Jangan Sembarangan Pakai Motif Batik Ini, Ada Maknanya!

Jangan Sembarangan Pakai Motif Batik Ini, Ada Maknanya!
info gambar utama

Batik sangat melekat dengan buah tangan Indonesia, selain coraknya yang unik, keberadaan batik juga sudah digunakan sebelum masa kemerdekaan Indonesia bahkan diketahui sudah populer pada akhir abar XVII. Pada awalnya pembuatan batik tidaklah seperti pembuatan baju biasa, yang langsung dicetak mesin sehingga prosesnya berjalan dengan cepat.

Pembuatan batik memerlukan proses yang lama dan bermakna. Diawali dengan proses penyiapan kain kemudian pemasukan warna selama 3 minggu, selanjutnya menggambar motif di atas kain, dan terakhir membersihkan kain dari lilin pada air mendidih. Dapat terlihat bahwa batik begitu mengandalkan ketelatenan tangan seorang pengrajin, tidak hanya sebagai pakaian tetapi sebagai kanvas untuk melukis.

Motif yang tertuang di kain batik itu sendiri pun memiliki makna yang berbeda beda, dan dipercaya adanya kekuatan spiritual dan makna filsafat, sehingga jika terdapat motif yang memiliki nilai spritual yang tinggi, batik tersebut dilarang untuk dipakai oleh masyarakat umum. Dalam artian, motif batik tersebut harus dilindungi dan dipakai oleh orang yang berwenang untuk mengemban maknanya. Salah satu Kota yang memiliki batik larangan adalah Yogyakarta, kota pecahan dari Keraton Mataram.

Cuaca Amat Panas Belakangan Ini, Apa Penyebabnya?

Motif batik Parang Rusak

Namun, batik larangan tidaklah muncul dengan sendirinya, terdapat seorang Sultan yang bertahta untuk menetapkan batik larangan (Awaisan Dalem). Batik larangan pertama dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I yaitu parang rusak tertutang dalam “Rijksblad van Djokjakarta”.

Baca juga : Mengenal Motif Batik Parang, Batik Larangan yang Tidak Biasa dan Penuh Filosofi

Melalui informasi dari Prof. Dr. Bani Sudardi batik parang mewakili ombak di laut selatan Yogyakarta yang bergunung-gunung. Adapun makna dibalik motif ini yaitu penghormatan dari raja kepada leluhur, sebuah nasihat agat tidak mudah menyerah, lambang kekuasaan, dan pedang ksatria. Pada umumnya, batik ini juga dipakai oleh raja saat sedang berada di penghadapan.

Bali Parang | Sumber:Wibawa, W, 2022
info gambar

Motif batik Huk dan Kawung

Selanjutnya, saat Sri Sultan Hamengku Buwono VII menjabat, beliau menetapkan motif huk dan kawung sebagai batik larangan. Makna filosifis motif Huk adalah kemakmuran, simbol pemimpin yang berbudi luhur, cerdas, dan bertangung jawab.

Batik Kawung | Sumber: Museum 2022
info gambar

Motif ini dikhususkan untuk raja dan putra mahkota. Sedangkan motif batik Kawung melambangkan kesucian atau bunga teratai dan kolang kaling yang diharapkan dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Motif huk hanya diperuntukkan oleh para Sentana Dalem.

Polopalo, Alat Musik Tradisional Khas Gorontalo
 Batik Huk| Sumber: Ningrum, N, 2022
info gambar

Motif batik Udan Liris

Ketiga adalah motif udan liris, yang diciptakan pertama kali oleh Paku Buwana III ketika sedang mandi di sungai dan melakukan kegiatan ibadah mati raga.

Dari coraknya yang seperti hujan, motif ini diharapkan sebagai pembawa kesuburan untuk tumbuhan dan ternak, selain itu sebagai bentuk harapan untuk sang pemakai agar selalu selamat sejahtera, tabah, dan prakarsa dalam menunaikan kewajiban.

Penggunanya hanya terbatas pada putra garwa ampeyan, wayah, buyut, canggah, Pangeran Sentana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.

Batik Udan Luris| Sumber: Ningrum, N, 2022
info gambar

Motif batik semen

Batik larangan terakhir adalah motif semen, yang berasal dari kata “semi” atau “ tumbuh”, dalam ornamen daratan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat lainnya, lalu oramen udara seperti garuda, dan ornamen laut berupa seperti ikan dan hewan amphibi. Ketiga ornamen ini mewakili seluruh bagian alam.

Adapun motif gabungan dari garuda, sayap, gunung, candi dan naga yang disebut dengan Semen Ageng Sawat Gudha yang masih berkaitan dengan ajaran tribuwana, pemakaiannya dikhususkan untuk cucu sultan, istri para pangeran, penghulu, Wedana Ageng Prajurit, Bupati Nayaka Tebet, Bupati Nayaki Njawi, dan para bupati lainnya.

MenapakiRumah Kawin: Tempat Silaturahmi Etnis Tionghoa dan Betawi di Tangerang

Makna keseluruhan dari batik ini adalah pengharapan untuk memiliki kedudukan yang tinggi, berprilaku mulia dan hidup makmur. Namun, terdapat batik semen yang bisa dipakai oleh kalangan manapun yaitu motif yang tidak memiliki gambar meru, garuda dan sayap.

Batik Semen Rama | Sumber: Ningrum, N, 2022
info gambar

Aturan dari batik larangan tidak berlaku lagi sekarang, tetapi untuk wilayah keraton Yogyakarta, pembatasan pemakaian batik tetap diberlakukan. Sama hal nya dengan gelar, suatu jabatan seorang keraton juga memiliki simbol yang melekat pada dirinya seperti penggunaan corak batik khusus yang telah disebutkan di atas.

Selain itu, mengetahui makna dari motif motif batik larangan, teman teman GNFI juga lebih mengenal seberapa penting suatu amanah dan harapan yang dijunjung. Maka dari itu, untuk menghargai budaya nasional Indonesia ditetapkanlah Hari Batik setiap tanggal 2 Oktober.

Daftar Pustaka: Kompas| kratonjogja.id | budaya.jogjaprov.go.id | semarangpos.com | semarangpos.com | detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FN
KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini