Menurut Peneliti, Inilah Jenis Hotel di Indonesia yang Menang Melawan Krisis

Menurut Peneliti, Inilah Jenis Hotel di Indonesia yang Menang Melawan Krisis
info gambar utama

Perhotelan adalah sebuah bisnis dalam ranah pariwisata yang sangat penting untuk menunjang kebutuhan akomodasi wisatawan. Apalagi bila wisatawan tersebut tinggal selama berhari-hari.

Selama masa pandemi kemarin, tentunya akses wisata ditutup total agar meminimalisir penyebaran kasus Covid-19 supaya tak semakin memburuk. Hal ini tentunya berdampak besar bagi para pelaku usaha perhotelan yang mau tidak mau harus mengalami kerugian operasional teramat besar.

Bahkan, tak sedikit hotel yang terpaksa harus gulung tikar dihantam pandemi. Dari sekian yang bertahan, tentunya mereka berusaha memutar otak agar tetap bisa beroperasi. Misalnya dengan melakukan pengurangan gaji karyawan, perubahan sistem upah, bahkan membuat karyawan harus merangkap tugas lain.

Sudah Ada Sejak Dahulu, Inilah 8 Hotel Bersejarah di Indonesia

Bertahan di tengah ketidakpastian

Fakta-fakta tersebut terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Paulina Lo, SE., M.M dari Universitas Prasetiya Mulya yang berjudul Membangun Resiliensi Bisnis Perhotelan Berlandaskan Sumber Daya Crafting Strategy.

Dalam penelitian tersebut ia melibatkan ratusan manajer serta pemilik hotel yang berlokasi di Bali. Hasil temuan dalam risetnya menunjukkan bahwa sejumlah manajer hotel berjibaku untuk tetap beroperasi walaupun tak ada dana dukungan dari pemilik hotel.

Sehingga, ide untuk tetap bertahan pun jadi hal yang harus diupayakan. Dari kasus ini, ada hotel bintang lima yang menjual paket kolam renang, menjual bento, bahkan mengalihfungsikan hotel tersebut menjadi kamar kos.

“Ketika Bali dibuka untuk turis secara mendadak, hotel-hotel yang memaksakan diri tetap beroperasi ini ternyata take profit lebih dulu dibandingkan hotel-hotel yang pernah tutup lalu beroperasi lagi setelah pandemi,” tutur Paulina.

Dalam masa perubahan operasi tersebut, hotel tersebut tetap terawat baik dari segi bangunan maupun barang-barangnya.

Bahkan, hotel yang seperti ini juga bisa mendapatkan keuntungan dan menutup kerugian dari pandemi dalam waktu sembilan bulan saja. Sementara hotel yang tutup saat pandemi memiliki masalah tersendiri dari segi peralatan maupun fisik bangunan.

Bahkan ada pihak hotel yang mengaku bahwa persiapan pembukaan hotel setelah tidak beroperasi selama dua tahun membutuhkan dana hingga 80% dari investasi awal. Ini cukup berat. Belum lagi karyawan sudah banyak yang mengundurkan diri, pulang kampung atau pindah ke hotel lain,” lanjutnya.

Hasil penelitian ini juga memberikan rekomendasi agar para pelaku bisnis perhotelan tetap berupaya memiliki sumber daya manusia yang banyak agar bisa menyesuaikan segala tantangan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi.

Hotel membutuhkan resiliensi atau daya tahan untuk menghadapi berbagai gangguan dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

“Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang mudah diubah atau disesuaikan untuk menghadapi tantangan, karena dapat memberi kontribusi dalam usaha membangun daya tahan hotel,” ujarnya.

Dari segi sumber daya lain, misalnya faktor fisik, alam, keuangan, maupun faktor budaya memang tak bisa beradaptasi saat hotel dihadapi dengan masalah.

Daftar 5 Hotel Indonesia yang Terapkan Konsep Ramah Lingkungan

Pebisnis yang berteori

Paulina merupakan lulusan pertama Program Doktor Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Prasetiya Mulya, yang mana ini merupakan program doktor kewirausahaan pertama di Indonesia.

Dengan latar belakang sebagai CEO dan Co-Founder di Pro-Health International yang bergerak di industri kesehatan, ia menyadari bahwa setelah mengikuti kuliah S3, penanganan masalah dalam bisnis memang ada teorinya tersendiri.

“Sebagai pebisnis, saya dulu menganggap bahwa keputusan-keputusan yang kami ambil dalam menangani masalah di perusahaan hanya mengandalkan intuisi. Karena kami berkutat dengan hal yang itu-itu saja, meskipun challenge pasti ada,” ujar Paulina.

Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Fathony Rahman, menyebutkan bila Program Doktor di kampus tersebut memang didominasi praktisi.

“Adalah para pemimpin bisnis yang visioner yang diharapkan mampu secara signifikan memecahkan masalah-masalah besar yang dihadapi oleh perusahaan dan industri,” ujarnya.

Sering Liburan? Intip 6 Startup Hotel dan Perjalanan Terpopuler di Indonesia 2022

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini