Anak Indonesia Darurat Diabetes, Pahami Gejala dan Pencegahannya

Anak Indonesia Darurat Diabetes, Pahami Gejala dan Pencegahannya
info gambar utama

Pada September 2022 lalu, jagad Twitter sempat dihebohkan oleh cuitan salah satu penggunanya soal minuman es teh kekinian yang rasanya terlalu manis. Ia khawatir minuman itu bisa menyebabkan diabetes massal.

Lebih dari 2400 komentar dan 32 ribu likes membanjiri cuitan. Kita lihat dari tingginya respon, ternyata masyarakat Indonesia usia dewasa lumayan aware dengan isu gula dan diabetes.

Namun, bagaimana dengan usia anak-anak soal diabetes? Anak-anak belum cukup mandiri untuk mencari informasi dan waspada terhadap penyakit ini. Mereka masih sangat bergantung pada pola hidup yang diturunkan dari orang tua atau orang dewasa sekitar mereka.

Kasus Diabates Anak di Indonesia

Tulisan diabetes dari permen
info gambar

Apakah Kawan GNFI sadar kalau kasus diabates anak di Indonesia melonjak 70 kali lipat sejak 2010 hingga awal 2023? Pasien diabetes anak terbanyak berada pada rentang usia 10-14 tahun, selanjutnya pada rentang usia 5-9 tahun.

Dilansir dari theconversation.com, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa salah satu penyebab meningkatnya diabetes anak di Indonesia adalah faktor gaya hidup. Anak-anak sekarang cenderung enggan beraktivitas fisik sehingga tubuh kurang gerak. Kondisi tersebut diperparah dengan kegemaran mengonsumsi makanan dengan pemanis atau gula tambahan.

Peringatan Hari Diabetes Dunia, Ini Sejarah dan Cara Pencegahan

Tipe dan Penyebab Diabetes pada Anak

Dikutip dari laman idai.or.id, terdapat 2 jenis diabetes pada anak yang paling banyak dijumpai yaitu Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 dan DM tipe-2.

DM tipe-1 terjadi karena rendahnya kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin. Insulin merupakan hormon tubuh yang berfungsi mengatur makanan menjadi enertgi. DM tipe-1 ini tidak dapat dicegah karena penyebab utamanya berasal faktor genetik dan sistem imun.

Sedangkan DM tipe-2 terjadi karena gangguan kerja atau resistensi insulin. DM tipe-2 ini disebabkan oleh diet tidak seimbang, kurang olahraga, merokok dan obesitas.

Gejala yang Ditimbukan

Jumlah hormon insulin yang tidak memadai, membuat penyerapan kadar gula terganggu. Kondisi ini menyebabkan tidak adanya energi yang bisa diolah tubuh. Jadi, benarlah bahwa diabetes sangat berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, orang tua perlu dengan cermat memahami gejala-gejala di bawah ini agar anak segera mendapat pertolongan.

  1. Anak akan merasa selalu lapar dan haus, sehingga frekuensi makan dan minum jadi lebih sering dalam jumlah banyak.
  2. Berat badan turun drastis karena jaringan lemak dan otot anak mengalami penyusutan.
  3. Kelelahan dan mudah marah karena kurangnya energi dalam tubuh untuk beraktivitas.
  4. Dalam kondisi darurat anak bisa mengalami sesak napas dan dehidrasi.
Khasiat Buah Sirsak, Ampuh Cegah Kanker dan Diabetes

Upaya Pencegahan

Diabetes merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan seumur hidup. Risikonya dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Anak-anak yang terkena diabetes harus berteman dengan injeksi insulin sepanjang hidupnya untuk mengelola kadar gula darah. Namun, beda halnya untuk kasus diabetes yang masih bisa dicegah. Perlu ada intervensi di lapangan baik dari orang tua maupun pemerintah Indonesia.

1. Intervensi Orang Tua

Orang tua perlu mengevaluasi ulang pola makan dan pola asuh terhadap anak-anak mereka. Di tengah gempuran makanan kemasan yang tinggi gula saat ini, rasanya hasil bumi yang melimpah di Indonesia bisa menjadi solusi.

Kudapan seperti ubi, singkong, jagung, sayur dan buah habis petik, tahu, tempe, telur, daging dan ikan segar bisa menjadi sumber makanan sehat dan seimbang. Orang tua dan anak bersama-sama bersepakat untuk mengonsumsi real food daripada ultra processed food.

Sedangkan terkait pola asuh, meskipun sudah lelah bekerja siang malam orang tua harus menyempatkan waktu beraktivitas fisik bersama anak. Anak cenderung mencontoh perilaku orang tua. Ketika orang tua memiliki kebiasaan olah raga, anak pun demikian.

2. Intervensi Pemerintah

Kawan GFNI tentu sadar bahwa pemerintah gencar menaikkan pajak rokok demi menurunkan tingkat konsumsi rokok di Indonesia. Strategi yang sama rasanya bisa dilakukan untuk mengatur konsumsi gula masyarakat kita. Ternyata gula tak kalah berbahaya dengan rokok. Konsumsi gula berlebih berpotensi memperparah penyakit kronis penderita.

Selanjutnya, pemerintah bisa menempuh upaya peningkatan literasi kepada masyarakat soal kewaspadaan terhadap kandungan gula tambahan pada makanan. Tingginya kasus diabetes anak di Indonesia ini tentu tidak lepas dari rendahnya literasi soal batasan konsumsi gula tambahan.

Tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 bahwa anjuran untuk konsumsi gula tambah per orang per hari adalah maksimal 4 sendok makan. Informasi terkait bahaya dan batasan konsumsi gula inilah yang perlu disematkan pada kemasan makanan yang dijual bebas.

Menilik Upaya Pemerintah Perangi Kasus Diabetes di Indonesia

Lebih jauh lagi, pemerintah dari sekarang sudah menggaungkan bahwa Indonesia siap menyambut generasi emas 2045. Generasi ini hadir karena bonus demografi yakni 70% pendudukanya berusia produktif (15-64 tahun). Untuk memaksimalkan potensi ini, kondisi kesehatan yang prima harus diupayakan sedini mungkin.

Kebijakan pemerintah untuk memperketat peredaran gula tambahan di segala penjuru Indonesia bisa menjadi upaya pendukung. Selama tubuh sehat, menjadi generasi emas yang memiliki daya saing global bukan hal mustahil.

Yuk, saling mengingatkan untuk kurangi konsumsi gula!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini