Napak Tilas Kupiah Meukeutop sebagai Identitas Masyarakat Serambi Mekkah

Napak Tilas Kupiah Meukeutop sebagai Identitas Masyarakat Serambi Mekkah
info gambar utama

Kopiah meukeutop yang pernah dipakai raja dan panglima Aceh seperti Teungku Umar Djohan Pahlawan dan Panglima Polem dua abad lalu, kini telah menjadi sebuah identitas bagi masyarakat Serambi Mekkah.

Walau begitu, masyarakat Aceh masih belum banyak yang tahu bagaimana dan di mana kopiah itu berasal. Konon kopiah meukeutop berasal dari saudagar Arab dan Turki yang membawa ke Aceh hampir 300 tahun lalu.

“Kopiah ini cepat populer di kalangan bangsawan Aceh. Akibatnya peminat kopiah ini makin banyak, sedang persedian terbatas dan harus diimpor dari Timur Tengah,” ucap Basri Daham dalam Kopiah Meuketop “Megah Memakainya, Sulit Membuatnya” yang diterbitkan Kompas.

Disebutkan oleh Basri, ketika saudagar Arab dan Turki datang lagi ke Aceh, mereka tidak lagi membawa kopiah yang sudah jadi, namun hanya membawa kain dan bahan pembuat kopiah tersebut.

Mitos Jimat Rantai Babi yang Bawa Kekebalan Saat Melawan Belanda

Setelahnya bahan baku ini dibeli pedagang dari Desa Garot Pidie, 118 km tenggara Banda Aceh. Pedagang itu mencium bau bisnis kopiah meukeutop akan membawa keuntungan besar baginya.

Bahan baku itu kemudian dibawa ke Desa Tungkop, sebuah desa yang bersebelahan dengan Desa Garot yang menjadi sentra kerajinan sulaman kasab (benang emas), gudangnya wanita yang pandai menjahit.

“Sejak saat itu, hingga kini jadilah Desa Tungkop sebagai sentra industri kopiah meukeutop sehingga kopiah ini pun sering disebut dengan nama kopiah tungkop,” papar Basri.

Bertahan 300 tahun

Disebutkan oleh Basri, selama 300 tahun, hanya desa itulah yang mengerjakan kopiah meukeutop. Di masa lalu permintaan hanya terbatas pada kalangan bangsawan, sedangkan kini permintaan datang dari berbagai kalangan.

Dulu di Tungkop, hanya ada lima orang pembuat meukeutop, empat wanita dan seorang lelaki bernama Bantasyam yang bertugas merangkum semua komponen kopiah meukeutop yang dikerjakan empat wanita tersebut.

Dijelaskannya masing-masing memiliki keahlian sendiri dan Bantasyam yang menangani pekerjaan akhir merangkai seluruh bagian badan meukeutop yang disebut peukab badan. Sedangkan keempat wanita itu lah yang membuat kopiah hingga jadi.

Mengapa Aceh Disebut Serambi Mekkah?

“Semua tahap pekerjaan dilakukan dengan tangan dan dengan keterampilan menyulam tinggi,” paparnya.

Sampai tahun 1987, hanya mereka berlima pembuat kopiah meukeutop di Aceh. Karena usia semakin lanjut, pekerjaan mereka menjadi lambat dan produksi terus berkurang. Karena itu, Gubernur Ibrahim Hasan meminta agar ada pelestarian pembuat kopiah.

Pertama kali dilatih 12 orang gadis Tungkop. Kepandaian membuat meukeutop yang dikuasai lima pembuat meukeutop itu berhasil diturunkan kepada mereka. Dari tangan merekalah sekarang pembuat kopiah meukeutop berlanjut.

Terus dilestarikan

Kini agar kopiah itu tetap lestari dan semakin terkenal ke masyarakat luas, salah seorang Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Jumadin mulai memproduksinya dengan merek dagang di Gampong Garot Cut, Kabupaten Pidie.

Proses pembuatannya pun dilakukan secara handmade atau rajut tangan. Dengan menggunakan beberapa elemen kapas, benang dan kain yang berbahan dasar 100 persen halal, sedangkan untuk satu kopiah butuh lima hari pembuatannya.

“Untuk pekerja kita mempunyai tim sekitaran 12 orang, terdiri dari pengrajin yang ada di daerah Garot Cut, dari Lansia hingga dewasa. Dikerjakan secara berantai oleh setiap elemen, masing-masing memiliki tupoksinya,” katanya yang dinukil AJNN.

Legenda Banta Seudang dari Aceh, Perjalanan Seorang Anak Menyembuhkan Raja yang Buta

Jumadin menyebut untuk harga satu buah kopiah ini cukup bervariasi, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. Dirinya pun berharap bisa memperkenalkan identitas masyarakat Aceh ini ke kancah nasional hingga internasional.

“Kalau di nasional telah memiliki mitra di daerah Jakarta yaitu namanya Aceh Gallery. Sedangkan saat ini ada beberapa produk tembus ke internasional, tetapi melalui sejumlah figur yang ingin membawa ke sana,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini