Merawat Mitos Ikan Larangan Pariaman untuk Menjaga Ekosistem

Merawat Mitos Ikan Larangan Pariaman untuk Menjaga Ekosistem
info gambar utama

Bila berkunjung ke Pariaman, Sumatra Barat tepatnya di bawah jembatan Jalan Raya Sijanih. Lokasinya sekitar 50 KM arah utara Pariaman terdapat sebuah objek wisata yang dinamakan Ikan Larangan.

Dimuat dari Merdeka, disebut ikan larangan karena masyarakat percaya siapa yang memakan ikan tersebut akan mendapatkan musibah. Entah itu sakit aneh, seperti perut membuncit hingga musibah lainnya.

Disebutkan, ikan di tempat tersebut hanya bisa dimakan pada hari-hari tertentu saja, seperti pada hari acara adat ataupun hari besar keagamaan. Namun bila hari biasa, wisatawan jangan berfikir bisa memancing di tempat itu.

STIB, Sekolah Beruk Pertama di Indonesia

Kepercayaan tentang ini berasal dari kisah tentang orang sakti yang memberikan ilmu teluh kepada bibit-bibit ikan yang ada di sina. Hal itu dilakukan agar tidak ada yang berani mencuri ikan tersebut.

Tetapi orang yang menaruh teluh itu malah meninggal sebelum mencabut teluh terlebih dahulu. Karena itulah kerap kali terjadi kejadian aneh di sana, seperti orang yang membuang sampah akan kesurupan.

Hal inilah yang diceritakan oleh Anya, warga sekitar bahwa ikan tersebut sebenarnya boleh diambil. Namun hanya dalam batas tertentu, sementara itu bila sudah melewati area larangan barulah boleh diambil.

“Ada batas-batas di mana ikan itu boleh diambil. Kalau sudah lewat dari area larangan, ikan itu baru boleh diambil,” jelasnya.

Menjaga ekosistem

Disebutkan oleh para tetua di sana, mitos larangan mengambil ikan di objek wisata itu sebenarnya untuk menjaga ekosistem yang ada. Buktinya dengan adanya larangan tersebut, sungai tempat ikan larangan itu jernih tanpa adanya sampah.

Karena tidak adanya sampah yang mengotori permukaan sungai tersebut. Hal ini membuat ikan-ikan di dalam sana berjumlah banyak dan besar-besar. Hingga kini masyarakat masih tetap menjaga mitos tersebut.

“Buktinya dengan ada larangan tersebut, sungai tempat ikan larangan itu jernih tanpa ada sampah yang mengotori permukaan sungai tersebut. Tentunya ikan-ikan di dalam sana berjumlah banyak dan besar-besar,” ungkap pemuka adat, Ongku Malin yang dimuat Haluan.com.

Air Terjun Terindah di Hutan Gamaran

Disebutkan oleh Inggih, ikan-ikan itu tidak dibiarkan hidup selama ratusan tahun atau dibiarkan mati begitu saja. Tetapi masyarakat akan diberikan kesempatan pada hari-hari tertentu agar bisa memancing di sana.

“Pihak pemangku adat dan aparat nagari biasanya melaksanakan ritual membuka larangan bersama-sama masyarakat di mana hasil yang diperoleh digunakan untuk kepentingan masyarakat,” katanya.

Obyek wisata

Tempat ini memang menjadi objek wisata menarik bagi wisatawan. Hal tersebut karena ikan yang berada di lokasi itu terbilang besar dan wisatawan pun dapat berenang di sungai yang menjadi habitat hewan itu.

Ketika liburan wisatawan juga banyak yang membawa anak-anak untuk memberikan ikan-ikan tersebut makanan. Hal tersebut selain dapat memberikan edukasi kepada anak tentang ikan, juga mengakrabkan anak dengan orang tua.

“Apalagi sekarang ada Badan Usaha Milik Nagari sehingga dapat memberikan pemasukan untuk nagari,” kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Padang Pariaman, Wiwiek Herawati yang dimuat Antaranews pada 2018 lalu.

Unik, Nama Daerah di Indonesia ini Berupa Perkalian

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata Ikan Larangan Marunggai Air Malanca, Samsul mengatakan di lokasi objek wisata telah dibangun sejumlah fasilitas umum guna mendukung destinasi tersebut.

Wisatawan juga sering memanfaatkan tempat tersebut untuk melakukan terapi ikan. Selain itu pengunjung juga tidak dipungut biaya alias gratis. Hingga kini masyarakat masih komitmen untuk tidak menangkap ikan di sana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini