Ketika Para Kerbau Selamat dari Terjangan Tsunami yang Menerjang Aceh

Ketika Para Kerbau Selamat dari Terjangan Tsunami yang Menerjang Aceh
info gambar utama

Pada 26 Desember 2004, sesaat seusai gempa 9,2 skala Richter yang mengguncang Simeulue, Aceh, ribuan kerbau yang biasa berendam di muara sungai sontak berlari. Kerbau-kerbau itu berlomba dengan penduduk Simeulue mengungsi ke perbukitan.

“Kerbau-kerbau itu menyelamatkan diri sebelum tsunami datang. Jarang ada kerbau mati karena tsunami. Dari 10 kerbau saya, hanya satu hilang, ujar Safridin warga Alafan, Simeulue yang dimuat Kompas.

Safridin masih mengingat ketika kerbau-kerbau itu berlarian, dirinya masih menjala di pantai. Dirinya baru mulai berlari meninggalkan ketika melihat laut surut. Dirinya berlari ke rumah menjemput istri dan anak-anaknya untuk mengungsi ke atas bukit di belakang kampung.

Artefak Prasejarah di Loyang Mendale, Jejak Peneguh Kebhinekaan

Masyarakat Simeulue memiliki pengetahuan mengenai tsunami yang disebut smong, yaitu ombak laut yang akan menerjang daratan setelah gempa besar. Sebelum datang ombak besar, biasanya dicirikan surutnya air laut.

“Kami sering mendapat cerita smong itu dari orang-orang tua kami. Mereka mengalami smong tahun tujuh (1907),” katanya.

Pengetahuan inilah yang menyelamatkan warga Simeulue saat gempa dan tsunami tahun 2004. Namun tentunya kemampuan binatang untuk mengetahui datangnya tsunami masih menjadi sebuah misteri.

Pertanda dari binatang

Bukan hanya di Simeulue, di pantai barat Banda Aceh, Muhtar juga menyaksikan burung-burung yang terbang menjauhi pantai sekitar 15 menit sebelum tsunami menghantam Kampung Monsinget, Desa Kajhu Baitussalam, Aceh Besar.

Dirinya merasakan keanehan tetapi rasa ingin tahunya membawanya mendekati pantai yang berada sekitar satu kilometer dari rumahnya. Baru setengah jalan, dirinya lantas bergidik karena melihat gelombang tsunami yang bergulung-gulung menuju arahnya.

Hal yang sama terjadi di Sri Lanka, ketika gajah-gajah melengking dan berlari ke bukit sebelum datangnya tsunami. Sementara itu burung-burung flamingo di cagar alam Point Calimere, India meninggalkan sarangnya di tepi pantai.

Napak Tilas Kupiah Meukeutop sebagai Identitas Masyarakat Serambi Mekkah

“Di sepanjang pesisir Cuddalore, India, kantor berita Indo-Asian News melaporkan tak ditemukan kerbau, kampung ataupun anjing yang terluka akibat tsunami,” tulis Agung Setyahadi dan Ahmad Arif dalam Saat Kerbau Meninggalkan Pantai.

Ancaman bahaya

Direktur Ilmu Pengetahuan dan Penyelidikan di Bronx Zoo, New York, Alan Robinowits dalam artikel berjudul Did Animals Sense Tsunami Was Coming? menilai satwa merasakan ancaman bahaya dengan mendeteksi keanehan atau perubahan mendadak di sekitarnya.

“Gempa bumi menyebabkan perubahan getaran di permukaan tanah dan air. Badai menyebabkan perubahan elektromagnetik di atmosfer,” ujarnya.

Karena itulah, jelasnya binatang memiliki pendengaran dan penciuman sangat peka yang bisa memberi tahu ada yang menuju ke arah mereka, sebelum manusia tahu. Robinowits menyebut manusia dahulu kala juga memilikinya, tetapi perlahan menghilang.

Mitos Jimat Rantai Babi yang Bawa Kekebalan Saat Melawan Belanda

United States Geological Survey (USGS) pernah melakukan penelitian soal perilaku aneh satwa ketika bencana alam pada tahun 1970. Tetapi penyebab perilaku anak itu hingga kini belum ditemukan penyebab pastinya.

Mereka lantas menyebut perilaku satwa ini masih belum bisa dijadikan patokan mitigasi, khususnya gempa dan tsunami. Hal ini ternyata berbeda dengan kemampuan binatang untuk mendeteksi letusan gunung.

Pasalnya sebelum gunung meletus, ada tekanan fluida yang mendorong sumbat gunung. Dorongan tekanan tinggi yang membentur sumbat gunung itulah yang memunculkan frekuensi tinggi yang suara bisingnya hanya bisa didengar hewan tertentu.

“Pada saat itulah hewan-hewan yang tak tahan suara bising ini berlarian turun gunung,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini