,” kata Sekretaris Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kota Bukittinggi Wahyu Bestari yang dimuat JPNN.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini