Peninggalan Zaman Mesolitikum yang Ditemukan di Indonesia

Peninggalan Zaman Mesolitikum yang Ditemukan di Indonesia
info gambar utama

Zaman Mesolitikum adalah periode zaman setelah era Paleolitikum (Zaman Batu Tua) dan Neolitikum (Zaman Batu Muda). Menurut bahasa Yunani kata Mesos bermakna 'tengah' dan Lithos bermakna 'batu'.

Zaman Mesolitikum juga dikenal dengan Zaman Batu Tengah (Batu Madya) yang terjadi sekitar tahun 8.000 - 10.000 SM (sebelum masehi). Kala itu, manusia purba memilih tinggal di tepi sungai dan laut serta gua-gua.

Sebab, di daerah tersebut aliran air dan sumber makanan lebih melimpah. Mereka juga sudah mampu bercocok tanam dan berburu meskipun dengan teknik yang sederhana.

Beberapa peninggalan purba zaman Mesolitikum ditemukan di banyak tempat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Berikut detail hasil temua para arkeolog tentang peninggalan zaman Mesolitikum di Indonesia.

1. Abris Sous Roche

Abris sous roche atau gua tempat manusia purba tinggal merupakan jejak peninggalan zaman Mesolitikum yang pertama ditemukan oleh Dr. Van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di daerah Gua Lawa, Sampung Ponorogo, Jawa Timur. Fungsinya sebagai tempat tinggal dan perlindungan manusia purba Mesolitikum dari kondisi alam dan binatang buas.

Pada zaman itu, manusia purba sudah tinggal secara berkelompok, meskipun belum menetap (semi sedenter). Untuk melindungi diri dari panas, hujan, serta sergapan binatang buas, mereka tinggal dalam satu koloni di dalam gua yang tidak jauh dari pantai.

Selain itu, di dalam gua juga banyak ditemukan sisa-sisa perkakas dari batu yang diasah guna bertahan hidup. Contohnya, peralatan dari tulang dan tanduk hewan. Kebudayaan abris sous roche ini juga ditemukan di daerah lain, seperti Besuki, Bojonegoro dan Sulawesi Selatan.

2. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Bagian kjokkenmoddinger dari periode Mesolitikum yang ditemukan di Deli Serdang, Sumatera Utara | Sumber : Arsip Nasional RI
info gambar

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Jerman 'Kjokken' berarti dapur, lalu 'modding' artinya sampah. Bila diterjemahkan secara utuh, artinya tumpukan sampah dapur berupa cangkang dan kulit kerang. Waktu ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera hingga Medan, kjokkenmoddinger bisa memiliki ketinggian mencapai 7 meter.

Selain itu, ditemukan pula kapak genggam yang mempunyai tampilan berbeda dengan kapak genggam peninggalan zaman Paleolitikum. Penemuan ini dilakukan oleh dr. PV Van Stein Callenfels pada tahun 1925 silam ketika sedang meneliti manusia-manusia purba di Indonesia.

Penemuan ini membuktikan bahwa manusia purba zaman Mesolitikum menghuni wilayah pesisir pantai. Saat mereka berpindah, mereka meninggalkan bekas makanan di gua-gua yang pernah ditempati sebelumnya.

3. Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)

Penemuan alat tulang atau bone culture ini merupakan lanjutan penelitian tim Dr. Van Stein Callenfels pada Gua Lawa, Sampung, Kab. Ponorogo, Jatim. Ternyata saat diteliti lebih dalam, alat-alat dari tulang ini juga banyak di temukan di Besuki, Jawa Timur.

Peralatan yang ditemukan dari tulang, terdiri dari:

  1. Ujung panah
  2. Flakes [serpih bilah]
  3. Batu penggiling
  4. Tanduk rusa
  5. Berbagai alat dengan tambahan perunggu dan besi di ujungnya

4. Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Kebudayaan ini diperkirakan sudah berjalan di kawasan Vietnam di tepi Sungai Mekong pada era 10.000 - 4.000 SM. Budaya ini tersebar di sekitar kawasan bukit-bukit kerang dan gua di Indo-china, Sumatera Timur, dan Melaka.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh diprediksi memasuki wilayah Indonesia sejak 2000 SM lewat jalur barat dan timur.

  • Penyebaran jalur barat: melewati kawasan Melayu Austronesia. Peninggalan zaman Mesolitikum dari jalur ini berupa peralatan dari tulang, kapak genggam Sumatera dan kapak pendek.
  • Penyebaran jalur timur: melewati kawasan Papua Melanosoid. Peninggalan zaman Mesolitikum dari jalur ini berupa yakni: alat serpih (flakes).

Kebudayaan Bacson – Hoabinh menyajikan sejarah kepercayaan animisme atau dinamisme. Yakni ritual manusia purba yang meletakkan mayat sesamanya dengan posisi jongkok dan dilumuri cat merah.

Mereka memiliki keyakinan bahwa hal tersebut akan 'mengembalikan hayat kepada manusia purba lainnya yang belum mati'. Tak hanya itu, terdapat temuan bahwa mereka juga membuat kapak dan tanduk dari tulang manusia yang ditandai cat merah serta tanduk hewan sebagai alat yang mereka gunakan untuk keseharian.

5. Kebudayaan Toala

Selain Kebudayaan Bacson – Hoabinh, terdapat peninggalan kebudayaan zaman Mesolitikum yakni prosesi penguburan mayat di dalam gua. Setelah tulang-belulang mayat yang dikubur mengering, tulang-tulang tersebut akan diserahkan ke pihak keluarga sebagai aksesoris.

Selain pengambilan tulang, Kebudayaan Toala juga dikenal dengan eksisnya lukisan dinding gua yang menceritakan tentang aktivitas berburu hewan (mis: babi).

6. Kapak Genggam (Pebble) Sumatera

peninggalan zaman mesolitikum kapak genggam
info gambar

Kapak Genggam ini ditemukan bersamaan dengan kjokkenmoddinger yang berada di sepanjang pantai Sumatera Utara. Oleh sebab itu, terkenal dengan nama “Sumatralith”. Kapak genggam ini terbuat dari batu kali dan berfungsi untuk memotong makanan.

Di Asia Tenggara sendiri, kebudayaan kapak genggam banyak ditemukan di antara Semenanjung Malaya seperti Vietnam, Thailand, Indonesia dan Tiongkok.

7. Kapak Pendek (Hachecourt)

Dr. P.V. van Stein Callenfels menemukan kapak pendek atau hachecourt yang berukuran lebih pendek dibandingkan kapak genggam Sumatera. Kapak ini memiliki bentuk setengah lingkaran.

8. Batu Pipisan

Batu pipisan adalah batu-batu penggiling dengan alas untuk menggilas bahan makanan. Selain untuk makanan, alat ini juga kerap dipakai untuk menghancurkan tanah merah sebagai bahan baku pembuatan cat merah. Cat merah ini diprediksi bagian dari ritual yang dilakukan manusia purba di kebudayaan Bacson – Hoabinh.

9. Serpih Bilah (Flakes)

Serpih bilah (alat serpih) atau flakes adalah alat-alat alat perkakas kecil dari tulang yang digunakan untuk memotong hewan buruan. Biasanya alat-alat ini memiliki bentuk yang lebih kecil dengan ujung tajam mirip dengan pisau dan terlihat bergerigi.

Dari hasil penemuan peninggalan zaman mesolitikum tadi, dapat disimpulkan bahwa peradaban manusia di zaman ini sudah lebih maju dibandingkan sebelumnya. Terbukti dengan kemampuan mereka untuk menghasilkan alat-alat dan mulai menetap di gua untuk bertahan hidup.

Baca juga: Mengetahui Ciri-Ciri dan Peninggalan Zaman Paleolitikum Secara Lengkap

Sumber: 
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesolitikum
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5755975/tentang-zaman-mesolitikum-karakteristik-kebudayaan-dan-peninggalan
https://slideplayer.info/slide/13857365/
https://saintif.com/zaman-mesolitikum/
https://insanpelajar.com/zaman-mesolitikum/%20
https://tirto.id/apa-itu-abris-sous-roche-di-masa-praaksara-sejarah-dan-fungsinya-gbxW

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Meita Astaningrum lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Meita Astaningrum. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

MA
KO
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini