Mengenal Gurindam dalam Sastra Lama Indonesia

Mengenal Gurindam dalam Sastra Lama Indonesia
info gambar utama

Eksistensi sastra lama kini semakin tergerus zaman dan tergantikan oleh kesusastraan modern. Namun, Kawan tidak boleh melupakan perkembangan sastra lama sebagai salah satu tonggak awal perkembangan sastra Indonesia.

Sastra lama berupa gurindam, hikayat, syair, karmina, talibun, dan seloka ini terbentuk dari ucapan masyarakat sebagai nasihat, petuah, bahkan hiburan yang diucapkan kepada sesama.

Gurindam menjadi salah satu karya sastra yang kian asing pada masa kini. Posisinya tergantikan oleh sajak atau puisi yang lebih modern dan bebas. Akan tetapi, untuk Kawan yang ingin mempelajari gurindam, berikut penjelasan lengkapnya.

Baca juga: Bahagianya Menjadi Mahasiswa Sastra Indonesia!

Pengertian Gurindam

gurindam adalah
info gambar

Melansir Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. Jenis karya sastra yang satu ini memadukan antara puisi dan peribahasa sebanyak dua baris dengan rima a-a.

Gurindam merupakan karya sastra yang berisi nasihat keagamaan dan nasihat hidup yang membangun. Memiliki dua baris, pada baris pertama adalah persoalan atau masalah, sedangkan baris kedua adalah penyelesaian atau solusi.

Menurut Raja Ali Haji, gurindam merupakan puisi Melayu yang terdiri dari dua baris yang berpasangan, bersajak atau berima dan memberikan ide yang lengkap atau sempurna dalam pasangannya. Baris pertama sebagai syarat (protasis) dan baris kedua sebagai jawab (apodosis).

Asal Gurindam

ciri-ciri gurindam dan asal gurindam | Pexels/Suzy Hazelwood Pexels/Klaudia Ekert
info gambar

Kata Gurindam berasal dari bahasa Sanskerta, yakni Kirindam yang memiliki arti 'rangkap yang menjadi bidalan', atau dalam bahasa Tamil bermakna 'permulaan, mula-mula amsal'.

Bahasa ini berkembang pada saat penyebaran Hindu ke Indonesia pada abad ke-5 M. Gurindam pertama kali dipopulerkan dan didefinisikan secara lengkap oleh Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad.

Saat memperkenalkan gurindam, ia memiliki karya berjudul Gurindam Dua Belas yang terkenal di tanah Melayu, termasuk di negara Malaysia dan Indonesia. Gurindam ini berisikan hasil refleksi kehidupan Raja Ali Haji yang berisi tentang nasihat keagamaan, akidah, akhlak, hingga konsep pemerintahan.

Pada awalnya, Raja Ali Haji membuat Gurindam Dua Belas sebagai nasihat untuk masyarakat Pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada tahun 1847. Setelah itu, gurindam populer digunakan masyarakat Melayu sebagai media untuk memberikan nasihat yang membangun pada periode perkembangan sastra lama.

Baca juga: 5 Fakta Sosok Raja Ali Haji yang Dirayakan oleh Google Doodle Hari Ini

Ciri-Ciri Gurindam

Karya sastra lama selalu terikat dengan aturan, mulai dari bait, rima, hingga aturan penulisan khusus yang berbeda dengan jenis karya sastra lainnya. Berikut ciri-ciri gurindam:

  • Setiap baris gurindam memiliki 10 hingga 14 kata.
  • Gurindam memiliki dua baris dengan sebab-akibat dalam setiap barisnya.
  • Memiliki rima a-a.
  • Baris kedua gurindam berisi kesimpulan yang berisi nasihat, filosofi, atau kritik yang membangun.
  • Gurindam memiliki dua jenis, yakni gurindam berangkai yang tutur sama pada baris pertama setiap baitnya dan gurindam berkait yang memiliki hubungan satu sama lain antara setiap baitnya.

Baca juga: Bagaimana Agar Karya Sastra Indonesia Mendunia?

Contoh Gurindam

contoh gurindam dua belas
info gambar

Setelah mengetahui penjelasan lengkap mengenai gurindam, kini Kawan dapat melihat beberapa contoh gurindam nasihat berikut ini.

1. Contoh Gurindam #1

Jadi orang pintar memang perlu

Tapi juga harus bijak selalu

2. Contoh Gurindam #2

Ketika hendak mencari ilmu

Haruslah sungguh-sungguh selalu

3. Contoh Gurindam #3

Apabila orang banyak berkata

Itu tandanya dia berdusta

4. Contoh Gurindam #4

Apabila dengki sudah merasuki hati

Tak akan pernah hilang hingga nanti

5. Contoh Gurindam #5

Percuma punya banyak teman

Kalau tidak berbuat kebaikan

Isi Gurindam Dua Belas: 12 Pasal Nasihat

Raja Ali Haji merupakan orang pertama yang menjelaskan definisi gurindam dan memiliki karya berupa Gurindam Dua Belas yang berisikan 12 pasal nasihat Raja Ali Haji untuk masyarakat Pulau Penyengat di Kepulauan Riau pada tahun 1847.

Setiap pasalnya mencakup beberapa gurindam yang berisi petuah atau nasihat yang penuh manfaat. Simak selengkapnya.

Gurindam Dua Belas

Pasal 1:

Barang siapa tiada memegang agama,

sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,

maka ia itulah orang yang ma’rifat.

Barang siapa mengenal Allah,

suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,

maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,

tahulah ia barang yang teperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,

tahulah Ia dunia mudarat.

Pasal 2:

Barang siapa mengenal yang tersebut,

tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,

seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,

tidaklah mendapat dua termasa.

Barang siapa meninggalkan zakat,

tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,

tiadalah ia menyempurnakan janji.

Pasal 3:

Apabila terpelihara mata,

sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,

khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,

niscaya dapat daripadanya faedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,

daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,

keluarlah fi’il yang tiada senunuh.

Anggota tengah hendaklah ingat,

di situlah banyak orang yang hilang semangat.

Hendaklah peliharakan kaki,

daripada berjalan yang membawa rugi.

Pasal 4:

Hail kerajaan di dalam tubuh,

jikalau lalim segala anggotapun rubuh.

Apabila dengki sudah bertanah,

datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,

di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,

nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,

boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,

aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,

itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,

janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,

mulutnya itu umpama ketur.

Di mana tahu salah diri,

jika tidak orang lain yang berperi.

Pasal 5:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,

lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,

sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,

lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,

bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,

di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,

lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Pasal 6:

Cahari olehmu akan sahabat,

yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,

yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,

yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,

pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,

yang ada baik sedikit budi.

Pasal 7:

Apabila banyak berkata-kata,

di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,

itulah landa hampirkan duka.

Apabila kita kurang siasat,

itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,

Jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencela orang,

itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,

sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,

menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila mendengar akan aduan,

membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,

lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,

lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,

tidak boleh orang berbuat onar.

Pasal 8:

Barang siapa khianat akan dirinya,

apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,

orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,

daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,

biar dan pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,

setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,

kebalikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,

keaiban diri hendaklah sangka.

Pasal 9:

Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,

bukannya manusia yaitu iah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,

itulah iblis punya penggawa.

Kepada segaia hamba-hamba raja,

di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,

di situlah syaitan tempat berkuda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,

di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,

syaitan tak suka membuat sahabat.

Jika orang muda kuat berguru,

dengan syaitan jadi berseteru.

Pasal 10:

Dengan bapa jangan durhaka,

supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat,

supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai,

supaya boleh naik ke tengah balai.

Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,

supaya kemaluan jangan menerpa.

Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

Pasal 11:

Hendaklah berjasa,

kepada yang sebangsa.

Hendaklah jadi kepala,

buang perangai yang cela.

Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat.

Hendak marah, dahulukan hajat.

Hendak dimulai, jangan melalui.

Hendak ramai, murahkan perangai.

Pasal 12:

Raja mufakat dengan menteri,

seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,

tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil atas rakyat,

tanda raja beroleh anayat.

Kasihan orang yang berilmu,

tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,

tanda mengenal kasa dan cindai.

Ingatkan dirinya mati,

itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,

kepada hati yang tidak buta.

Perpaduan puisi dengan peribahasa dalam gurindam yang berisi nasihat dan petuah ini sangat cocok diucapkan kepada sesama sebagai sarana untuk saling mengingatkan agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Meski sudah tergerus zaman, gurindam akan tetap menjadi bagian dari perkembangan sastra Indonesia.

Baca juga: Karya Sastra Indonesia di Era Komik

Sumber: Buku 1001 Gurindam (2014) oleh H. Iberamsyah Barbary

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Zihan Berliana Ram Ghani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Zihan Berliana Ram Ghani.

ZG
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini