Jenis-Jenis Transportasi Umum Massal di DKI Jakarta: Yuk Kenali Agar Tidak Bingung!

Jenis-Jenis Transportasi Umum Massal di DKI Jakarta: Yuk Kenali Agar Tidak Bingung!
info gambar utama

Saat ini, transportasi umum mulai kembali menjadi primadona warga perkotaan di Indonesia untuk bermobilitas dan beraktivitas sehari-hari. Kota-kota besar di Indonesia mulai dihiasi berbagai sistem transportasi umum massal, khususnya yang berbasis bis kota.

Secara khusus, Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia mengalami perkembangan jaringan transportasi umum yang signifikan dalam kurang lebih dua puluh tahun terakhir, baik melalui transportasi berbasis jalan raya maupun berbasis rel, yang kesemuanya saling terintegrasi.

Seringkali, banyaknya jenis transportasi umum yang tersedia di Jakarta menjadi momok bagi turis, pendatang, ataupun warga yang baru berpindah dari penggunaan kendaraan pribadi. Nah, agar Kawan GNFI tidak bingung lagi dalam berkeliling Jakarta dan sekitarnya menggunakan transportasi umum, yuk, simak paparan singkat berikut!

Dengan Moda Transportasi Umum, Kawan Dapat Berlibur Ke Pulau Merak Kecil. Ini Caranya!

Transjakarta

Transjakarta merupakan sistem bus rapid transit (BRT) yang mulai beroperasi tahun 2004 dengan satu koridor yang membentang dari Blok M, Jakarta Selatan hingga Kota, Jakarta Barat. Dilansir dari Institute for Transportation and Development Policy, BRT sendiri merujuk ke sistem bis kota yang berjalan di jalur terpisah, memiliki pemberhentian (halte) yang terpisah dan umumnya terletak di tengah jalan raya, memiliki sistem pembayaran yang dilakukan di luar bus, serta berpola operasi cepat; menjadikannya serupa sistem angkutan umum massal berbasis rel dan lebih andal dari bis kota biasa.

Berdasarkan data dari laman web resmi Transjakarta, saat ini Transjakarta sudah memiliki empat belas koridor utama serta ratusan rute nonkoridor atau lintas koridor yang berfungsi sebagai pengumpan (feeder) atau penghubung para pengguna Transjakarta menuju koridor-koridor utama maupun melintasi rute beberapa koridor sekaligus.

KRL Commuter Line

Sistem Kereta Rel Listrik atau KRL Commuter Line di Jakarta dan sekitarnya pada sejarahnya merupakan hasil penyatuan berbagai layanan kereta rel listrik perkotaan di Jakarta yang dioperasikan Kereta Api Indonesia.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kompas.com, pembenahan tersebut mulai dilaksanakan PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2009. Kini, KRL Commuter Line dapat dimanfaatkan untuk melaju dari atau menuju daerah-daerah penyangga Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Saat ini, KRL Commuter Line di Jakarta memiliki lima lintas pelayanan; Jakarta Kota – Depok/Bogor (yang memiliki cabang di Citayam menuju Nambo), Jalur Lingkar Jatinegara/Kampung Bandan/Angke – Manggarai – Bekasi/Cikarang, Tanah Abang – Serpong/Parung Panjang/Rangkasbitung, Duri – Tangerang, serta Jakarta Kota – Tanjung Priok.

Pelni, Alternatif Transportasi Menyusuri Indonesia Lebih Hemat

Selain itu, sebagaimana diberitakan di Liputan6.com, terdapat rencana lintas pelayanan baru dari Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur menuju Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, melewati stasiun kereta api (KA) baru di Jakarta International Stadium (JIS).

LRT Jakarta

Light Rail Transit (kereta ringan) atau Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta mulai dioperasikan pada tahun 2018, menjelang pelaksanaan Asian Games di Jakarta. LRT Jakarta merupakan jaringan LRT kedua di Indonesia menyusul LRT Palembang yang juga disiapkan untuk menyambut pelaksanaan Asian Games 2018. Lintas pelayanan LRT Jakarta meliputi enam stasiun; Velodrome, Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan, Boulevard Utara, dan Pegangsaan Dua.

Mengutip CNBC Indonesia dan Detik, rencananya pembangunan LRT Jakarta akan dilanjutkan dari Stasiun Velodrome dengan dua percabangan yang masing-masing menuju Stasiun KA Manggarai dan kawasan Bandara Halim Perdanakusuma, serta dari Stasiun Pegangsaan Dua diteruskan menuju Stasiun KA Rajawali melalui kawasan Kemayoran.

KA Bandara

Kereta Api (KA) Bandara di Jakarta merupakan layanan kereta rel listrik yang melayani rute dari pusat kota Jakarta, tepatnya di Stasiun KA Manggarai, menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, maupun sebaliknya. KA Bandara di Jakarta yang mulai beroperasi pada tahun 2018 merupakan KA Bandara kedua di Indonesia setelah Medan. Rute yang dilaluinya melewati jalur kereta yang sudah ada dari Stasiun Manggarai, Duri, hingga Batu Ceper, kemudian berbelok menuju jalur kereta baru menuju Stasiun Bandara Soekarno-Hatta

Stasiun KA Bandara Soekarno-Hatta juga terintegrasi dengan kereta layang (skytrain) yang menghubungkan seluruh terminal di bandara tersebut. Hingga tahun 2019, KA Bandara Soekarno-Hatta juga melayani penumpang dari Stasiun Bekasi, namun kemudian rute KA Bandara disesuaikan hanya sampai Stasiun Manggarai.

MRT Jakarta

Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu merupakan jaringan kereta api yang mulai beroperasi di Jakarta pada tahun 2019. Sistem MRT pertama di Indonesia ini juga mencakup jalur kereta perkotaan bawah tanah pertama di Indonesia. Rute MRT Jakarta saat ini memiliki panjang 16 kilometer, melayani tiga belas stasiun dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan menuju Bundaran HI, Jakarta Pusat, melewati berbagai kawasan penting seperti Fatmawati, Blok M, dan Sudirman, dengan tujuh stasiun layang dan enam stasiun di bawah tanah.

Menurut situs resmi MRT Jakarta, pembangunan MRT Jakarta saat ini tengah dilanjutkan dari Stasiun Bundaran HI hingga ke kawasan Ancol, Jakarta Utara, melewati kawasan-kawasan seperti Monumen Nasional (Monas), Harmoni, Glodok, dan Kota.

MRT Jakartamenuliskan, akan dibangun juga jalur MRT dari Balaraja, Tangerang hingga Cikarang, Bekasi, serta sedang dikembangkan jalur MRT baru dari Fatmawati, Jakarta Selatan menuju ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

LRT Jabodebek

LRT Jabodebek merupakan layanan LRT yang akan melintasi kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, menuju Kuningan (Jakarta Selatan) dan Cawang (Jakarta Timur), sebelum bercabang menuju Jatimulya (Bekasi Timur) dan Harjamukti (Cibubur) dengan delapan belas buah stasiun di sepanjang jalurnya (Tempo.co), di antaranya Stasiun Dukuh Atas dan Stasiun Cawang yang akan menjadi titik integrasi LRT Jabodebek dengan berbagai transportasi umum lainnya. Proyek yang digagas pemerintah pusat ini mulai dibangun pada tahun 2015 dan rencananya akan mulai dioperasikan pada Juli 2023.

Apa Perbedaannya?

Di titik ini, Kawan GNFI mungkin bertanya-tanya, apa perbedaan KRL, MRT dan LRT? Merujuk Indonesiabaik.id, ketiganya dapat dibedakan antara lain dari ukuran kereta serta kapasitas penumpang yang dapat dibawa dalam satu rangkaian. Satu rangkaian KRL terdiri dari delapan hingga dua belas kereta, sedangkan satu rangkaian MRT terdiri dari enam kereta.

Surabaya Melangkah Lebih Jauh Menuju Era Transportasi Listrik

LRT Jakarta memiliki dua kereta dalam satu rangkaian, sedangkan LRT Jabodebek memiliki empat kereta dalam setiap rangkaian. KRL dan MRT dapat digolongkan sebagai sistem heavy rail yang berkapasitas relatif besar, disusul LRT atau light rail dirancang untuk membawa penumpang dengan kapasitas menengah atau lebih sedikit.

Selain itu, MRT dan KRL menggunakan Listrik Aliran Atas (LAA) sebagai sumber tenaga, berbeda dengan LRT yang menggunakan Listrik Aliran Bawah atau third rail.

Bagaimana Kawan GNFI, sekarang sudah lebih paham kan, tentang berbagai jenis transportasi umum massal yang ada di Jakarta? Yuk, jangan takut lagi untuk bepergian dengan transportasi umum! Bila perlu, tanyakan petugas yang ada di masing-masing halte atau stasiun untuk memperlancar perjalanan Kawan GNFI.

Jangan lupa juga untuk membaca papan penunjuk atau peta rute yang tersedia. Hati-hati di jalan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini