Curug Lawe Benowo, Air Terjun yang Memanjakan Mata dengan Pemandangan Alaminya

Curug Lawe Benowo, Air Terjun yang Memanjakan Mata dengan Pemandangan Alaminya
info gambar utama

Pemandangan alam yang hijau dan asri adalah hal pertama yang menyapa saya dan kawan-kawan sepanjang perjalanan kami menuju Curug Lawe Benowo yang terletak di Desa Kalisidi, tepat di Lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang. Ketika sampai di tempat pembelian tiket dan tempat penitipan motor, mata kami tak pernah dibosankan dengan pemandangan alamnya yang begitu indah. Setiap mata memandang, akan ditemukan berbagai jenis pohon dan bunga yang tumbuh di lereng gunung ini.

Tiket masuk ke curug ini sebesar Rp 8000,- per orangnya. Harganya tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Cocok bagi dompet mahasiswa seperti saya dan kawan-kawan. Perjalanan menuju Curug Lawe Benowo harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 2-2,5 KM karena jalur trekking yang tidak memungkinkan kendaraan motor lewat. Kami kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dari titik berangkat.

Dari titik berangkat, kami harus berjalan beberapa meter yang sekelilingnya dipenuhi dengan pohon yang asri sebelum masuk ke jalur utama menuju curug yang ditandai dengan sebuah gapura kecil yang bertuliskan “We love CLBK”. CLBK tersebut merupakan singkatan dari Curug Lawe Benowo Kalisidi.

3 Wisata Menarik di Pulau Serangan, Surga Masa Depan Pariwisata Bali
Akar O | Foto: Google Maps/Khoiru Nawawi
info gambar

Dari gapura ini, saya dan kawan-kawan memulai perjalanan yang sesungguhnya menuju curug dengan jalur trekking yang hanya cukup diisi satu orang karena jalan yang kurang lebih memiliki lebar satu meter yang sisi kiri dengan pemandangan alam yang asri, sedangkan sisi kiri merupakan jalur saluran air sehingga sulit untuk berjalan secara bersamaan.

Jalur trekking tentu saja tidak mudah, kami harus berhati-hati karena jalan yang sempit, naik turun, dan berbelok-belok. Meskipun jalurnya yang cukup sulit, kami tidak merasakan lelah dan kesulitan yang berlebihan karena ditemani pemandangan alam yang masih alami. Suara burung saling bersahutan dengan suara aliran sungai yang menutupi pegunungan ini terdengar jelas dan merdu di telinga saya.

Saya dan kawan-kawan begitu menikmati perjalanan ini karena jarang kami temukan sampah yang berserakan karena disediakan kantong sampah di sepanjang jalur yang menambah kesan alami dan asri di mata kami dalam memandang setiap sudut alam di sini.

Di sepanjang jalur trekking juga terdapat beberapa spot foto yang saya dan kawan-kawan temukan. Spot-spot tersebut merupakan akar berbentuk O yang dikenal dengan akar O. Akar ini tumbuh di atas jalur trekking. Akar O ini terbilang unik karena bentuknya yang hampir berbentuk huruf O sempurna.

Menyesap Kenikmatan Loloh Cemcem Khas Bali yang Kaya Akan Khasiat

Selain itu, terdapat Jembatan Romantis yang dibangun di atas aliran sungai. Sisi jembatan berwarna merah dengan potongan kayu yang dijadikan alas jembatan ini. Saya tidak tahu kenapa jembatan ini dinamakan Jembatan Romantis, tetapi memang ketika melewati jembatan ini pemandangan alam yang dipandang tampak lebih indah.

Jembatan Romantis | Foto: Google Maps/zenitiia
info gambar

Di sepanjang jalur juga banyak ditemukan beberapa pos yang disediakan untuk beristirahat. Bahkan terdapat warung yang buka sehingga saya dan kawan-kawan dapat beristirahat sambil memakan dan meminum beberapa jajanan yang diperjualbelikan. Terdapat satu pos juga yang menyediakan kamar mandi umum dan tempat beribadah bagi orang muslim.

Setelah beberapa pos kami lewati, kami dipertemukan dengan pertigaan yang menunjukkan arah ke Curug Lawe yang di sisi kanan dan Curug Benowo di sisi kiri. Saya dan kawan-kawan akhirnya memutuskan mengambil arah kanan, yaitu jalan menuju Curug Lawe karena menurut salah satu kawan kami yang pernah ke sini, jalur trekking menuju Curug Lawe lebih mudah diakses.

Dari pertigaan ini, jalan menuju Curug Lawe tidaklah terlalu jauh, kira-kira 100 meter dari pertigaan tersebut kita sudah dapat mendengar suara air terjun dari Curug Lawe. Sebelum sampai di curug, kami bertemu dengan sungai yang bersih dan lebar di sisi tangga terakhir menuju Curug Lawe. Kawan-kawan saya banyak yang tergoda dengan kejernihan airnya akhirnya memutuskan untuk berenang, sedangkan saya dan beberapa orang lainnya memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu karena sudah dekat dengan Curug Lawe.

Pendakian Gunung Rinjani Dibuka Kembali Mulai 1 April 2023
Curug Lawe | Foto: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Hawa dingin adalah hal yang pertama saya dan kawan-kawan rasakan ketika kaki kami sampai di air terjun Curug Lawe. tebing-tebing yang mengelilingi air terjun Curug Lawe sangatlah indah dan asri. Suara deras air terjun memenuhi gendang telinga kami.

Meskipun banyak bebatuan licin di sekitar aliran air terjun yang sedikit menyulitkan kami menuju bawah air terjun, tidak mematahkan semangat kami untuk menikmati segala pemandangan yang ditampilkan di Curug Lawe. Saya dan kawan-kawan dapat bermain air sepuasnya. Segala rasa lelah kami terbayarkan dengan pemandangan air terjun Curug Lawe yang memesona dan tidak membosankan mata.

sumber: travel.kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini