Mengenal Tradisi Jamasan Bende Cemuluk ala Masyarakat Bumijawa Tegal

Mengenal Tradisi Jamasan Bende Cemuluk ala Masyarakat Bumijawa Tegal
info gambar utama

Bumijawa merupakan sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Slamet, di kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Desa ini berada pada ketinggian 1800 mdpl dan udara pada kawasan ini cenderung dingin. Bumijawa terkenal sebagai desa penghasil sayur-sayuran, buah-buahan, teh, kayu, maupun kopi terbesar di Kabupaten Tegal.

Tidak hanya itu, di Bumijawa pun terdapat sebuah mata air yang kini dijadikan sebagai sumber air untuk keperluan PDAM Tegal, yakni mata air bulakan atau warga sekitar biasa menyebutnya sebagai Tuk Jimat Kali Bulakan, yang mana mata air tersebut ada kaitannya dengan topik yang akan di ulas.

Berikut merupakan informasi dan fakta menarik tentang Tradisi Jamasan Bende Camuluk di Bumijawa.

Situs Lambanapu di Sumba Timur, Mengungkap Tapak Awal Leluhur Nusantara?

Tradisi Jamasan Bende Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan

Prosesi Upacara Jamasan Bende Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan
info gambar

Jamasan berasal dari bahasa krama inggil (bahasa Jawa pada tingkatan paling tinggi), yakni jamas yang memiliki arti mensucikan, membersihkan, memandikan, merawat maupun memelihara. Yangmana hal tersebut merupakan bentuk rasa terima kasih, menghormati dan menghargai adanya peninggalan suatu karya seni budaya leluhur kepada generasi selanjutnya.

Sedangkan bende merupakan sejenis gong kecil pada gamelan Jawa yang terbuat dari perunggu atau tembaga. Suara khas dapat dihasilkan dari bende ketika dipukul pada permukaan perunggu atau tembaga tersebut.

Bende Camuluk diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai celah munculnya sumber air yang kini disebut dengan Tuk Jimat Kali Bulakan. Masyarakat Bumijawa rutin menjamas Bende Camuluk setahun sekali tepatnya pada 11 Rabiulawal, bertepatan dengan peringatan maulid nabi pada keesokan harinya.

Tradisi Jamasan Bende Camuluk sendiri dilakukan dengan prosesi upacara proses pencucian Bende Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan oleh juru kunci dengan menyalakan kemenyam disertai dengan iringan selawat oleh masyarakat Bumijawa.

Prosesi ini secara bersamaan sebagai bentuk rasa terima kasih atas terus mengalirnya mata air bulakan yang kini dapat terus mengaliri tiap perkebunan dan kehidupan di Bumijawa, juga menjadi sumber mata air untuk keperluan PDAM, serta perusahaan air minum daerah di Tegal.

Setelah prosesi selesai, biasanya masyarakat sekitar mengadakan tumpengan atau syukuran di sekitar Tuk Jimat Kali Bulakan, dan meminta agar acara Maulid Nabi Muhammad SAW esok berjalan dengan baik.

Menilik Kemeriahan Arisan dalam Tradisi Sandur Khas Bangkalan Madura

Benarkah Bende Camuluk Awal Mula Munculnya Tuk Jimat Kali Bulakan?

Kondisi Tuk Jimat Kali Bulakan Bumijawa yang terus mengalirkan mata air.
info gambar

Salah satu penulis di Kompasiana.com bernama Ari Sanjaya, mengisahkan asal usul nama Bende Camuluk dan munculnya Tuk Jimat Kali Bulakan.

Juru kunci mata air Bulakan, Bapak Siswoyo, menjelaskan sejarah adanya mata air bulakan atau tuk jimat kali bulakan kala itu Bumijawa mengalami kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak perkebunan dan sawah yang mengalami kekeringan dan menyebabkan banyak yang gagal panen.

Saat itu, tetua kampung Bumijawa Bernama Mbah Camuluk sedang mencari kayu bakar dihutan. Tak jauh darinya, ia melihat seekor bangau putih. Mbah Camuluk menyakini bahwa burung tersebut tengah mencari sumber air di tengah musim kemarau kala itu.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya, ia mengikuti burung bangau tersebut, dan mendapati bahwa burung bangau tersebut terus mematuk-matukan paruhnya di sebuah gong atau bende. Mbah Camuluk pun membantu mengangkat gong tersebut.

Tak disangka-sangka setelah gong tersebut terangkat, air jernih dan bening mencuat keluar dengan deras. Mbah Camuluk tentu merasa kaget dan segera meminum air tersebut.

Festival Perang Air, Tradisi Kasih Sayang yang Terjadi di Selatpanjang

Air yang terus mencuat keluar tersebut kemudian menggenang dan mengaliri seluruh perkebunan dan persawahan di Bumijawa. Mbah Camuluk terus menyebarkan informasi mata air tersebut kepada seluruh masyarakat Bumijawa, hingga kehidupan di Bumijawa terbantu.

Meski begitu, dikutip pada laman Liputan6.com, bahwa Tuk Jimat Kali Bulakan tersebut ditemukan pada tahun 1918. Sehingga dari penemuan gong yang memunculkan Tuk Jimat Kali Bulakan tersebutlah dinamai dengan Bende Camuluk, sesuai dengan nama penemunya, yakni Mbah Camuluk.

Perlu Kawan GNFI ketahui juga, bahwa tradisi Jamasan Bende Camuluk yang dilakukan setiap 11 Rabiulawal tentu bukan karena kesengajaan, melainkan tepat pada tanggal tersebutlah Mbah Camuluk menemukan bende tersebut.

Menarik, bukan? Adakah Kawan GNFI yang ingin turut menyaksikan tradisi Jamasan Bende Camuluk di Bumijawa?

Referensi:Kompasiana.com | Liputan6.com | budaya-indonesia.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini