Candi Abang, Tempat Bermukim Para Dewa yang Layaknya Bukit Teletubbies

Candi Abang, Tempat Bermukim Para Dewa yang Layaknya Bukit Teletubbies
info gambar utama

Yogyakarta memiliki banyak peninggalan candi dengan berbagai keunikannya mulai dari ukuran kecil hingga besar atau bercorak Hindu dan Buddha. Salah satunya adalah Candi Abang yang terletak di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Candi Abang merupakan candi yang berbentuk segi empat dengan ukuran 36 x 34 meter dengan setinggi enam meter yang mengerucut ke atas, sehingga berbentuk layaknya sebuah piramida.

Diperkirakan candi ini dibangun sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada zaman kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno. Terletak tidak jauh dari Candi Banyunibo dan Candi Barong, candi ini memiliki karakteristik yang sama sekali berbeda.

Dinukil dari Liputan6, Candi Abang ini memiliki keunikan karena tidak seperti kondisi candi pada umumnya yang tersusun dari batu dan dapat dilihat dengan jelas. Candi Abang lebih terlihat seperti gundukan tanah atau bukit kecil dengan rumput hijau yang subur di atasnya.

Ikat Persaudaraan Sejak Abad 8 Masehi, Indonesia Sumbang 11 Arca Buddha ke Sri Lanka

Karena itulah Candi Abang banyak dikenal oleh masyarakat seperti bukit Teletubbies. Karena bila dilihat dari kejauhan, Candi Abang memang terlihat seperti bukit yang berada dalam film anak-anak tersebut.

Disebutkan penamaan abang memiliki arti merah, hal ini karena bahan utama Candi Abang adalah batu bata, bukan batu seperti candi pada umumnya. Batu andesit digunakan dalam pembuatan candi karena dapat bertahan lama.

Salah satu penyebab mengapa candi ini sudah hancur sebagian karena dibuat dari batu bata merah yang lebih rapuh dibandingkan andesit. Alasannya yang lain adalah candi ini berganti warna menjadi merah saat musim kemarau.

Tempat para dewa

Candi ini sudah tidak terlihat dari luar, karena hanya tampak lebih seperti bukit kecil di atas bukit. Berabad-abad tidak digunakan dan dirawat membuat candi tersebut tertutup dan akhirnya ditumbuhi rumput.

Dipaparkan dari gudeg, tidak banyak catatan mengenai candi ini, karena posisinya yang terkubur. Catatan tertua tentang Candi Abang ditemukan pada laporan Raport Oudheidkundige Dienst) tahun 1915.

Berdasarkan Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, di situs ini pernah ditemukan sebuah prasasti pendek pada tahun 1932. Menurut Dr Rita Margaretha (epigraf), prasasti tersebut berisi tentang penanggalan dengan angka tahun 794 Saka atau 872 Masehi.

Peradaban Para Leluhur untuk Menghadapi Alam di Candi Ratu Boko

Dipercaya inilah tempat tinggal para dewa karena penempatan bangunan di puncak bukit. Sejak zaman dahulu, masyarakat mempercayai bahwa tempat-tempat tinggi sebagai tempat suci atau tempat tinggalnya dewa.

Disebutkan juga bahwa di Candi Abang pernah ditemukan sebuah lingga dan arca Buddha. Lingga adalah lambang Dewa Siwa, dewa tertinggi dalam agama Hindu. Lambang Dewa Siwa di yoni berbentuk segi oktagonal atau segi delapan.

Tempat wisata

Selain menyajikan keunikan, panorama di sekitar Candi Abang juga begitu indah. Mulai dari sisi utara, Gunung Merapi tampak begitu gagah dengan didampingi oleh Gunung Sumbing di kaki langit barat laut.

Sementara itu bila memandang ke sisi barat, Kota Yogyakarta terlihat begitu jelas, termasuk Bandara Internasional Adisutjipto. Bila membawa lensa zoom, maka deretan pesawat yang sedang parkir atau lepas landas bisa diabadikan melalui lensa kamera.

Bila melihat dari sisi timur dan selatan, akan terlihat deretan perbukitan yang memanjang, tampak begitu menawan. Di pagi hari, panorama semakin indah dengan kabut tipis yang melayang di antara bukit-bukit itu.

Situs Kumitir: Titik Strategis untuk Melacak Posisi Istana Utama Majapahit

Para wisatawan bisa membawa mobil namun parkiran sangat terbatas. Bahkan mobil hanya dipinggirkan di badan jalan di tanah warga. Untuk biaya parkir mobil di tarif Rp5.000. Sedangkan motor membayar tarif Rp2.000.

Dari parkiran tersebut, wisatawan akan berjalan kaki sekitar 400 meter menuju Candi Abang. Medannya sempit, berpasir, dan berbatuan. Untuk pengunjung lanjut usia yang tidak bisa berjalan kaki mungkin akan menyulitkan karena medan yang berat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini