Sandwich Generation vs Strawberry Generation di Indonesia

Sandwich Generation vs Strawberry Generation di Indonesia
info gambar utama

Tren generasi memang selalu mengalami perubahan. Di Indonesia, terdapat istilah “generasi sandwich” dan “generasi stoberi” yang menggambarkan perbedaan antara generasi yang lahir pada masa yang berbeda.

Generasi Sandwich

"Generasi sandwich" merupakan istilah yang diberikan pada generasi yang lahir pada tahun 1960-an hingga awal 1980-an. Mereka disebut generasi sandwich karena mereka berada di antara dua generasi, yaitu generasi orang tua yang lahir pada era pasca-perang dan generasi anak muda yang lahir pada era teknologi digital. Mereka memiliki beban yang besar karena harus merawat orang tua yang menua, menafkahi keluarga, sekaligus membesarkan anak-anak mereka.

Beberapa studi terbaru juga menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah memperkuat tren generasi sandwich di Indonesia. Banyak generasi muda yang harus memikul beban ekonomi keluarga mereka yang terdampak oleh pandemi. Di sisi lain, banyak generasi tua yang mengalami kesulitan finansial karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penurunan pendapatan akibat pandemi.

Sebuah studi oleh FWD Life Indonesia menunjukkan bahwa 77% dari generasi muda merasa perlu memberikan dukungan finansial kepada keluarga mereka yang terdampak pandemi, seperti memberikan uang atau membantu biaya hidup. Namun, hal ini menyebabkan banyak generasi muda yang merasa tertekan dan kesulitan mengatur keuangan pribadi mereka.

Masyarakat Adat Bonokeling Lestarikan Tradisi Demi Ketahanan Pangan

Generasi Stoberi

Di sisi lain, generasi stoberi merupakan istilah yang diberikan pada generasi yang lahir pada era teknologi digital atau Generasi Z (Gen Z). Mereka dianggap sebagai generasi yang lebih rentan karena kurang memiliki daya tahan fisik dan mental. Mereka juga dianggap kurang mandiri dan mudah frustrasi karena kurang memiliki kesabaran dan daya tahan dalam menghadapi tekanan.

Namun, istilah ini tidak bisa digeneralisasi begitu saja. Sebuah studi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tidak semua generasi muda adalah generasi stoberi. Ada sebagian besar generasi muda yang mandiri, aktif, dan sukses dalam karir mereka.

Fakta Menarik tentang Generasi Sandwich dan Generasi Stoberi

1. Kelompok yang semakin banyak di Indonesia: Berdasarkan laporan yang dipublikasikan pada Oktober 2021 oleh NielsenIQ, sekitar 6 dari 10 konsumen di Indonesia berada di dalam kategori generasi sandwich

2. Kelompok yang lebih mengutamakan kesejahteraan emosional dan mental mereka: Sebuah artikel di Forbes Indonesia pada Februari 2022 menyatakan bahwa generasi stoberi lebih memilih untuk bekerja pada lingkungan yang sehat dan merasa dihargai daripada hanya mempertimbangkan gaji yang tinggi.

3. Tantangan yang berbeda dalam hal keuangan: Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada Juni 2021 oleh The Jakarta Post, generasi sandwich mungkin perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan sehari-hari seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi, sementara generasi stoberi mungkin akan menghadapi kesulitan dalam membeli properti atau membayar cicilan rumah karena harga properti yang semakin meningkat.

4. Perspektif yang berbeda tentang pendidikan: Menurut sebuah artikel di Kompas pada Juli 2021, generasi sandwich cenderung lebih memprioritaskan pendidikan formal dan menekankan pentingnya mempunyai gelar, sedangkan generasi stoberi lebih mendorong pengembangan keterampilan dan keahlian yang praktis untuk memperoleh kesuksesan di masa depan.

5. Lebih aktif dalam mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi: Sebuah studi yang dipublikasikan pada Oktober 2021 oleh CNBC Indonesia menemukan bahwa generasi stoberi lebih mungkin untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konsultan keuangan untuk membantu mengatasi stres dan masalah keuangan.

Wajik Ketan: Si Manis Legit Sajian Adat Pernikahan Masyarakat Jawa

Tantangan Generasi Muda Masa Kini

Keadaan sosial dan ekonomi saat ini memang memberikan tantangan tersendiri bagi generasi muda. Mereka dihadapkan pada masalah ekonomi yang semakin sulit, dan seringkali harus mengandalkan bantuan finansial dari orangtua mereka. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya hidup dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak.

Selain itu, generasi muda juga harus menghadapi tekanan dari berbagai aspek kehidupan modern, seperti media sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar. Hal ini membuat mereka sulit untuk memahami dan menerima diri sendiri, sehingga mudah terjebak dalam kecemasan dan depresi.

Solusi untuk Generasi Muda Dapat Berkembang

Untuk mengatasi masalah ini, generasi muda perlu membangun sikap mandiri, tahan banting, dan lebih positif dalam menghadapi tekanan hidup. Mereka perlu belajar untuk mengatur keuangan dengan baik, memanfaatkan teknologi untuk mencari pekerjaan atau mengembangkan usaha kecil, meningkatkan literasi keuangan, dan memahami cara mengelola keuangan mereka dengan baik.

Hal ini akan membantu mereka menghindari utang dan meningkatkan stabilitas keuangan pribadi mereka. Orang tua perlu memberikan dukungan emosional dan finansial tanpa membebani generasi muda dengan tanggung jawab yang terlalu besar.

3 Macam Rumah Adat Sulawesi Tengah dan Keunikan Cirinya

Masyarakat juga perlu memberikan ruang dan dukungan bagi generasi muda untuk berkembang dan mengejar impian mereka. Di sisi lain, pemerintah juga perlu mengambil langkah-langkah untuk mendukung generasi muda dan mengatasi masalah ekonomi yang terkait. Pemerintah perlu memberikan peluang kerja yang lebih luas dan meningkatkan pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini