Merasakan Kelezatan Sagu dalam Ingatan Seorang Wallace

Merasakan Kelezatan Sagu dalam Ingatan Seorang Wallace
info gambar utama

Ahli botani Alfred Russel Wallace harus terdampar di sisi Timur Pulau Seram karena cuaca buruk pada 1 Juni 1860. Padahal dirinya bersama pembantunya tengah membawa barang belanjaan untuk meninggalkan Kilwaru, daerah di sisi timur Pulau Seram.

Karena itulah pada esok harinya sembari menunggu kapal siap diberangkatkan ulang. Dirinya berkesempatan untuk berjalan-jalan di sekitar kampung. Di tempat itu, orang asal Inggris ini menyaksikan masyarakat lokal membuat sagu.

Wallace kemudian menceritakan secara detail proses pembuatan sagu. Tak hanya itu, dia juga mendeskripsikan dengan tajam jenis pohon sagu mulai dari batang sampai daun, termasuk cara pengolahan sagu.

Apa itu Fauna Peralihan? Simak Ciri, Contoh, dan Habitatnya

Bahkan dirinya membuat ilustrasi alat pemukul sagu, cetakan pemanggang sagu, gambar orang sedang mengolah sagu. Baginya ternyata hal ini menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa.

“Sungguh suatu pengalaman luar biasa menyaksikan sebatang pohon sagu sepanjang 20 kaki dan ukuran kelilingnya mencapai 4 atau 5 kaki, diubah menjadi makanan dengan persiapan dan tenaga yang sedikit. Pohon yang berukuran sedang menghasilkan 30 berkas dengan berat masing-masing 30 pon,” ucap Wallace dalam buku The Malay Archipelago.

Pengganti roti

Pada buku tersebut Wallace menjelaskan bahwa setiap berkas bisa diolah menjadi 60 keping kue. Wallace bahkan menyatakan dua potong kue dari sagu sudah cukup banyak untuk dimakan satu orang.

Dirinya menjelaskan bahwa dua potong kue, bisa menjadi jumlah terbanyak yang bisa dimakan seseorang dalam sekali makan. Hal ini semakin banyak bila bertambah menjadi lima keping kue yang bisa menjadi jatah makan sehari.

“Jadi, katakanlah sebatang pohon sagu dapat menghasilkan 1.800 kue atau bisa menjadi sumber makanan satu orang dalam setahun,” ucapnya.

Keanekaragaman Fauna Indonesia: Asiatis, Australis, dan Peralihan

Karena itulah bagi Wallace, sagu adalah makanan pengganti roti. Kue sagu yang dididihkan akan menjadi puding atau sup yang bisa menggantikan beras yang kadang harus diperoleh jauh dari timur.

“Saya menikmatinya (roti sagu) bersama secangkir kopi,” kenang Wallace.

Dinukil dari Kompas, hal yang menarik adalah koleksi roti sagu yang dibawa Wallace dari Pulau Seram masih tersimpan rapi di ruang penyimpanan Kew Royal Botanic Gardens di London Inggris.

Malah tersingkir

Aris Prasetyo dalam Pesona Sagu di Mata Wallace mengaku miris karena kini sagu tidak lagi menjadi makanan utama orang-orang Maluku. Sagu, jelasnya kini telah tersingkir dengan beras.

“Stigma sagu adalah makanan orang miskin turut memengaruhi orang-orang sehingga mereka lebih memilih beras sebagai makanan utama,” paparnya.

Dicatat dari Kantor Ketahanan Pangan Provinsi Maluku menyebutkan tingkat konsumsi sagu sebagai pangan lokal semakin berkurang dari waktu ke waktu. Misalnya catatan di Tahun 2018, satu orang masyarakat pedesaan mengonsumsi 13 kilogram sagu dalam satu minggu.

Jejak Wallace di Maros: Rumah Penelitian Kupu-kupu yang Terancam Pertambangan

Hal ini lebih buruk bila melihat warga perkotaaan yang hanya mengonsumsi 0,4 kilogram sagu dalam satu minggu. Dari catatan ini menunjukkan bahwa ada perubahan perilaku dalam memilih makanan.

“Kebanyakan orang perkotaan menganggap sagu sebagai makanan kelas dua,” kata Lisa Tan anggota staf pada bidang konsumsi Kantor Ketahanan Pangan Provinsi Maluku.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini