Mengapa Remaja Enggan Berkonsultasi tentang Kesehatan Mental?

Mengapa Remaja Enggan Berkonsultasi tentang Kesehatan Mental?
info gambar utama

Organisasi kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) menuturkan melalui platformnya who.intbahwa kesehatan mental merupakan keadaan yang menunjukkan kesejahteraan mental yang memungkinkan seseorang mampu mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dan bekerja dengan baik serta mampu berkontribusi pada komunitas mereka.

Dengan mental yang sehat, seseorang tentunya tidak sulit dalam menjalani hidup, mengambil keputusan, membangun hubungan, melewati segala tantangan hidup serta mampu bertumbuh menjadi individu yang positif.

Kawan GNFI, fakta di lapangan seperti yang dikabarkan Suara.commenunjukkan bahwa kesehatan mental masih dipandang sebagai suatu hal yang tabu dan hanya dipandang sebelah mata. Padahal, masalah kesehatan mental bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Selain itu, masalah kesehatan mental juga membutuhkan waktu untuk dipulihkan tergantung dari masalah atau gangguan mental yang dialami oleh klien.

Kesehatan mental | Foto: Freepik

Masalah kesehatan mental di Indonesia yang terus meningkat ternyata banyak dialami oleh kalangan remaja. Melansir Universitas Gadjah Mada, berdasarkan survei oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dengan rentang usia usia 10-17 tahun.

Baca juga: Selain Ketupat, 5 Makanan dari Beras Berbungkus Daun Ini Juga Dikenal di Asia

Hasil survei juga mengungkapkan bahwa gangguan mental yang paling banyak dialami oleh remaja adalah gangguan kecemasan, gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca trauma, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).

Dari segi penyediaan layanan kesehatan, pemerintah terutama Kementerian Kesehatan RI terus berupaya untuk meningkatkan akses fasilitas kesehatan. Dengan demikian, para remaja diharapkan mampu mencari pertolongan kepada tenaga profesional psikolog dan psikiater untuk masalah kesehatan mental mereka.

Namun demikian, dari survei tersebut ditemukan bahwa hanya sedikit remaja yang melakukan pencarian bantuan profesional untuk menangani masalah kesehatan mental mereka. Sangat miris bukan? Hal ini sangat disayangkan karena remaja merupakan masa emas untuk mengeksplorasi diri dengan positif dan menjadi satu-satunya harapan dalam membangun generasi yang sehat dan bermartabat.

Berdasarkan beberapa riset dan literatur, ternyata ada beberapa alasan remaja enggan untuk mencari bantuan profesional ke psikolog atau psikiater terkait masalah kesehatan mental mereka, meliputi:

  1. Faktor individu remaja

Hal ini berkaitan dengan minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan mental dan pencarian bantuan. Terbatasnya pengetahuan remaja terkait kesehatan mental membuat remaja bingung dan kecil kemungkinan untuk mencari bantuan.

  1. Faktor sosial remaja

Masalah kesehatan mental masih kental dengan stigma sosial yang beredar di masyarakat sehingga menimbulkan rasa malu tersendiri bagi yang mengalaminya. Stigma di masyarakat Indonesia yang masih beredar seperti sebutan “orang gila”, kurang iman, kurang ibadah, kerasukan setan dan lain sebagainya.

  1. Persepsi remaja

Hubungan antara profesional dengan klien yang bersifat rahasia namun tidak semua remaja mampu untuk mempercayai orang yang tidak dikenal, termasuk psikolog atau psikiater. Padahal, seorang psikolog atau psikiater telah melewati sumpah profesi demi terjaganya rahasia klien. Sehingga klien tidak perlu khawatir dengan kerahasiaan masalah kesehatan mental yang dialaminya.

Baca juga: Sisi Baik Netizen Indonesia yang Jarang Diketahui oleh Banyak Orang
  1. Masih terbatasnya fasilitas kesehatan

Sebagian remaja masih terkendala dalam biaya layanan kesehatan mental karena tidak semua remaja berasal dari keluarga yang mampu. Selain itu, masalah kesehatan mental di Indonesia yang terus meningkat tidak sebanding dengan jumlah tenaga psikolog dan psikiater yang mampu menangani masalah tersebut sehingga penyebaran layanan kesehatan mental belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

Beberapa alasan di atas hendaknya menjadi perhatian kita bersama bahwa kesehatan mental remaja itu penting dan penyediaan layanan kesehatan mental mesti didukung penuh agar dapat merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga remaja di Indonesia mampu mencari bantuan tenaga profesional psikolog dan psikiater dengan mudah dan terjangkau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini