Tuanku Imam Bonjol, Asal Usul dan Perjuangannya bagi Tanah Minang

Tuanku Imam Bonjol, Asal Usul dan Perjuangannya bagi Tanah Minang
info gambar utama

Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda memang tidak akan pernah habis untuk dibahas dari sisi sejarah maupun perjuangan para tokoh pahlawan kita. Dari Sabang sampai Merauke memiliki satu semangat untuk melawan para penjajah yang sudah cukup lama. Tak terkecuali perjuangan masyarakat Minang yang juga ingin sama-sama melawan para penjajah.

Kegigihan perjuangan Urang Awak ini tak lepas dari perjuangan gigih seorang tokoh bernama Muhammad Shahab atau kita lebih mengenal beliau dengan nama Tuanku Imam Bonjol. Selain sebagai seorang pahlawan yang gigih melawan para penjajah, Imam Bonjol merupakan seorang tokoh revolusioner pergerakan Islam di Indonesia.

Tuanku Imam Bonjol - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
info gambar

Lahirnya Seorang Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol lahir pada 1 Januari 1772 di Bonjol sebuah kecamatan di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Dengan nama asli Muhammad Shahab, dia lahir di pasangan Bayanuddin Shahab dan Hamatun.

Ayah Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama di Sungai Rimbang, Kabupaten Lima Puluh Kota. Shahab kecil sudah belajar ilmu agama dari ayahnya langsung termasuk ilmu Al-Quran. Hingga pada usia 30 tahun, ia diangkat menjadi seorang guru tuo atau guru pembantu di surau Tuanku Bandaro di Padang Laweh.

Setelah mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang agama Islam, ia mulai mendapatkan banyak bekal dalam melakukan pembaharuan untuk mengatur hak masyarakat dalam perdagangan dan warisan sesuai dengan hukum islam.

Karena perjuangannya yang dilakukannya ini membuat Shahab muda diberi gelar baru, Peto Syarif pada 1807. Gelar baru yang diberikan oleh Tuanku Nan Renceh ini membuat Shahab menjadi pemimpin kaum Padri di Kota Bonjol yang hingga kini dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol.

Baca juga: Sultan Hasanuddin, Perjuangan Raja Gowa dan Pahlawan dari Makassar Sulsel

Sejarah Perang Padri

Perang Padri atau juga dikenal sebagai Perang Minangkabau terjadi pada 1803 sampai 1837 di Sumatera Barat antara Kaum Padri dan Kaum Adat. Sebelum adanya campur tangan Belanda, perang ini melibatkan Kaum Padri yang diisi oleh orang-orang yang menginginkan diterapkannya syariat Islam di tanah Minang, sedangkan Kaum Adat merupakan para bangsawan dan para ketua-ketua adat yang ada di sana.

Awal mula pecahnya perang ini adalah ketika Kaum Padri memberangus adat istiadat yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam pada 1803 saat kepulangan tiga tokoh Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari Mekkah dan membuat Tuanku Nan Renceh. Kaum Padri berhasil menduduki Kerajaan Pagaruyung dipimpin oleh Tuanku Pasaman pada 1815.

Akibat dari Kerajaan yang sudah berhasil diduduki oleh Kaum Padri, maka pada 21 Februari 1821 Kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda oleh Sultan Alam Bagagarsyah yang sudah terdesak oleh keadaan dan keberadaan Yang Dipertuan Pagaruyung di pengasingan.

Meskipun beberapa tokoh Kaum Adat ada yang tidak menyetujui langkah Bagagarsyah, ia tetap meminta bantuan kepada Belanda dengan syarat untuk menyerahkan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Hindia Belanda dengan menyerahkan daerah Simawang dan Sulit Air pada April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang.

Pada 8 Desember 1821, pasukan tambahan datang untuk memperkuat area yang sudah dikuasai dan Pada 4 Maret 1822 pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff sudah berhasil membuat Kaum Padri mundur dari Pagarruyung. Pertempuran demi pertempuran terus terjadi ini membuat Kaum Padri menyusun strategi dan bertahan di Lintau yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh.

Kehadiran Tuanku Imam Bonjol membuat Belanda semakin ketar-ketir dan terus menambah pasukan untuk melakukan penyerangan demi penyerangan. Kehadiran Belanda semakin memperumit keadaan di tanah Minang.

Perang Padri
info gambar

Hingga pada tahun 1833 Kaum Adat berbalik menyerang Belanda bersama-sama dengan Kaum Padri untuk menjadi satu kekuatan. Kaum Adat dan Kaum Padri yang mulai berkompromi ini dimulai dengan adanya Plakat Puncak Pato yang menyetujui beberapa hal seperti "Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" atau "adat yang berdasarkan agama, agama berdasarkan Kitabullah/Al-Qur’an".

Sebagai seorang pemimpin pada saat itu, Tuanku Imam Bonjol mengungkapkan penyesalannya atas tindakan Kaum Padri terhadap sesama orang Minang, Mandailing, bahkan Batak.

Baca juga: Pattimura, Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional dari Maluku

Akhir Perjuangan Imam Bonjol

Setelah bersama Kaum Adat melawan Belanda dengan bersama-sama, akhirnya Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda setelah dijebak dengan dalih untuk melakukan perundingan. Perjuangannya selama kurang lebih 15 tahun akhirnya harus disudahi dengan ditangkapnya Imam Bonjol pada 28 Oktober 1837.

Setelah ditangkap dan diasingkan di Cianjur, Jawa Barat, Imam Bonjol juga dipindahkan ke Sulawesi Utara atau lebih tepatnya di daerah Lotak. Lotak merupakan daerah kecil yang berjarak 9 kilometer dari kota Manado, yang juga menjadi tempat terakhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di usia 92 tahun.

Imam Bonjol wafat pada 17 November 1854. Meskipun berdasar beberapa sumber sejarah menyatakan bahwa wafatnya Imam Bonjol baru disiarkan pada 10 tahun kemudian di tahun 1864.

Meskipun Belanda pada akhirnya menghentikan perang Padri, sepak terjang Imam Bonjol dalam melawan penjajah dan perjuangan menerapkan syariat Islam membuat namanya tercatat dalam buku sejarah Indonesia sebagai seorang pahlawan dalam memperjuangkan wilayah dan masyarakat Minang.

Baca juga: Biografi Teuku Umar, Pahlawan Nasional Indonesia

Diolah dari Sumber sejarah:
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri#Pengepungan_Bonjol_1835-1837
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol
https://www.republika.id/posts/31045/tuanku-imam-bonjol-pejuang-dan-pembaru-islam
https://www.detik.com/edu/seleksi-masuk-pt/d-5689334/tuanku-imam-bonjol-dan-kisah-perjuangannya-di-perang-padri
https://www.gramedia.com/literasi/biografi-tuanku-imam-bonjol/
https://kisahsejarah.id/biografi-tuanku-imam-bonjol/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nasuha Ali lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nasuha Ali. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

NA
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini